Oleh: Muhammad Haikal Faturrahman, Ketua Umum HmI Komisariat FISIP UNMULÂ
Di tengah percaturan global antara kapitalisme dan sosialisme, Islam menawarkan jalan tengah yang unik, menggabungkan aspek kebebasan individu dengan tanggung jawab sosial. Kapitalisme dan sosialisme, meskipun berasal dari akar materialisme yang sama, berkembang menjadi dua kutub yang saling bertentangan. Kapitalisme mengagungkan kebebasan individu dan kepemilikan pribadi, sementara sosialisme menekankan keadilan sosial melalui pengaturan kolektif. Namun, di balik pertarungan ideologis ini, keduanya gagal menjawab kebutuhan manusia secara holistik.
Kegagalan Sosialisme dan Anomali Kapitalisme
Setelah lebih dari setengah abad perang dingin, sosialisme menunjukkan kegagalannya. Prediksi Karl Marx tentang kehancuran kapitalisme akibat revolusi proletariat tidak pernah terbukti. Bahkan di bawah rezim seperti Lenin, Stalin, dan Mao Zedong, keadilan sosial yang dijanjikan tak kunjung tiba, sementara kebebasan individu dikorbankan. Di sisi lain, kapitalisme, meskipun menang secara material, menghadirkan anomali besar berupa ketimpangan sosial dan kerusakan lingkungan yang struktural.
Hegemoni kapitalisme membawa kemakmuran material bagi sebagian kecil populasi dunia, namun menciptakan jurang ketimpangan yang semakin lebar. Kapitalisme memandang kesenjangan sebagai disparitas kecil dan kerusakan lingkungan hanya sebagai efek samping dari pertumbuhan ekonomi. Dalam sistem ini, akumulasi modal tanpa batas menjadi tujuan utama, bahkan melalui cara-cara spekulatif yang merugikan banyak pihak.
Islam: Jalan Tengah yang Revolusioner
Islam, sebagai sebuah sistem nilai, menghormati kebebasan individu dan kepemilikan pribadi, seperti yang terlihat dalam kapitalisme. Namun, prinsip ini didasarkan pada tanggung jawab sosial yang kuat, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an: "supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya di antara kamu" (Q.S. Al-Hasyr: 7). Dalam Islam, harta yang dimiliki seseorang juga mengandung hak orang lain, menegaskan pentingnya distribusi yang adil.
Dalam konteks sosialisme, keberpihakan Islam terhadap kaum tertindas sangat jelas. Al-Qur'an menyatakan: "Kami bermaksud memberikan karunia kepada kaum tertindas, Kami akan menjadikan mereka pemimpin dan pewaris di muka bumi" (Q.S. Al-Qashash: 5). Ayat ini menegaskan misi Islam untuk merombak struktur ketidakadilan dalam masyarakat. Namun, transformasi ini bukan untuk menegakkan kediktatoran baru, melainkan untuk menciptakan struktur baru yang lebih adil dan egaliter.
Sintesis Islam dan Sosialisme Religius
Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang sejalan dengan sosialisme, tetapi dengan pendekatan yang berbeda. Sosialisme Barat sering kali didasarkan pada konflik kelas dan perang modal, sementara Islam mengedepankan persaudaraan dan kerja sama antar kelas. Zakat dan sedekah menjadi instrumen utama untuk menciptakan keadilan sosial tanpa dominasi satu kelas atas yang lain.