Peningkatan kebutuhan produk pertanian sejalan dengan lonjakan jumlah penduduk. Alih fungsi lahan menjadi solusi cepat pemenuhan kebutuhan manusia. Kegiatan tersebut memiliki dampak positif jangka pendek dalam segi ekonomi dan sosial. Kesejahteraan masyarakat dapat diraih dengan tingkat produksi hasil pertanian yang tinggi. Hal ini sesuai dengan prinsip "jumlah permintaan lebih tinggi dari jumlah produksi (ketersediaan produk terbatas) maka nilai jual produk tinggi". Namun, pemanfaatan alam tanpa memperhatikan konservasi lingkungan memiliki konsekuensi yang buruk. Â
Lingkungan pada sisi kanan nampak lelah, rusak dan tidak produktif. Hal tersebut adalah hasil dari penggundulan kawasan hutan, pencemaran tanah dan air serta minim upaya konservasi. Ilustrasi diatas menampilkan bencana erosi dan banjir. Area resapan air (kawasan hutan) tidak dapat memberikan kontribusi yang baik. Intensifikasi pertanian menyumbang percepatan kerusakan lingkungan seperti mono-culture, penggunaan pupuk kimia dan insektisida berlebihan.
Erosi terbentuk dari ketahanan tanah yang lemah terhadap tumbukan air dan udara. Faktor penyebab erosi juga berasal dari aktivitas manusia. Erosi dikenal dengan proses perpindahan lapisan permukaan (Top Soil) menuju ke tempat lainnya. Material di dalam tanah seperti batuan dan mineral tersingkap keluar yang berdampak pada penurunan  kemampuan tanah dalam menahan air. Hal ini menyebabkan ketersediaan air menurun dan potensi bencana banjir ketika musim hujan. Umumnya, erosi terjadi pada lahan berlereng. Hasil penelitian [1] didapatkan rata - rata erosi di Jawa Timur sebesar 10,30 Ton/ Ha/ Tahun. Berita kelangkaan air irigasi pertanian dan bencana banjir telah banyak terdengar [2], [3], [4], [5], [6].Â
Kerusakan lingkungan dan keterbatasan air menjadi faktor penghambat kegiatan produksi pertanian. Jangka panjang, tingkat produksi yang menurun berdampak pada segi ekonomi dan sosial. Upaya perbaikan lingkungan memerlukan biaya, waktu dan tenaga ekstra. Solusi terbaik yang dapat dilakukan dengan meminimalisir dampak negatif dan meningkatkan upaya konservasi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu :
- Mengembalikan fungsi kawasan hutan.
- Penerapan pertanian terasering
- Penerapan pola tanam yang sesuai (misal : Pajale)
- Penggunaan pupuk organik
- Pemanfaatan tanaman pagar atau tanaman tahunan
- Upaya konservasi lahan
(Muhammad Hafizh - UNEJ)
Sumber pustaka :
[1] Taslim R.K, Marga M., Indarto. I. 2019. Prediksi Erosi di Wilayah Jawa Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan 2(17) : 323 -- 332.
[2] Banjir Bandang Bondowoso: Lokasi, Dugaan Penyebab, hingga Data Kerusakan (detik.com)
[3] Longsor Terjadi di Nganjuk, 7 Rumah Rusak hingga 27 Warga Mengungsi (detik.com)
[4] Longsor di Ponorogo, Jalan Penghubung 2 Desa Tertimbun Tanah, Puluhan Warga Diungsikan (kompas.com)
[5] Sejumlah Wilayah di Jatim Diterjang Banjir 1-2 Meter (detik.com)
[6] Cuaca ekstrem dan banjir di Indonesia: Banjir merendam puluhan ribu rumah, BMKG prediksi cuaca ekstrem hingga pekan depan -- 'Semua perabotan ibu hancur, kursi terbalik semua' - BBC News Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H