Mohon tunggu...
Muhammad Hafiz
Muhammad Hafiz Mohon Tunggu... -

Pernah nyantri di salah satu pesantren di Sumatera Selatan. 6 tahun di bilik-bilik pesantren, melanjutkan ke UIN Syarif HIdayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum. Saat ini beraktifitas di HRWG, sebuah Kelompok Kerja HAM Indonesian untuk Advokasi HAM internasional.\r\nBlog pribadi http://membumikantoleransi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

GKI Yasmin: "Mama, Kenapa Kita Diusir?"

16 Maret 2012   03:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:59 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak SBY, Presiden Republik Indonesia, pernah cerita ke Pdt. Yewangoe yang bertamu ke Puri Cikeas beberapa waktu lalu tentang keperihatinan Presiden SBY yang tergerak dari pesn singkat (SMS) salah seorang warga Jemaat GKI Taman Yasmin, Bogor, yang sampai ke handphoneIbu Ani Yudoyono. Pesan singkat itu bercerita tentang seorang ibu rumah tangga yang kini sulit menjelaskan kepada anak-anaknya karena hilangnya toleransi beragama, bahkan di lingkungan tetangga-bertetangga.

Cerita yang sama disampaikan kepada utusan GKI Yasmin yang mendadak dipanggil bertemu dengan Sekretaris Kabinet RI, Dipo Alam, yang segera mendapat perintah khusus untuk menangani kasus ini.

Kini, setelah waktu berlalu, aduan pesan singkat ibu rumah tangga inihanya berhenti sebatas cerita belaka. Tak ada balasan lagi dari handphone sang ibu Negara, tak ada kesigapan lagi dari sang ajudan presiden yang gigih membela kewibawaan atasannya.

Mungkin, aduan tentang anak-anak sekokah minggu yang polos bertanya-tanya? Ma, kenapa kita diusir ketika kita beribadah? Yang kita tulis besar-besar dan disampaikan ke penjaga Istana Merdeka puntak lagi pun tak lagi punya makna.

Dan cerita menjadi lain tatkala Jemaat GKI Yasmin yang didera nasehat (solusi non-hukum) untuk memilih alternatif tempat lain. Gedung megah yang dijanjikan dibangun, segala kemudahan dijamin negara, sepertinya membuat Jemaat kelihatan “bodoh” bila tidak mau ambil kesempatan ini.

Bila ada yang menasehati, “Kenapa tidak terima saja relokasi dan berhenti mengunjungi trotoar depan Istana?”. Bagi GKI kami, sama halnya telah menisbikan kepastian hukum hanya demi citra kosong belaka. Sama halnya upaya menisbikan GKI Yasmin yang cuma sebuah bakal Pos kecil yang tidak akan berpengaruh kepada GKI secara keseluruhan bila dihilangkan.

Dan inilah cerita sengsara memikul kebenaran, bukan saja untuk sebidang tanah kecil untuk wahana doa kepada Sang Kuasa, tetapi juga sengsara rakyat yang tetap ingin menjadi warga negara Indonesia.

“Minggu Sengsara Yasmin, Minggu Sengsara Warga Indonesia”

Salam, Warga GKI Yasmin Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun