Mohon tunggu...
Muhammad Hafidh Sabillah
Muhammad Hafidh Sabillah Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah

Seorang yang ingin mengabadikan apa yang ia tau dari pengalaman maupun bacaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Al Quran Mendidik Kedewasaan

30 Januari 2021   08:58 Diperbarui: 30 Januari 2021   09:02 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Al Qur'an adalah pedoman dan solusi yang di berikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam untuk umat manusia dalam meniti kehidupan dari ia di lahirkan sampai kepada kehidupan yang kekal dengan tujuan menggapai kebahagian. Sebagai sumber utama Al Quran bersifat global maupun yang terperinci, yang implisit maupun explisit. (Arkan, 1998)

Dewasa adalah salah satu fase pertengahan yang menurut Lame, 1995 fase dewasa ini di mulai pada usia 18 sampai 22 tahun (Masa dewasa muda) hingga berakhir pada 35 sampai 40 tahun di tambahkan bahwa pada masa ini adalah masa yang di tandai tidak adanya ketidak tergantungan secara finansial dan orang tua serta adanya rasa tanggung jawab terhadap tindakan tindakan yang di lakukannya. (Andranita, 2008)

Bertambah tahun bertambahlah permasalahan yang ada dalam menjalani kehidupan, Semakin lama seseorang hidup maka semakin kompleks permasalahan yang ada. Di sini lah manusia harus belajar dalam menghadapinya.

Keywords; Pendidikan, Kedewasaan, Al Qur'an

Kehidupan menurut al qur'an

            Kehidupan manusia adalah sebuah kehidupan yang di berikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dari tiada menjadi ada. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Qur'an Surah Al Mulk; 67/2

"(Dia lah Allah) yang menjadikan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalannya" (Q.S Al Mulk; 67/2)

            Dari ayat di sini di jelaskan bahwasanya hanya Allah lah yang bisa mematikan dan menghidupkan. Dan sebelum memulai kehidupan manusia tidaklah ada (mati) sebagai mana firman Allah dalam Q.S Al Baqarah;2/28

"Bagai mana kalian Kufur terhadap Allah, padahal kalian (awalnya) mati kemudian kamu di hidupkan nya, kemudian di matikanya, lalu di hidupkannya kembali, kemudian kamu di kembalikan kepadanya" (Q.S Al Baqarah;2/28)

            Pada tafsir Jalaa lain, ayat ini adalah gambaran besar fase kehidupan manusia. Dimana ada lima fase yaitu di mulai dari (1). kematian (ketiadaan), yang mana manusia masih sebatas air mani. Kemudia (2) di hidupkan, yang mana proses ini lah yang menentukan manusia untuk melanjutkan ke alam yang lebih kekal. Apakah dia akan menyatakan dirinya itu beriman atau malah kafir. Kemudian (3) di matikan-nya. Ketika ajal telah sampai, di sini lah kita berpisah dari alam dunia dan di sini lah kita tidak dapat lagi menentukan kemana kita nanti di kehidupan yang selanjutnya (kehidupan yang kekal). Lalu (4) di hidupkan nya kembali, ini adalah fase kehidupan alam kubur, dimana amalan amalan yang manusia lakukan akan di hisab dan di balaskan sesuai amalan amalan yang telah di perbuat oleh manusia. Kemudian (5)Kamu di kembalikan kepadanya. (KSU, 2018)

Di fase ke dua dari keseluruhan kehidupan ini lah waktu di mana manusia menentukan arah tujuan hidupnya. bukan hanya untuk fase kedua saja, melainkan untuk fase fase selanjutnya. Karena menurut Ust. DR. Imam Zamroji, M.A pada seminar nya Bersama keluarga pulang ke Surga, beliau mengucap statement ; sekali kita hidup kita hidup selamanya (The Unlimited of life)[1].

            Dan di fase kedua ini, manusia akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan dalam perjalanan hidupnya tahap demi tahap, dari masa kanak-kanak menjadi remaja, menapaki usia paruh baya, dan akhirnya lemah merenta. Hal ini di benarkan dalam sebuah firman Allah dalam Q.S. al-Rm/30: 54. (RI, 2008)

} [ : 54]

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa" Q.S. al-Rm/30: 54.

Dewasa dari presfektif Al Qur'an

            Hakikat kedewasaan menurut al-Qur'an menjadi tiga tahapan yaitu:  1. Makna   : Matang secara akal dan fisik. 2. Makna  : Matang secara akal, fisik dan sosial. 3. Makna :   Matang secara akal, fisik, sosial dan matang dalam mendekatkan diri kepada Allah swt. (Nuryadin, 2014)

            Dalam Al Qur'an penjelasan "dewasa" terdapat pada beberapa ayat al qur'an, misalnya di surat Al Ahqaf;46/15.

[ : 15]

"Kami perintahkan kepada manusia supaya bebuat baik kepada dua orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula,  mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umumnya sampai sepuluh tahun ia berdo'a: Ya Tuhanku Tunjukilah aku mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak  cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.[1]

Dalam ayat di atas kalimat yang mengandung pengertian dewasa adalah lafadz balagh al-Syuddah yang berarti "mencapai usia dewasa". Dalam Lisan al Arab kata al-Asyuddah diartikan sebagai seseorang yang sudah banyak pengalaman dan  

pengetahuan. Al-Asyudda adalah jamak dari kata  Syuddah  yang memiliki arti  yang mempunyai kekuatan dan kesabaran atau ketabahan. (mishri, 1999)

Dari pengertian di atas dapat di maknai bahwasanya dewasa menurut al Qur'an adalah sifat dari manusia, bukan rentan waktu berapa lama seseorang itu hidup. Melainkan ketika seseorang itu bisa memulai kehidupannya sendiri dengan segala daya dan upaya, menerima segala sesuatu atas dirinya dengan ketabahan atau kesabaran.

 Namun kedewasaan bisa di liat dalam rentan waktu usia seseorang dalam menjalani kehidupannya. Jika menurut Lame, 1995 fase dewasa ini di mulai pada usia 18 sampai 22 tahun (Masa dewasa muda) hingga berakhir pada 35 sampai 40 tahun. (Andranita, 2008) Abu Fadhl Djamaluddin membagi kedewasaan menjadi dua tahap yakni dewasa awal dan dewasa akhir. (mishri, 1999) Menurut pendapat para ulama, puncak kesempurnaan fisik, akal dan keagamaan seseorang tercapai pada usia 40 tahun. Dalam usia ini pula lah Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, sebab di usia tersebut beliau dianggap telah matang dalam pengalaman dan kesempurnaan akalnya

Pendidikan menurut AL Qur'an

            Pendidikan yang umum di gunakan dalam pendidikan islam, yaitu; At Tarbiyyah, At Ta'lim, dan At Ta'dib. Tarbiyyah di pahami sebagai kata bentuk dari rabb atau rabba yang mengacu kepada allah Subhanahu Wa Ta'ala. Yang menganduk makna memelihara, membesarkan, dan mendidik yang di dalamnya sudah termasuk makna at Ta'lim,[1] (saat, 2010)

            Dapat di aritkan bahwasanya pendidikan adalah segala upaya yang di lakukan dalam membentuk sebuah karakter dan keterampilan pada kehidupan seseorang dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Metode pendidikan dengan Al Qur'an 

            Dalam al qur'an terdapat banyak metode yang dapat di lakukan untuk membentuk sebuah kedewasaan atau pun soft skill dalam menghadapi kehidupan nya nanti. Dengan beberapa cara di antaranya;

Metode Keteladanan

 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman;

[ : 21]

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam itu suri tauladan"

Dalam menafsirkan ayat ini, Zamahsyari dalam Quraish Shihab mengemukakan maksud dari ke teladanan pada diri rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitaas adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam keperibadian diri rasulullah hal hal yang patut di teladani. (saat, 2010)

Hal in mennandakan bahwasanya rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Mentransfer sebuah kepribadian al qur'an dengan keteladanan, dalam aritian ia melakukan nya terlebih dahulu agar yang lain melihat dan mengikutinya.

Karena dalam sebuah hadits di sebutkan bahwasanya akhlak dan kpribadian rasulullah adalah Al Qur'an. Aisyah radhiallahu 'anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau pun menjawab, "Akhlak beliau adalah (melaksanakan seluruh yang ada dalam) Al-Qur`an". Qatadah mengatakan, Ia ("Khuluq" dalam Ayat ini)[2] adalah sesuatu yang beliau laksanakan dari perintah Allah dan sesuatu yang beliau jauhi dari larangan Allah, dan makna Ayat di atas: Sesungguhnya engkau benar-benar berakhlak dengan akhlak yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur`an. Wallahu a'lam. (Ukasyah, 2015)

Pendidikan dengan Pembiasaan

            Setelah memberikan sebuah keteladanan, kita pun harus terus mendidiknya dengan membiasakan ia untuk melakukan sesuatu hal hal baru yang positif. Karena setiap manusia yag terlahir ini membawa sebuah potensi/ fitrah manusia yang suci. Sebagai mana firman allah Subhanahu Wa Ta'ala.; Fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

            Dari sini di tegaskan bahwa fitrah yang telah allah tetapkan untuk manusia tidak akan berubah, sesuatu yang di biasakan sejak kecil, akhirnya akan menjadi kepribadian seseorang. Hal itu akan nampak kepada keseluruhan akhlak orang tersebut. (saat, 2010)

Pendidikan dengan Nasehat

            Pemberian pendidikan dengan nasehat ini adalah suatu hal yang sangat penting. Karena nasehat adalah ucapan yang di berikan dengan lemah lembut, dan di nilai cukup berpengaruh untuk kehidupan manusia.

            Dalam sebuah penelitian di jepang, pada tahun 2003. Masaru Emoto seorang peneliti dari Hado Institute, Tokyo. Mengungkapkan seuatu keanean pada sifat air, ia menemukan bahwa, partikel molekul air ternyata bisa berubah ubah, tergantung perasaan manusia di sekelilingnya, yang secara tidak langsung mengisyaratkan bahwasannya pengaruh perasaan manusia terhadap klasterisasi molekul air yang terbentuk oleh ikatan hidrogen. (Bakri, 2019)

            Manusia yang 80% nya terdiri dari air pun, akan terpengaruh dengan perasaan perasaan yang ada di sekelilingnya, inilah yang Al Qur'an ajarkan keapada manusia untuk saling menasehati kepada kebaikan, karena nasehat yang di sampaikan secara baik dan lemah lembut akan berdampak secara langsung.

Ajaran saling menasehati telah di tuliskan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Pada Qur'an Surat Al Ashr;103/3

{ } [ : 3]

"kecuali orang orang yang mengerjakan amal shalih (kebaikan) dan saling menasehati dalam kebeneran dan kesabaran (Q.S Al Ashr;103/3)

Kesimpulan.

            Al Qur'an yang merupakan pedoman hidup manusia dalam menjalani kehidupan ini menjadi sumber kredibel yan di pakai dalam segala aspek pembelajaran. Dan pendidikan. Di dalam nya menjelaskan bahwa kehidupan manusia secara keseluruhan tidak akan pernah berhenti. Ketika semua fase telah di lewati, ia akan menemukan sebuah kekekalan yag abadi.

            Kehidupan di fase kedua lah (di dunia) yang menentukan dimana ia akan tinggal di saat ia kekal nantinya. Di fase ini lah manusia mengalami tahapan dari di lahirkan hingga menemui kematianya. Dan seluruh tahapan tersebut di tentukan ketika ia dewasa, bukan hanya dewasa karena usia melainkan kedewasaan ia saat umur telah mencapai kata baligh.       Dimana ia telah bisa menanggung kehidupannya sendiri dan bertanggung jawab atas apa apa yang ia lakukan. Dalam ketabahan serta kesabaran menjalani itu semua. Dan Al Qur'an adalah pedoman yang tepat untuk melakukan pendidikan tersebut.

Al Quran sendiri menjelaskan bahwa pendidikan terbaik adalah dengan keteladanan dan nasihat yang diberikan sejak dini, agar seorang anak dapat mencontoh dan memahami apa yang akan ia lakukan nantinya ketika dia sudah mencapai usia baligh. wallahu a'lam bi shawab.

Daftar Pustaka

Andranita, M. (2008). Perbedaan Fokus. Depok : Universitas Indonesia.

Arkan, M. (1998). Kajian Kontemporer al Qur'an. Bandung: Penerbit Pustaka.

Bakri. (2019, September 17). Masaru Emmoto pun Masuk Islam. Retrieved from serambinews.com: https://aceh.tribunnews.com/2014/12/19/masaru-emoto-pun-masuk-islam

KSU, E. (2018, 03 12). Ayat Al Qur'an. Retrieved from ETC: http://quran.ksu.edu.sa/index.php?aya=2_28

mishri, A. F. (1999). Lisan Al Arab, Jilid III. Beirut: Daar Al Shadr.

Nuryadin. (2014). KEDEWASAAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN. Makassar: Universitas Islam Alauddin.

RI, D. A. (2008). Al Hikmah Al Qur'an dan Terjemahan nya. Bandung: Diponogoro.

saat, S. (2010, Juni 1). PENDIDIKAN ANAK DALAM AL QUR'AN. Lentera Kehidupan, pp. 64-77.

Ukasyah, U. S. (2015, Maret 6). muslim.or.id. Retrieved from musim.or.id: https://muslim.or.id/24784-keutamaan-rasulullah-shallallahualaihi-wasalam-dalam-al-quran-2.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun