Prabowo Subianto hari ini, Minggu 20/10 dilantik menjadi Presuden Republik Indonesia ke 8. Banyak doa dan harapan untuk sang Presiden dalam menjaga, kemakmuran rakyat Indonesia. Prabowo Sebagai mantan militer, menurut Ari Sumarto Taslim sosok Prabowo memiliki kemampuan menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia.
SosokTak hanya itu kesejahteraan diyakini mampu membawa kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan memilih pembantu-pembantu terbaiknya. Ari Sumarto Taslim juga meminta harapan kepada Prsbowo Subianto untuk menjaga ketat anggaran yang verfokus kesejahteraan, pendidikan dengan beasiswa untuk anak-anak pintar diseluruh pelosok tanah air.
"Tak peduli miskin atau kaya selama talenta atau bibit anak pintar terlihat berikan beasiswa hingga S2 ditiap kelurahan seluruh Indonesia kalau perlu per kelurahan agar nantinya bisa merata memimpin daerah dengan sosok pintar,"ucapnya.
Beberapa waktu lalu tepatnya Senin, 15 Januari 2024, bertepatan saat Konvensi XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia, Presiden Joko Widodo mengaku kaget terkait data rendahnya rasio penduduk berpendidikan tinggi di Indonesia. Hanya 0,45% yang berhasil lulus S2 dan 0,02% untuk S3 dari total penduduk
Ari Sunarto Taslim yang mengutip berandainspirasi.id, terkait Tantangan Pendidikan Berkualitas di Indonesia: SDGs dan Realita Biaya Pendidikan dan Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki target untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas dan merata. Namun, apakah Indonesia mampu mewujudkan visi tersebut?
 Hingga saat ini, masalah mendasar dalam dunia pendidikan masih belum terselesaikan. Salah satunya adalah tingginya biaya pendidikan yang menyebabkan pendidikan terkesan sebagai kebutuhan tersier dan sulit diakses oleh semua lapisan masyarakat. Kondisi ini bertentangan dengan tujuan SDGs, yakni menjamin pendidikan yang inklusif, merata, dan memberikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua orang.
Kendala biaya pendidikan yang tinggi membuat banyak mahasiswa di Indonesia kesulitan menyelesaikan jenjang perkuliahan hingga sarjana (S1). Tidak hanya itu, biaya yang mahal juga berdampak pada rendahnya jumlah penduduk Indonesia yang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang magister (S2) dan doktor (S3). Data dari Kementerian Dalam Negeri selama tiga tahun terakhir memperlihatkan tren yang mengkhawatirkan terkait pendidikan tinggi di Indonesia.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), pada pertengahan 2022, jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,36 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, hanya 6,41% penduduk yang berhasil menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Persentase ini terbagi dalam beberapa jenjang, yaitu D1 dan D2 sebesar 0,41%, D3 sebesar 1,28%, S1 sebesar 4,39%, S2 sebesar 0,31%, dan hanya 0,02% penduduk yang mencapai jenjang pendidikan doktor (S3).
Tingginya biaya pendidikan semakin memperbesar kesenjangan akses pendidikan di Indonesia. Hal ini membuat pendidikan tinggi, terutama di jenjang S2 dan S3, hanya bisa dinikmati oleh segelintir kalangan tertentu. Akibatnya, cita-cita untuk mencapai pendidikan yang inklusif dan merata seperti yang dicita-citakan SDGs masih jauh dari harapan.
Permasalahan ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada perkembangan bangsa secara keseluruhan. Dengan rendahnya tingkat pendidikan tinggi, Indonesia berpotensi kehilangan sumber daya manusia yang berkualitas, yang seharusnya dapat berkontribusi lebih dalam bidang akademik, riset, dan pengembangan teknologi.
Untuk mencapai target SDGs di bidang pendidikan, pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan perlu mencari solusi komprehensif yang dapat menekan biaya pendidikan, tanpa mengorbankan kualitas. Langkah-langkah konkret harus diambil agar semua kalangan dapat menikmati pendidikan yang berkualitas, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang akan menentukan masa depan Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan pendidikan berkualitas dan terjangkau, demi kesejahteraan bangsa di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H