Mohon tunggu...
Muhammad Gozali Rahmatullah
Muhammad Gozali Rahmatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku berpikir maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dan Manusia: Moral Islam dalam Membangun Karakter Individu

3 Juni 2022   00:30 Diperbarui: 3 Juni 2022   00:34 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam memberikan kontribusi yang sangat besar bagi umat manusia melalui kemajuan di segala bidang pembelajaran. Dampak Islam terhadap peradaban manusia dapat dibagi menjadi dua bidang dampak moral dan intelektual. Pemeriksaan yang cermat terhadap keduanya memberikan wawasan tentang kecanggihan dan kemajuan budaya Islam.

Hidup itu penting dan nilai-nilai kehidupan bahkan lebih penting. Nilai adalah pedoman prinsip, atau standar perilaku, yang dianggap diinginkan oleh masyarakat sipil dan adil. Mereka adalah apa yang kita gunakan untuk memandu interaksi kita dengan orang lain, dengan teman dan keluarga kita; mereka memandu perilaku kita dalam komunitas tempat kita menjadi anggota, dalam bisnis, dan dalam perilaku profesional kita.

Nilai-nilai etika membawa konsep standar moral, tanggung jawab moral dan identitas moral. Standar moral diasosiasikan dengan perilaku, tanggung jawab moral mengacu pada hati nurani kita, dan identitas moral mengacu pada orang yang mampu melakukan tindakan yang benar atau salah. Ketika diwujudkan oleh manusia, mereka berfungsi untuk:

•Memastikan harmoni antar individu;

• Menjadi indovidu yang baik untuk keharmonisan di dalam masyarakat 

• Menjaga agar  tetap dalam hubungan yang baik dengan kekuatan yang menciptakan kita.

Nilai-nilai etika adalah intisari dari setiap filosofi kehidupan. Sebuah pepatah Cina mengatakan bahwa "jika ada kebenaran di dalam hati, akan ada keindahan dalam karakter, jika ada keindahan dalam karakter, akan ada keharmonisan dalam rumah tangga, bila ada keharmonisan dalam rumah tangga, akan ada ketertiban dalam bangsa; ketika ada ketertiban dalam bangsa, akan ada perdamaian di dunia"

Islam sepenuhnya mengakui pentingnya nilai-nilai yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Ini tidak hanya mendukung nilai-nilai etika yang dikemukakan oleh agama-agama sebelumnya, tetapi juga menambah kedalaman dan keindahannya. Ini memberikan dasar spiritual dan motivasi intrinsik untuk nilai-nilai luhur. Islam menyentuh relung terdalam dari jiwa manusia tidak hanya untuk membersihkannya dari bayang-bayang gelap kemarahan, iri hati, keserakahan dan atribut negatif manusia lainnya, tetapi juga untuk menerangi dengan cahaya kesabaran, cinta, belas kasihan, pengorbanan diri dan martabat pribadi. .

Revolusi Islam memiliki dampak yang mendalam dan abadi pada aspek psikologis dan sosiologis dari keberadaan manusia. Sebelum datangnya Islam, filsafat dan agama (kecuali Kristen) tidak meninggalkan pengaruh yang sangat dalam bagi kehidupan manusia. Secara umum, perilaku individu dan sosial tidak banyak dipengaruhi oleh agama atau filsafat.

Sebagian besar, orang percaya bahwa Tuhan, setelah menciptakan alam semesta, menjadi tidak peduli dan acuh tak acuh terhadap urusan duniawi. Entah mereka tidak memiliki rasa takut atau cinta akan Tuhan, atau rasa takut dan cinta akan Tuhan bukanlah kekuatan kreatif yang layak dalam membentuk kehidupan mereka. Sebagian besar ajaran filsafat Yunani memiliki konsepsi negatif tentang sifat-sifat Tuhan dan mereka hampir tidak menyebutkan belas kasihan, cinta, dan pengampunan Tuhan yang tak terbatas, sedangkan sejarah menggambarkan bahwa tidak ada budaya atau peradaban positif yang dapat dibangun di atas konstruksi yang suram dan sikap yang tidak wajar.

Islam membebaskan umat manusia dari ilmu yang mematikan dan Gnostisisme yang sakit dari filsafat Yunani. 

Islam memperkenalkan Tuhan yang meresapi jiwa dan raga dan dapat dirasakan di setiap tetes darah. Tuhan Islam adalah Yang Maha Pemurah dan Penyayang, Pemelihara dan Pelindung, Pemberi Damai dan Maha Agung. Kita telah diperintahkan untuk menanamkan sifat-sifat-Nya dan mewarnai diri kita sendiri dengan warna-Nya, karena warna-Nya adalah yang terbaik (Quran, 2:138).

Konsepsinya adalah bahwa Tuhan adalah Penguasa, dan secara mutlak beroperasi, alam semesta dan bahwa Dia menyediakan kesadaran hidup, di mana Tuhan adalah realitas yang hidup. Iman kepada Tuhan menjadi hakiki bagi kehidupan manusia, mengalir di dalam diri mereka seperti darah yang menopang kehidupan di pembuluh darah mereka, menerangi hati mereka dan mencerahkan pikiran mereka. Akibatnya, muncullah versi kemanusiaan yang saleh, bermartabat dan anggun yang tenggelam dalam kesadaran dan cinta-Nya. Al-Qur'an mencerminkan hal ini dalam ayat-ayat berikut:

Keberanian Moral: Kesadaran spiritual memberi orang percaya kekuatan kemauan yang luar biasa dan melengkapinya dengan gagasan kritik diri, latihan terus menerus untuk memperbaiki kesalahan dan kegagalan seseorang. Itu memberinya Nafs Lawwama (hati nurani yang selalu bertobat) yang menusuknya setiap kali dia melakukan hal yang salah, dan mencegahnya melakukan kejahatan bahkan di sudut kegelapan yang terpencil. Kesadaran ini mendorong orang untuk mengajukan hukuman dengan mengakui bahwa mereka telah melakukan dosa. Pemikiran moral yang mengevaluasi diri ini mengarah pada standar tertinggi dari sifat dapat dipercaya dan integritas, yang memunculkan kesalehan dan kesopanan yang dipertahankan baik dalam kehidupan publik maupun pribadi. 

Tanggung Jawab Kolektif: Kesadaran Islam menekankan konsep tanggung jawab kolektif. Perbedaan antara Islam dan kebanyakan agama lain adalah bahwa Islam tidak puas dengan hanya mendirikan ibadah dan menyerahkan kebutuhan masyarakat kepada badan pengatur temporal. Sebaliknya, Islam menetapkan cara berperilaku, dan hak serta kewajiban hubungan bagi individu, anggota keluarga, komunitas dan bangsa 

Martabat Pribadi: Faktor psikologis dan moral membawa perubahan dalam perilaku dan perilaku manusia. Umat manusia dihidupkan kembali dan martabat serta kehormatannya dipulihkan. Kemampuan laten muncul. Sebuah revolusi humanistik yang besar mengubah bangsa Arab, yang paling terbelakang dan buta huruf saat itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun