Mohon tunggu...
Muhammad GiatPratama
Muhammad GiatPratama Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang Mengetik

Jangan Menilai Orang dari covernya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Representasi Ketidakadilan Dalam Pendidikan Pada Film Anime Baka and Test: Summon the Beasts

11 Januari 2021   15:46 Diperbarui: 11 Januari 2021   15:59 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yoshi Akihisan dan Sakamoto Yuuji Sedang dikejar dengan murid lain. Foto: thecinemaholic.com

 

Bicara tentang pendidikan, Setiap manusia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia dan merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk mewujudkan impian atau cita-cita. Pendidikan bisa didapat dimanapun salah satunya disekolah. sekolah merupakan tempat orang belajar dan menuntut ilmu namun apa jadinya bila tempat yang biasa kita sebut tempat pendidikan, tempat orang belajar, dan tempat orang menuntut ilmu hanya bisa didapat dan dinikmati bagi orang tertentu saja.

Seperti realita yang terjadi saat ini kebanyakan hanya orang yang memiliki intelektual tinggi saja yang mendapatkan perhatian dan mendapatkan pendidikan bagus sedangkan orang yang memiliki intelektual rendah selalu dipandang sebelah mata bahkan terkadang dihina, dilupakan, dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak seakan-akan mereka tidak pantas mendapatkannya. Karena hal ini murid yang memiliki intelektual rendah tidak dapat berkembang. Apakah murid yang memiliki intelektual rendah tidak berhak mendapatkan pendidikan yang layak? jawabannya semua orang berhak mendapatkannya.

Pada dasarnya dalam berpendidikan kita tidak boleh membeda-bedakan dikarenakan setiap orang mempunyai kewajiban yang sama untuk mendapatkan pendidikan untuk menggapai cita-cita serta memajukan bangsa dan negara. "Baka and Test: Summon the Beasts" merupakan film animasi berlatarbelakang ketidakadilan dalam Pendidikan. 

"Baka and Test: Summon the beasts" disutradarai oleh Shin Onuma dan rilis pada 7 januari 2010. Film ini menceritakan seorang murid bernama Yoshi Akihisa yang bersekolah di Fumizuki, Sekolah Fumizuki menerapkan sistem dimana setiap murid ditempatkan berdasarkan kemampuannya.

Yoshi Akihisa merupakan murid kelas 2F yang merupakan kelas terakhir dalam sekolah Fumizuki dikarenakan pada saat ujian mendapatkan nilai yang rendah. Pada saat mulai memasuki sekolah Yoshi Akihisa melihat kelas 2A yang begitu rapih dan bersih dilengkapi fasilitas yang mewah, didalam nya terdapat laptop, tempat untuk bersantai, bernyanyi bahkan ada dapur dan cemilan layaknya hotel bintang lima. Berbanding terbalik dengan fasilitas yang dimiliki kelas 2F bantal yang jelek dan robek, meja yang tidak layak pakai dan bangunan yang jelek layaknya tempat tinggal hewan.

Yoshi Akihisa terlihat sangat kesal merasa tidak adil dengan sistem disekolah Fumizuki yang telah mengelompokan murid berdasarkan kemampuan. Kekesalan Yoshi menjadi bertambah setelah tau bahwa Himeji Mizuki memasuki kelas yang sama dengannya. Yoshi tau bahwa Himeji merupakan murid yang sangat pintar yang seharusnya berada dikelas 2A namun ia berada dikelas 2F dikarenakan pada saat ujian ia mengalami sakit yang membuatnya tidak bisa mengikuti ujian dan mendapatkan nilai yang rendah. Karena hal tersebut Yoshi sangat kesal dengan sistem disekolah ini, tidak hanya itu bahkan kelas-kelas yang lain menghina kelas 2F sebagai murid yang bodoh itulah yang membuat dirinya dan teman-temannya memberontak. Sakamoto Yuji yang merupakan ketua kelas 2F ingin membuktikan bahwa nilai bukanlah segalanaya.

Maka dapat disimpulkan representasi ketidakadilan dalam pendidikan pada film animasi "Baka and Test: Summon the Beasts" tergambarkan terdapat perbedaan atau ketidakadilan dimana hanya murid kelas 2A saja yang mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang bagus sedangkan murid kelas 2F tidak mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang selayaknya. Tidak hanya itu murid kelas 2F juga dapat hinaan dari kelas lain dikarenakan menempati kelas terakhir yang berarti kelas 2F murid paling bodoh. 

Oleh karena itu murid kelas 2F ingin membuktikan bahwa nilai bukanlah segalanya.

Muhammad Giat Pratama, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun