Mohon tunggu...
Muhammad Ghulam
Muhammad Ghulam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Islam FEB Unpad

Jelajahilah ruang kata-kata dan temukan keajaiban di dalamnya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Parasite (2019), Lakon Si Kaya dan Si Miskin

8 Maret 2022   21:04 Diperbarui: 8 Maret 2022   21:09 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Parasite | sumber: imdb.com

Belakangan ini pengaruh budaya Korea sedang gencar-gencarnya menyusup ke dalam tatanan sosial masyarakat kita. Salah satu produk budayanya, yaitu film dan serial Korea, tengah digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya dari kalangan remaja. 

Aktor-aktor berparas rupawan serta plot cerita yang menarik, mungkin menjadi alasan utama film dan serial Korea menjadi banyak diminati. Para penikmatnya memakai istilah drakor (akr. drama Korea) untuk menyebut film atau serial yang berasal dari Korea.

Saya pribadi pun turut menjadi 'korban' dari pengaruh salah satu produk budaya Korea tersebut. Awalnya saya enggan untuk menonton drakor, karena saya menganggap drakor itu kebanyakan menceritakan drama-drama cinta yang lebay. Tetapi semua pandangan itu berubah setelah saya mendapat rekomendasi film Korea dari teman saya.

Rekomendasi film Korea dari teman saya berjudul "Parasite", dan kata teman saya alur ceritanya sangat bagus dan nggak ada tuh drama-drama cinta yang lebay di dalamnya. Mendengar itu, saya pun seolah jadi terbius untuk segera menontonnya dan Parasite menjadi film Korea pertama yang saya tonton.

Parasite adalah film asal Korea Selatan yang bergenre thriller dengan sedikit bumbu-bumbu dark comedy di dalamnya. Film ini disutradrai dan ditulis oleh Bong Joon Ho. 

Tayangan perdana film ini diselenggarakan di Festival Film Cannes ke-72 pada tanggal 21 Mei 2019. Film ini kemudian dirilis oleh CJ Entertainment pada tanggal 30 Mei 2019 di Korea Selatan dan mulai tayang di bioskop Indonesia pada tanggal 24 Juni 2019.

Parasite sempat mengantongi empat piala Oscar di Academy Awards ke-92. Beberapa penghargaan tersebut didapat melalui kategori Best Picture, Best Original Screenplay, Best Director, dan Best International Feature Film. 

Dari situ, Parasite pun berhasil mencatat sejarah berprestasi sebagai film Korea Selatan pertama yang mendapat nominasi Oscar dan juga menjadi film berbahasa asing (non-inggris) pertama yang memenangkan Best Picture. Mengapa Parasite bisa mendapat banyak penghargaan tersebut? Mari kita ulas filmnya!

Sinopsis

Di awal cerita, film ini menyoroti sisi kehidupan sebuah keluarga inti yang miskin, yaitu keluarga Kim. Keluarga inti tersebut terdiri dari ayah Kim Ki Taek (Song Kang-ho), ibu Chung Sook (Jang Hye-jin), anak laki-laki bernama Kim Ki-woo (Choi Woo-sik), dan anak perempuan bernama Kim Ki-jeong (Park So-dam). 

Potret Keluarga Kim | sumber: cnnindonesia.com
Potret Keluarga Kim | sumber: cnnindonesia.com

Keluarga Kim tinggal di sebuah basement yang kumuh dan berantakan. Dari basement ini, kita bisa menyaksikan betapa sulitnya kondisi kehidupan keluarga Kim; tinggal berempat berdesak-desakan di petak basement kecil, mencari-cari sinyal wifi tetangga atau cafe terdekat untuk menikmati internetan, dan hidup berdampingan dengan kecoa-kecoa menjijikkan. 

Ayah Kim dan Bu Choi setengah pengangguran. Kedua anaknya pun sama saja dan belum bisa kuliah karena keterbatasan biaya. Untuk menyambung hidup, keluarga Kim mengandalkan upah tidak tetap dari jasa melipat kotak pizza.

Di suatu malam, teman Ki-woo bernama Min Hyuk (Park Seo Joon) datang berkunjung ke basement keluarga Kim. Min Hyuk adalah seorang mahasiswa di universitas ternama berpenampilan rapih dan ganteng. Adapun maksud dari kedatangannya antara lain untuk sekadar silaturahmi sekaligus memberi bingkisan berisi sebongkah batu pajangan dari kakeknya kepada Ki-woo. Konon, batu dari kakeknya itu bisa mendatangkan rezeki.

Dan latar adegan pun beralih ke sebuah minimarket. Di minimarket tersebut ternyata Min Hyuk menjelaskan maksud lain dari kunjungannya. Min Hyuk ingin 'bantu-bantu teman' rupanya. 

Diketahui Min Hyuk merupakan guru privat bahasa Inggris untuk seorang anak saudagar kaya. Tetapi sayangnya Min Hyuk hendak ke luar negeri untuk melanjutkan kuliah. Untuk itu, sementara Min Hyuk pergi ke luar negeri, ia ingin agar Kim-woo menggantikannya untuk mengajar anak saudagar kaya tersebut. Kim-woo pun lantas mengamini tawaran Min Hyuk tersebut karena diiming-imingi dengan upah yang besar.

Namun permasalahannya Kim-woo bukan mahasiswa dan dia tidak punya sertifikat kelulusan dari universitas untuk menunjukkan kompetensinya. Namun Min Hyuk pun menjaminnya dengan merekomendasikan Kim-woo langsung ke saudagar kaya dan menyuruhnya agar 'berpura-pura'. 

Lalu, Min Hyuk pun menyarankan Kim-woo untuk membuat sertifikat kelulusan palsu melalui bantuan adiknya Kim-woo, si Ki-jeong, yang jago mengedit dokumen menggunakan photoshop. Selanjutnya dibuatlah sertifikat kelulusan palsu oleh Ki-jeong dan masalah Kim-woo pun terselesaikan.

Dengan berbekal sertifikat palsu itu, Kim-woo pun bisa dengan pede pergi ke rumah saudagar kaya. Di sanalah akhirnya Kim-woo berjumpa pertama kali dengan sosok si kaya dalam film, yaitu keluarga Park. 

Kondisi rumah Park berbanding terbalik sekali dengan kondisi rumah keluarga Kim. Rumah yang luas dengan desain interior yang modern, tata kelola ruang yang rapih dan nyaman, dilengkapi dengan taman hijau yang lapang, sudah cukup untuk mendeskripsikan kondisi rumah keluarga Park.

Rumah Keluarga Park | sumber: pinhome.id
Rumah Keluarga Park | sumber: pinhome.id
Selanjutnya di rumah itu Kim-woo berjumpa dengan ibu Park (Cho Yeo-jeong). Ibu Park sudah mengetahui maksud kedatangan Kim-woo ke rumahnya, karena Kim-woo sudah direkomendasikan langsung oleh Min Hyuk sebelumnya.  

Karena direkomendasikan oleh Min Hyuk pula akhirnya tanpa basa-basi ibu Park langsung menerima Kim-woo sebagai guru privat anaknya, yaitu Da Hye (Jung Ji-so). Da Hye punya adik laki-laki bernama Da-song (Jeong Hyun Jun). Pak Park (Lee Sun-kyun) sedang tidak ada di rumah karena sedang bekerja. 

Di hari pertama Kim-woo mengajar, ibu Park mengawasinya untuk menilai kinerjanya. Dan sejauh pengawasan ibu Park, Kim-woo cukup memberikan kesan yang baik, begitu pun kepada Da Hye. Ia sampai naksir terhadap Kim-woo. Setelah mengajarnya lancar dan tuntas, Kim-woo pun pamit.

Potret Keluarga Park | sumber: merahputih.com
Potret Keluarga Park | sumber: merahputih.com

Dan sebelum Kim-woo pamit, ibu Park sempat curhat kepada Kim-woo. Ibu park menjelaskan bahwa ia sedang butuh guru seni terapis untuk menafsirkan gambar-gambar hasil karya Da-song yang memiliki pengalaman traumatis semasa kecilnya. Ibu Park berpikir mungkin dengan cara itu, trauma Da-song dapat disembuhkan.

Di situlah akal bulus Kim-woo berjalan. Ia akhirnya merekomendasikan Ki-jeong untuk menempati posisi tersebut. Lagi-lagi, strateginya pun sama, Ki-jeong disuruh berpura-pura untuk menjadi ahli terapis seni di rumah keluarga Park.

Selanjutnya cara licik yang sama pun terus dilakukan hingga akhirnya seluruh anggota keluarga Kim dapat bekerja di keluarga Park. Keluarga Kim pun dapat menggerogoti pundi-pundi uang yang didapat dari upah bekerja di keluarga Park. Keluarga Kim layaknya parasit yang bergantung hidup terhadap inangnya, yaitu keluarga Park. Dan dari sinilah representasi judul film akhirnya tersampaikan kepada penonton.

Kemudian diceritakan keluarga Park pergi berkemah sekeluarga. Rumah ditinggal sepi. Keluarga Kim pun memanfaatkan momen tersebut dengan puas bersenang-senang menikmati kemewahan rumah keluarga Park. Dan di tengah sedang asyik-asyiknya mereka berpesta, bel rumah keluarga Park tiba-tiba berbunyi, dan datanglah sosok tamu yang tak diduga-duga. Dan setelah kedatangan tamu itu, akhirnya sisa cerita di dalam film berhasil memunculkan konflik-konflik serta mengungkapkan rahasia-rahasia yang ada.

Sarat Akan Kritik Sosial

Parasite membawa tema tentang kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Kritik sosial pun sempat beberapa kali terlontar dari sebagian adegan di dalam film. Seperti ketika adegan Kim-woo yang memalsukan sertifikat kelulusan. Realitanya di dunia nyata sering terjadi orang-orang yang memakai cara tersebut untuk mendapatkan suatu jabatan atau masuk ke instansi ternama.

Lalu saat ibu Park mau menerima Kim-woo sebagai pengajar anaknya. Ibu Park langsung menerima Kim-woo karena ia merupakan orang yang direkomendasikan Min Hyuk tanpa menghiraukan kualifikasi yang tercantum dalam sertifikat kelulusannya. Dari adegan ini, kesannya bagaikan sebuah kritik terhadap fenomena 'orang dalam' di dunia nyata.

Kemudian pada dialog antara Pak Kim dan Bu Choi di saat mereka sedang mabuk-mabukkan di rumah keluarga Park. Pak Kim berkata, "(keluarga Park) kaya namun tetap baik". Lalu Bu Choi pun menimpali, "bukan kaya namun tetap baik, tapi karena kaya ia baik". Dari sini seperti mengisyaratkan bahwasanya stigma orang kaya yang naif dan tak peduli dengan orang yang di bawahnya tidak selamanya benar. Buktinya banyak orang kaya yang baik mau membantu orang-orang sekitarnya.

Salah Satu Masterpiece dari Korea Selatan

Menurut saya, bisa dibilang Parasite adalah salah satu masterpiece yang berhasil dibuat oleh Bong Joon, sang sutradara sekaligus penulis naskah. Akting para aktor juga mengesankan, menjiwai, dan terlihat sangat natural. Alur yang dimiliki Parasite tidak membuat bosan dan kita akan dikejutkan oleh beberapa plot twist di dalamnya.

Sinematografi yang dipakai juga membuat penonton terkesan. Melalui teknik penangkapan gambar dan sudut pandang yang lihai serta penggunaan tone-tone warna yang menyesuaikan suasana cerita, sukses membuat penonton dapat terhanyut oleh drama dan emosi yang ada.

Dan yang tak kalah menarik, di film ini Bong Joon menyisipkan beberapa unsur-unsur simbolis yang dapat diinterpretasikan menurut pandangan masing-masing yang menontonnya. Sepertinya saya tak perlu menjelaskan makna dari simbol-simbol tersebut. Silahkan kalian bisa menginterpretasikan sendiri dengan menonton filmnya. Karena dalam memaknai sebuah simbol, persepsi setiap orang bisa berbeda-beda.

Mungkin dari faktor-faktor itulah yang akhirnya menjadikan Parasite mendapat banyak penghargaan di kancah internasional. Akhir kata, film Parasite menurut saya sudah cukup untuk mendekati sempurna. Parasite cocok dan wajib ditonton karena alurnya yang sangat menarik dan tidak membosankan. Tapi peringatan! Bagi yang tidak suka film yang mengandung unsur gore dan pembunuhan berdarah, mending nggak usah nonton, deh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun