Nah!, pasti kalian masih bertanya-tanya siapakah Edward Lee Thorndike dan Burhus Fedric Skinner itu namun, mungkin sebagian dari kalian yang mempelajari atau membaca tentang psikologi sudah tak asing lagi dengan 2 nama tokoh psikologi tersebut, yaa mereka berdualah yang mempelopori teori belajar fungsionalistik, lebih tepatnya Thorndike yang mencetuskan teori belajar fungsional untuk pertama kali dan kemudian diperbarui oleh Skinner.
Pertama-tama siapa sih Edward Lee Thorndike? dan bagaimana beliau menggambarkan teori belajar fungsionalistik itu sendiri? Baik kita singkat saja nama dari Edward Lee Thorndike pada artikel ini sebagai thorndike saja agar memudahakan untuk memahaminya, thorndike adalah seorang psikolog yang berkebangsaan Amerika Serikat, ia menghabiskan hampir seluruh kariernya di Teachers College, Universitas Columbia.
Menurut Shadily, Hassan.Ensiklopedia Indonesia. Thorndike, lahir di Williamsburg, Massachusetts, beliau adalah anak dari seorang pendeta Gereja Metodis di Lowell, Massachusetts. Ayahnya bernama Edward Robert Thorndike dan ibunya bernama Abbie Ladd Thorndike. Ayahnya merupakan seorang mantan pengacara yang kemudian menjadi pendeta di sebuah gereja Metodis. Semasa kecilnya, keluarganya sering berpindah-pindah tempat tinggal. Ini dalam rangka pelayanan dalam berbagai sidang di daerah New England. Thorndike merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ia memiliki kakak laki-laki bernama Ashley Horace dan adik laki-laki bernama Lynn. Thorndike juga memiliki seorang adik perempuan bernama Mildred. Keluarganya merupakan penduduk asli dari negara Maine. Pada tahun 1895, Thorndike mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Wesleyan, Connecticut. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan di Universitas Harvard pada jurusan bahasa. Fokusnya adalah bahasa Inggris dan bahasa Prancis. (Firliani, dkk. 2019).
Teori Belajar Fungsionalistik Menurut Thorndike
Thorndike menjelaskan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dengan respons, yang dimana perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret atau non konkret.
Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya beliau memperoleh tiga macam hukum dalam belajar, yakni law of effect, law of exercise, dan law of readiness. Law of effect adalah tercapainya kondisi yang memuaskan akan memperkuat hubungan antara stimulus dengan respon. Maksudnya, bila respons terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang memuaskan. Bila hubungan S-R tidak diikat oleh sesuatu yang memuaskan maka respons itu akan melemah atau bahkan tidak akan ada respons sama sekali. Secara umum law of effect yaitu sesuatu yang menimbulkan efek yang mengenakkan akan cenderung diulangi atau sebaliknya.
Law of exercise adalah respons terhadap stimulus dapat diperkuat seringnya respons digunakan. Hal ini menjadikan implikasi bahwa praktik, khususnya pengulangan dalam pengajaran ialah penting dilakukan. Sementara law of readiness adalah dalam memberikan respon subjek harus siap dan disiapkan. Hukum ini menyangkut kesiapan dalam pengajaran, baik kesiapan fisik ataupun mental dan intelek. Stimulus tidak akan direspons, atau reh duduk yang tenang, rapi dan sebagainya. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau guru memberikan pujian, bimbingan, pembsponsnya akan lemah, bila pelajar kurang atau belum siap.
Menurut Edwar Lee Thorndike sebelum guru memasuki kelas untuk mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruerian hadiah, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.
Ada kelemahan dalam teori belajar menurut Thorndike yaitu, pertama, memandang belajar hanya merupakan asosiasi stimulus dan respons. Dengan demikian yang dipentingkan dalam belajar adalah memperkuat asosiasi dengan latihan-latihan atau ulangan yang terus-menerus. Kedua, proses belajar yang dipandang mekanistik antara stimulus dan respons.
Yaa begitulah, sudahkah kalian mengenal siapa itu thorndike dan bagaimana menurut beliau tantang teori belajar fungsionalistik itu, selanjutnya kita akan mengenal siapa itu Burhus Fedric Skinner dan bagaimana beliau menggambarkan teori belajar fungsionalistik.
Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1904. Beliau dilahirkan di Susquehanna, Pennsylvania (Catania, A. Charles, 1984). Skinner ialah anak pertama. Ayahnya bernama William Skinner dan ibunya bernama Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya berprofesi sebagai pengacara sekaligus politikus. Sedangkan ibunya hanya mengurus rumah tangga. Keluarga Skinner merupakan golongan kelas menengah ke atas sehingga beliau memiliki tempat tinggal yang nyaman dan tenteram. Sejak kecil, Skinner diajari tentang nilai-nilai pengendalian diri, pelayanan, kejujuran, dan kerja keras. Keluarganya menganut kepercayaan Gereja Presbiterian. Sewaktu kecil, Skinner dipanggil dengan nama panggilan "Fred". Beliau sangat jarang dipanggil dengan nama Burrhus. (Feist, J., dan Feist, G. J. 2013).
Skinner menempuh pendidikan dalam bidang Bahasa Inggris dari Hamilton College. Beberapa tahun setelahnya, Skinner menempuh studi dalam bidang psikologi di Universitas Harvard. Di tahun 1936, beliau mengajar di Universitas Minnesota, dan di tahun 1948, beliau mengajar di Universitas Harvard sampai akhir hayatnya. Salah satu buku terbaik dalam bidang psikologi yang ditulisnya adalah Walden II. (George Boeree. 2008).
Pandangan Skinner terhadap teori belajar fungsionalistik menurutnya reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Peneguhan diartikan sebagai suatu konsekuensi perilaku yang meperkuat perilaku tertentu. terdapat dua macam peneguhan yaitu positif dan negative. Peneguhan positif merupakan rangsangan yang semakin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Sedangkan peneguhan negative adalah peneguhan yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. (Muhammad Thobroni & Arif Mustofa: AR-Ruzz Media. 2011).
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terdapat pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi supaya respon yang sama menjadi semakin kuat. Contohnya, seorang pelajar perlu dihukbukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Â
Skinner membentuk perincian dengan membedakan respons menjadi dua bagian:
1. Respondent Responseyang ada disekitarnya, maka tikus menghampiri ke sana kemari, tindakan ini disebut "emitted behavior"(tingkah laku yang terpancar). Selanjutnya pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emitted behavior dapat menekan pengungkit sehingga tekanan pengungkit mengakibatkan munculnya butir-butir makanan
Respons ini dihasilkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya keluar air liur setelah melihat makanan tertentu. Pada dasarnya perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respon yang ditimbulkannya. Jenis respons ini sangat terbatas pada manusia saja.
2. Operante Response
Respons ini ialah respon yang muncul dan berkembang yang dikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang seperti itu disebut reinforcing stimulus karena perangsang itu memperkokoh respons yang telah dilakukan oleh oraganisme.
Skinner melakukan eksperimen dengan tikus dalam sangkar, teori ini terkenal dengan Skinner Box. Dimana tikus dalam kondisi lapar di dalam kandamg  mencium benda-benda ke dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforcement bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut tingkah laku operant.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H