Jragung- Kesulitan dalam mendapatkan Pupuk Kimia bersubsidi menjadi kendala para petani dalam mengembangkan produktivitas lahan pertanian, hal ini dikarenakan mayoritas petani di desa Jragung tidak terdaftar dalam e-RDKK yang mana terdaftar dalam e-RDKK menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan Kartu Tani dan pupuk kimia bersubsidi. Dengan memanfaatkan limbah hasil panen jagung yang berupa tongkol jagung Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) yang berasal dari Politeknik Negeri Semarang (Polines) telah berhasil menciptakan pupuk alternatif pengganti pupuk kimia bersubsidi yang berbahan dasar tongkol jagung.
Untuk menunjang produksi pupuk tersebut, tim pkm ini menggabungkan keahlian mereka yang berasal dari berbagai jurusan yang dipimpin oleh Bagus Wahyu (Teknik Elektro) dengan anggota Faranita Putri (Teknik Mesin), Luthfi Aryananda (Teknik Mesin), Friendika Alif (Teknik Elektro), Fathiya Nur (Akuntansi) dan dibimbing oleh Dosen Pembimbing Sahid,S.T.,M.T yang berasal dari Jurusan Teknik Mesin Polines dengan menciptakan Teknologi tepat guna yaitu Mesin Pencacah Tongkol Jagung dan Mesin Mixer.
Melihat dari potensi limbah hasil panen Desa Jragung, Bagus Wahyu Utomo ketua tim PKM-PI menuturkan "Dilihat dari permasalahan yang dihadapi Petani khususnya Kelompok Tani Nastiti kami dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan ini dengan memanfaatkan limbah jagung dan meningkatkan niai ekonomi dari limbah jagung"
Limbah jagung khususnya tongkol jagung, dijual dengan harga yang murah yaitu hanya Rp 3.000 per karung. Oleh karena itu, tim pkm ini bertekad meningkatkan nilai ekonomi tongkol jagung dengan dimanfaatkan menjadi pupuk alternatif pengganti pupuk kimia. Berawal dari tekad inilah, tim PKM-PI memulai perjalanan menciptakan, menggabungkan dan mengembangkan inovasi mesin pencacah tongkol jagung dan mesin mixer. Mesin pencacah ini dirancang dengan menggunakan motor bensin 7 HP yang mampu mencacah tongkol jagung sebanyak 10 Kg/ menit dan dilengkapi dengan 2 saringan yang mampu memisahkan bahan halus dan kasar. Mesin ini diciptakan untuk membantu para petani dalam memproduksi pupuk, mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia dan meningkatkan kualitas hasil cacahan menjadi lebih halus.Â
Limbah jagung khususnya tongkol jagung, dijual dengan harga yang murah yaitu hanya Rp 3.000 per karung. Oleh karena itu, tim pkm ini bertekad meningkatkan nilai ekonomi tongkol jagung dengan dimanfaatkan menjadi pupuk alternatif pengganti pupuk kimia. Berawal dari tekad inilah, tim PKM-PI memulai perjalanan menciptakan, menggabungkan dan mengembangkan inovasi mesin pencacah tongkol jagung dan mesin mixer. Mesin pencacah ini dirancang dengan menggunakan motor bensin 7 HP yang mampu mencacah tongkol jagung sebanyak 10 Kg/ menit dan dilengkapi dengan 2 saringan yang mampu memisahkan bahan halus dan kasar. Mesin ini diciptakan untuk membantu para petani dalam memproduksi pupuk, mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia dan meningkatkan kualitas hasil cacahan menjadi lebih halus.Â
TIM PKM-PI Polines telah membuktikan bahwa dengan pengetahuan dari berbagai jurusan dan teknologi dapat digunakan untuk menciptakan sebuah teknologi tepat guna yang dapat membantu permasalahan dan peningkatan nilai ekonomi dalam masyarakat. Potensi besar yang dapat dihasilkan diharapkan mampu menjadi contoh insipiratif bagi mahasiswa di Indonesia. Untuk mahasiswa yang ingin mendapatkan informasi guna meneruskan kepada kelompok tani-kelompok tani lainnya dapat mengakses sosial media PKM-PI pada Instagram di @pkmpi_pencacahlimbahjagung23Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H