Mohon tunggu...
Politik

Manuver Buruk Jaksa Agung

22 Januari 2016   09:53 Diperbarui: 22 Januari 2016   09:53 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jaksa Agung Hm Prasetyo kembali beraksi, namun seperti biasanya bukan aksi yang positif yang dia tunjukan, melainkan aksi yang tidak enak dipandang mata dan tidak enak didengar. Setelah mengaku akan memeriksa Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo, dalam kasus penggeelapan pajak saat masih memiliki PT Mobile 8 tahun 2004 silam, kini politisi NasDem itu mengaku menerima ancaman teror berupa sms yang diduga dari Hary Tanoe.

"Mas Dwiyayanto, kita buktikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Siapa yang profesional dan siapa yang preman. Anda harus ingat bahwa kekuasaan itu tidak akan langgeng. Saya masuk ke politik salah satu tujuannya memberantas oknum penegak hukum yang semena-mena, yang transaksional dan abuse of power,” begitu kira-kira isi sms teror tersebut, kata Prasetyo di hadapan Komisi III DPR.

Aduan Prasetyo soal sms ini ditanggapi dingin oleh para anggota Komisi III karena sms tersebut tidak memiliki peristiwa hukum dan tidak substansif jika dibahas di rapat koordinasi Komisi III dengan Kejaksaan Agung. Bahkan salah satu anggota Komisi III Sufmi Dasco Ahmad menilai ada motif lain dibalik aduan Prasetyo terkait sms itu. Menurutnya kemungkinan besar ada hubungan pribadi yang tidak mengenakan antara Prasetyo dengan Hary Tanoe, makanya Prasetyo sepertinya habis-habisan ingin menjerat pria yang akrab disapa HT tersebut.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi III Benny K. Harman mempertanyakan pengirim asli pesan singkat tersebut. Menurutnya, bisa saja orang iseng yang mengirimkan pesan tersebut. "Saya juga punya mimpi. Jaksa Agung menyampaikan SMS tidak jelas di sini? Bagaimana Jaksa Agung bisa pastikan SMS itu dari Hary Tanoe? Ini kan aneh. Kalau belum jelas enggak usah diekspos," katanya.

Berdasarkan pernyataan Benny, kita bisa melihat masih abstraknya kebenaran pengirim sms itu. Namun dengan sangat tendensius Prasetyo memastikan bahwa pengirim sms tersebut adalah Hary Tanoe.

Direktur Eksekutif Indonesia Public Policy Institut, Agung Suprio menilai Jaksa Agung, HM Prasetyo cengeng karena mengadu ke komisi III karena ada yang sms seperti itu. Dia menambahkan, isi sms tersebut, kalau dibaca secara seksama, tidak ada nada ancaman. Agung menambahkan, sikap demikian dapat dipandang sebagai rasa panik Jaksa Agung yang dinilai buruk kinerjanya sepanjang tahun 2015.

"Tentu lumrah Jaksa Agung mendapatkan tekanan, bila memang itu (tekanan) benar-benar ada. Itu adalah resiko jabatan ketika dia dipilih Presiden. Kedua, ini berbahaya, karena justru membuka celah pihak yang keberatan melaporkan Jaksa Agung ke pihak berwenang karena bisa dianggap membunuh karaktekter dan mencemarkan nama baik," ujar Agung.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa Prasetyo terobsesi pada Hary Tanoe? Mungkin yang dikatakan Agung di atas benar, kinerja Kejagung yang begitu buruk membuat banyak kalangan memaksa Presiden Joko Widodo untuk mencopot dirinya. Namun seperti orang pada umumnya, Prasetyo tidak ingin jabatannya lepas begitu saja, oleh karena itu, dirinya bermanuver dengan Hary Tanoe sebagai targertnya. Tapi sayangnya, manuvernya tersebut seakan tidak berdasarkan landasan hukum karena hingga saat ini alat bukti yang digembar-gemborkan di media tidaklah konkret.

Bahkan dihadapan Komisi III, Prasetyo tidak memastikan bahwa si pengirim sms tersebut adalah Hary Tanoe. Hal ini pun bertentangan dengan nalar dan rasio orang yang berkecimpung di dunia hukum karena telah mengeluarkan pernyataan yang belum tentu kebenarannya dan tidak ada bukti yang mengarah pada si pelaku asli.

Selain itu, Prasetyo yang sudah puluhan tahun menjadi seorang jaksa seharusnya mengerti bahwa jika ada satu tindak pidana, tempat yang tepat untuk melapor adalah pihak kepolisian, bukan kepada Komisi III DPR yang tidak punya wewenang untuk penindakan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun