Penokohan dalam novel ini telah dibuat dengan baik dan konsisten. Setiap karakter dihadirkan dengan watak yang detail dan akurat. Berikut beberapa karakter inti dalam novel ini:
Emil Salim merupakan tokoh utama pria dalam novel ini. Ia adalah seorang pengasuh di Ponpes Al-Anwar Putra. Sifat yang dingin dan cuek pada Almira lantaran masih belum mampu move on dari istri pertamanya. Di sisi lain, ia memiliki sisi penyayang yang ditunjukkan dalam perhatiannya terhadap Almira, meski bagi Almira itu masih belum cukup.
Asma Nadira merupakan istri pertama Emil yang meninggal dalam waktu tiga bulan setelah pernikahan mereka. Ia digambarkan sebagai wanita dengan sifat pemalu dan berperawakan kecil. Dengan suara lembutnya, ia mencerminkan kesabaran yang mendalam dan kebijaksanaan. Kecintaannya pada ilmu falak dan kesukaannya membahas filsafat menunjukkan intelektualitasnya.
Almira Mudiyah Zarifa merupakan tokoh utama wanita. Ia menikah dengan Emil tiga tahun setelah kematian Asma. Almira berdarah Korea dan Indonesia. Ia memiliki sifat yang cekatan dan penuh perhatian.Â
Sebagai seorang hamilul Qur'an (orang yang mengandung/hafal Al-Qur'an), ia memiliki tekad yang kuat dalam menjaga hafalannya. Sifat setia dan keinginannya untuk mencari perhatian menunjukkan keceriaan dan dedikasinya. Kecermatannya dalam mengamati detail menambah dimensi pada karakternya.
Dialog dalam novel ini bervariasi, dari yang agak baku hingga yang lebih ringan. Namun, terdapat inkonsistensi dalam dialog yang membuat beberapa bagian terasa canggung dan aneh. Di samping itu, ada penggunaan bahasa daerah di dalam novel ini memberikan nuansa khas yang manarik.
Alur novel ini memiliki pergerakan maju-mundur, dengan pengenalan masa lalu Almira, Asma, dan Emil. Hal ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perasaan Emil terhadap Asma dan mengapa ia sulit mencintai Almira. Alur yang dikembangkan cukup baik untuk menggambarkan kedalaman karakter dan perkembangan hubungan antara tokoh-tokohnya.
Penulis telah berhasil menggambarkan novel ini dengan baik dan mendetail. Namun, saya sarankan agar memperhatikan panjangnya paragraf. Paragraf yang terlalu panjang kadang membuat pembaca merasa bosan. Paragraf tersebut panjang lantaran banyak dan detailnya informasi yang penulis sampaikan. Itu tidaklah buruk. Namun, akan lebih baik bila penulis mampu menyampaikan informasi-informasi dalam bentuk narasi yang kaya dialog.
Kesimpulan
Dalam novel "Halal untuk Almira" karya dianhauraa, kesan pertama menjanjikan cerita menarik dan nuansa religi. Penekanan pada perjuangan Almira dalam menjaga hafalan Al-Qur'an akan sangat disetujui oleh para pejuang Ahlul Qur'an. Tujuan penulis untuk menyampaikan pesan tentang kecantikan sejati dan perjalanan hidup kompleks tercermin dalam karakter Almira.Â
Meskipun penggambaran karakter dan suasana mendalam, perlu perbaikan pada narasi yang kadang terlalu rumit dan paragraf yang panjang. Plot menarik dengan konflik cinta dan pertemuan dengan cinta pertama, serta penokohan karakter yang konsisten. Secara keseluruhan, cerita ini sangat menarik, terutama bagi para pecinta romansa-religi, tetapi masih perlu penyempurnaan dalam gaya penulisan agar lebih ringkas dan dinamis.
