Namun, hal itu merupakan sebuah ilusi menakjubkan di dalam model penguasaan pertanian yang bertumpu pada modal besar. Jelas keuntungan akan jatuh pertama kali ke tangan pemilik modal, karena petani sudah tak ada. Hanya tersisa buruh-buruh tani yang bekerja di korporasi pertanian, bahkan berbondong-bondong petani bekerja di atas lahan pertanian yang bukan lagi miliknya. Dengan menjual murah tenaganya demi upah yang alakadarnya.Â
Sangat tragis mendapati pertanian tanpa adanya petani, semacam tragedi kemanusiaan yang menyesakkan lonjakan produktivitas pertanian tanpa kekuatan petani yang mampu berdiri diatas kaki sendiri. Hal ini menjadikan pertanian yang jauh dari sebuah kata kemerdekaan.Â
Tentunya kita tidak ingin semua ini terjadi pada pertanian dan petani kita. Sehingga kita perlu merdekakan sektor pertanian dan para petani melalui konsistensi kita dalam melaksanakan reforma agraria dan meregenerasi petani sekarang juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H