Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Hanya seorang buruh kecil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Perlukah Mitos Tetap Diajarkan ke Generasi Berikutnya?

4 Januari 2024   15:20 Diperbarui: 4 Januari 2024   15:41 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: bobo.grid.id/Sylvana Toemon

Mitos merupakan sebuah cerita yang berkembang dan dipercaya oleh masyarakat sebagai sesuatu yang benar dan tidak dapat dipertanyakan kebenarannya. Mitos juga telah dianggap menjadi bagian dari kebudayaan dan identitas suatu bangsa.

Bahkan di Indonesia sendiri keberadaan mitos telah melekat erat dalam kehidupan masyarakat. Sejak kecil, kita seringkali mendengar cerita-cerita tentang mitos dari orang tua dan kakek nenek kita. Mitos dipercaya sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan kearifan budaya kepada anak-anak. 

Namun, dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, apakah mitos masih perlu diajarkan ke generasi berikutnya?

Salah satu alasan mengapa mitos masih perlu diajarkan adalah karena mitos mampu mempertahankan keberadaan nilai-nilai budaya yang telah terbentuk sejak lama. Mitos menjadi media yang efektif untuk mengajarkan kebaikan dan kepribadian yang baik kepada generasi muda. Sehingga generasi muda dapat memahami dan menghargai kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Selain itu, mitos juga merupakan bagian dari identitas suatu bangsa. Dengan begitu generasi muda dapat memahami sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan yang ada dalam budaya mereka. Serta mereka dapat menjaga dan mempertahankan kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa mereka.

Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa mitos juga memiliki sisi negatif. Beberapa mitos yang berkembang di masyarakat dapat memicu terjadinya diskriminasi dan prasangka terhadap kelompok tertentu. Misalnya, mitos yang menganggap bahwa wanita tidak sekuat pria dan hanya cocok untuk menjadi ibu rumah tangga.

Hal ini tentunya dapat membatasi potensi wanita untuk berkembang dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi dan penyeleksian terhadap mitos yang akan diajarkan kepada generasi muda. Mitos yang memiliki nilai-nilai positif dan relevan untuk masa kini dapat dipertahankan, sedangkan mitos yang mengajarkan hal-hal negatif perlu dihindari.

Mitos juga perlu disandingkan dengan pengetahuan yang lebih akurat dan ilmiah. Misalnya, mitos tentang keberadaan makhluk halus bisa disandingkan dengan pengetahuan tentang alam semesta dan fenomena alam yang dapat dijelaskan secara ilmiah. Dengan begitu, generasi muda dapat memahami bahwa mitos bukanlah sesuatu yang harus dipercaya sepenuhnya, namun sebagai bagian dari kebudayaan yang perlu dipelajari.

Pengajaran mitos juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan. Beberapa mitos memiliki kaitan dengan nilai-nilai keagamaan dan dapat digunakan sebagai media untuk mengajarkan agama kepada generasi muda. Namun, hal ini juga perlu dikombinasikan dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran agama yang sebenarnya.

Dalam mengajarkan mitos, orang tua dan pendidik juga perlu memperhatikan bahwa setiap anak memiliki pemahaman yang berbeda. Oleh karena itu, mitos perlu diajarkan dengan cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk bertanya dan memahami lebih dalam mengenai mitos yang diajarkan.

Meskipun mitos masih sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, namun mitos tetap memiliki peranan yang penting dalam keberlangsungan kebudayaan dan identitas suatu bangsa.

Sehingga pengajaran mitos perlu dilakukan secara selektif, disandingkan dengan pengetahuan yang lebih ilmiah, dan dijadikan sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan agama. Dengan begitu, mitos dapat terus diwariskan kepada generasi berikutnya tanpa kehilangan maknanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun