Entah apa yang kuingin lakukan saat hari ibu nanti, namun terlintas dalam pikiranku untuk memberi tugas kepada keponakan laki-lakiku membuat cerpen tentang hari ibu.
Terima Kasih Ibu atas Segala Jasamu
(By: keponakan laki-laki)
Sebagai seorang anak kecil, saya selalu berpikir ibu saya adalah seorang pahlawan super. Dia bisa melakukan apa saja, mulai dari memasak makanan terlezat hingga memperbaiki mainan saya yang rusak. Tidak ada tugas yang terlalu besar baginya. Namun baru setelah saya dewasa saya benar-benar memahami besarnya cinta dan pengorbanannya bagi keluarga kami.
Tumbuh di sebuah desa kecil di Indonesia, kami tidak mempunyai banyak hal. Ayah saya bekerja berjam-jam di sawah dan ibu saya tinggal di rumah untuk merawat saya dan saudara-saudara saya. Meskipun mengalami kesulitan, ibu saya selalu tersenyum dan tidak pernah mengeluh.
Suatu hari, ketika saya sedang membantu ibu saya melakukan pekerjaan rumah tangga, dia mulai bercerita kepada saya tentang masa kecilnya. Dia menceritakan bagaimana dia harus putus sekolah pada usia dini untuk membantu menghidupi keluarganya. Dia bekerja sebagai pembantu di kota, sering kali mengirimkan penghasilannya yang sedikit kepada orang tuanya. Namun impiannya untuk menjadi seorang guru tidak pernah pudar, dan dia akhirnya menabung cukup banyak untuk kembali ke sekolah dan mengejar minatnya.
Saat dia berbicara, mau tak mau aku merasakan gelombang kebanggaan dan kekaguman terhadap ibuku. Meski menghadapi kesulitan, dia tidak pernah menyerah pada mimpinya. Dia mengajari saya nilai kerja keras, ketekunan, dan tidak pernah melupakan apa yang benar-benar penting.
Namun baru pada suatu peristiwa yang mengubah hidup saya benar-benar memahami betapa dalamnya cinta dan pengorbanan ibu saya. Beberapa tahun yang lalu, ayah saya jatuh sakit dan tidak dapat bekerja. Keluarga kami berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan ibu saya mengambil pekerjaan serabutan untuk menafkahi kami. Dia akan bangun sebelum matahari terbit, bekerja sepanjang hari, dan kembali ke rumah untuk merawat ayah saya dan kami. Dan melalui semua itu, dia tidak pernah sekalipun mengeluh.
Saya ingat suatu malam ketika tagihan menumpuk, dan ibu saya mengajak kami untuk mengobrol serius. Dengan berlinang air mata, dia memberitahu kami bahwa kami mungkin harus pindah ke kota untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dia sudah mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu, dan saya serta saudara perempuan saya harus bekerja untuk membantu menghidupi keluarga. Hatiku tenggelam memikirkan meninggalkan rumah kami dan semua yang kami ketahui. Namun saya dapat melihat tekad di mata ibu saya, dan saya tahu bahwa dia melakukan segala yang dia bisa untuk memastikan kesejahteraan keluarga kami.
Syukurlah, kesehatan ayah saya membaik, dan kami tidak perlu pindah. Namun malam itu, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah melupakan pengorbanan ibuku. Dia telah berkorban begitu banyak demi kami, dan saya ingin membuatnya bangga.
Bertahun-tahun telah berlalu, dan saya sekarang menjadi penulis sukses dan memiliki keluarga sendiri. Saat saya duduk untuk menulis cerita ini, saya diliputi rasa terima kasih kepada ibu saya. Dia mungkin tidak memiliki pekerjaan mewah atau uang yang banyak, namun cinta dan pengorbanannya telah menjadikan saya seperti sekarang ini.
Jadi, untuk ibuku tersayang, terima kasih. Terima kasih atas semua jasamu. Anda adalah pahlawan saya, dan saya akan selamanya berterima kasih atas semua yang telah Anda lakukan untuk saya dan keluarga kami. Kuharap aku hanya bisa menjadi separuh ibumu bagiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H