Mohon tunggu...
Muhammad Fauzan Amirdinardi
Muhammad Fauzan Amirdinardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya seorang mahasiswa ilmu komunikasi di telkom University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Arca Nenek Moyang, Tidak Hanya Sebuah Medium Perantara Doa pada Zaman Dulu

15 November 2023   09:12 Diperbarui: 15 November 2023   10:02 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
arca nenek moyang di sri baduga/dokpri

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan, menurut perspektif alternatif ini, tidak hanya mencakup dimensi material dan fisik, tetapi juga mencakup kekayaan ide dan intelektual manusia. Sebagai suatu totalitas yang kompleks, kebudayaan mencerminkan evolusi serta ekspresi dari pikiran dan kreativitas manusia yang terus berkembang seiring waktu.

 Tentu saja, pentingnya pelestarian budaya menjadi pusat perhatian dalam sudut pandang yang diusung. Budaya bukan hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga dimensi pikiran dan jiwa. Ini mencakup ide, nilai, norma, dan aturan yang membentuk keseharian manusia, serta benda-benda yang menjadi hasil kreativitasnya. Dalam kerangka ini, pelestarian tidak hanya berarti menjaga benda-benda fisik, tetapi juga memahami dan mewariskan gagasan dan pencapaian manusia.

 Inti masalah yang diungkapkan adalah tantangan pelestarian budaya. Bagaimana seseorang dapat mempertahankan sesuatu yang dianggap tidak relevan dalam konteks masa kini? Beberapa orang lebih cenderung mengalihkan fokus mereka pada pengembangan hal-hal yang dianggap lebih praktis saat ini, daripada menjaga warisan yang mungkin jarang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 Pentingnya artikel ini terletak pada dorongan kepada pembaca untuk lebih meningkatkan kesadaran terhadap warisan bersejarah, khususnya yang terdapat di daerah Jawa Barat, seperti yang diulas di Museum Sri Bandung. Melalui penambahan wawasan mengenai nilai-nilai bersejarah, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami peran benda-benda seperti Arca Nenek Moyang.

 Dalam konteks Arca Nenek Moyang, yang dijelaskan dalam deskripsi Museum Sri Baduga, arca ini memiliki peran sebagai media pemujaan nenek moyang pada masa atau zaman batu. Nilai-nilai teoretis dan sejarahnya mencerminkan kreativitas manusia yang dianggap sakral dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Kegunaannya melibatkan aspek spiritual dan pemujaan, di mana arca ini berfungsi sebagai objek pertolongan untuk fokus pikiran dan sebagai medium persembahan.

 Relevansi Arca Nenek Moyang dalam konteks budaya masa kini terletak pada nilai-nilai sejarah, budaya, dan spiritual. Dalam era globalisasi, pelestarian budaya menjadi kunci ketahanan identitas dan ketangguhan dalam menghadapi perubahan. Arca ini dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membangun kesadaran akan warisan budaya dan memperkuat rasa memiliki terhadap nilai-nilai khas tersebut.

 Dalam upaya pelestarian budaya, masyarakat diharapkan semakin menghargai artefak budaya sebagai bagian integral dari warisan nenek moyang. Arca Nenek Moyang menjadi simbol pelestarian budaya masa lalu, mencerminkan nilai-nilai dan teknik seni yang perlu dijaga.

Pendidikan sejarah dan penghargaan terhadap warisan budaya juga menjadi fokus penting dalam masyarakat saat ini. Arca Nenek Moyang dapat menjadi sumber pengetahuan yang berharga, membuka kesempatan untuk memahami sejarah prasejarah dan meningkatkan apresiasi terhadap keberagaman peradaban.

 Dengan memanfaatkan potensi ekowisata dan pariwisata budaya, keberadaan Arca Nenek Moyang dapat memberikan kontribusi positif kepada komunitas setempat dan mendukung pembangunan ekonomi lokal. Oleh karena itu, Arca Nenek Moyang memiliki peran yang penting dalam menjembatani hubungan antara masa kini dan masa lalu, serta mendorong pelestarian warisan budaya yang kaya dan bernilai. Melalui promosi ekowisata, pengunjung dapat menjadi agen pelestarian budaya dengan lebih memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam Arca Nenek Moyang. Dalam perspektif ini, Arca Nenek Moyang bukan hanya menjadi objek peninggalan sejarah, tetapi juga menjadi landasan pembelajaran yang mendalam dan kompleks bagi generasi saat ini.

RFERENSI:

Kistanto, N. H. (2017). TENTANG KONSEP KEBUDAYAAN. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 10(2). https://doi.org/10.14710/sabda.v10i2.13248

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun