Mohon tunggu...
Muhammad Fathan
Muhammad Fathan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Jurnalistik

Saya seorang mahasiswa Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan jurnalistik yang hobinya berfoto-foto

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Definisi, Bentuk, dan Strategi Dakwah yang Efektif

15 Juni 2024   15:59 Diperbarui: 15 Juni 2024   16:44 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin dan Muhammad Fathan Sahl (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Ruang lingkup adalah cakupan materi yang dibahas atau dipelajari, seperti tujuan, lokasi dan lain-lain. Oleh karena itu, ruang lingkup dakwah adalah cakupan materi pokok bahasan dan subtopik meliputi, pengertian, bentuk-bentuk dakwah, unsur-unsur dakwah seperti dai, madhu, maddah (materi dakwa), dan media dakwah. Ruang lingkup dakwah meliputi sasaran dakwah, faktor keberhasilan dakwah, dan  hubungan dakwah dengan ilmu-ilmu lain terkait lainnya.

Dakwah, secara bahasa, merupakan sebuah kata dalam bahasa Arab yang artinya bentuk masdar. Dalam bahasa Indonesia kata ini berarti memanggil dan  menyeru. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan dakwah melibatkan partisipasi manusia, baik khatib (da’i) maupun yang didakwahi (mad’u). Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, dakwah merupakan kerja dan karya besar manusia.

Secara ontologis, makna tertinggi dakwah adalah suatu bentuk komunikasi yang khusus (khas) yang dilakukan oleh seorang mubaligh (komunikator) menyampaikan pesan. Bersumber dari atau sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan al-Sunah. Tujuannya adalah agar orang lain (mad’u) atau komunikator dapat melakukan perbuatan baik sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Secara epistemologis, dalil-dalil tentang dakwah dapat ditemukan dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Artinya, sumber ilmu yang bisa dijadikan rujukan untuk berdakwah semuanya bisa menggunakan metode bayani. Metode bayani menjelaskan persoalan dakwah dari ayat-ayat al-Qur’an yang diperjelas oleh ayat lain, atau ayat al-Qur’an yang diperjelas oleh hadits Nabi, atau hadits Nabi yang diperjelas oleh hadits yang lain.

Secara umum, jika dilihat secara aksiomatik, dakwah mempunyai banyak manfaat. Jika memperhatikan ayat dan hadits tentang dakwah, manfaat dakwah terbagi menjadi tiga. Pertama, manfaat bagi da’i, berupa menghilangkan kewajiban berdakwah dan menjadi orang baik di dunia dan di akhirat.

Ruang lingkup dakwah juga  mencakup bentuk-bentuk dakwah.
Ada tiga bentuk dakwah. Yang Pertama, adalah dakwah bil lisan. Itu memiliki arti yaitu lisan. Dakwah ini bersifat verbal. Isinya mencakup tiga pokok ajaran Islam, yakni akidah, ibadah, dan akhlak. Kedua, dakwah bilhal. Dakwah ini menekankan pada aksi. Seperti bidang, sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan bidang lainnya.

Daripada dakwah billisan, dahkwah bilhal ini lebih memiliki efek dakwah. Karena Mad’u bisa langsung merasakannya. Metode dakwah bilhal bukanlah bilhikmah, khotbah, atau diskusi, melainkan tindakan praktis di lapangan. Ketiga, dakwah bilqalam. Artinya berdakwah secara tertulis atau menulis untuk berdakwah. Hal ini sering disebut dengan dakwah literasi dan literasi dakwah.

Ruang lingkup dakwah juga mencakup unsur-unsur dakwah. Ada enam unsur dakwah. Keenam unsur ini tidak terpisah tetapi saling berkaitan. Unsur pertama adalah dai. Dai dituntut cerdas secara intelektual dan spiritual. Tidak hanya pandai berbicara tapi juga harus memberi contoh di depan mad'u. Dai berbeda dengan pembicara dan motivator. Dai mengemban misi suci untuk mengajak manusia berbuat baik dan menjaga diri dari dosa.

Unsur yang kedua adalah mad'u atau objek dakwah. Mad'u juga dikenal sebagai padanan dakwah. Artinya mitra dakwah bagi dai. Secara sosial, mad'u ada yang berasal dari kalangan kelas atas, menengah, dan bawah. Unsur ketiga adalah materi dakwah atau biasa disebut maddah. Materi dakwah seringkali mencakup akidah, syariah, dan akhlak. Ketiganya diambil dari al-Qur'an dan hadits Nabi, termasuk karya para ulama baik klasik, abad pertengahan, dan kontemporer.

Unsur keempat adalah media dakwah. Media terus berkembang seiring berkembangnya zaman. Sebelum ada alat media dakwah tradisional, dulu ada alat komunikasi kuno, saat ini ada media baru.

Unsur kelima adalah metode dakwah. Metode  dakwah muncul untuk memilih jalan atau cara pelaksanaannya agar tujuan dakwah mencapai berbagai mad'u yang beragam. Ada tiga metode dakwah yang terkenal, yaitu bilhikmah, ceramah, dan diskusi. Unsur keenam adalah efektifitas atau pengaruh dakwah. Sederhananya, efek dakwah adalah hasil yang telah dicapai dengan dakwah yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik, metode, strategi, dan pendekatan tertentu.

Ruang lingkup dakwah juga mencakup pendekatan, strategu, metode, dan teknik Dakwah. Pendekatan dakwah merupakan  cara untuk mengatasi permasalahan dakwah misalnya, sosial, budaya, agama.

Strategi dakwah berkaitan dengan rencana dakwah yang didesain, misalnya personal, rasional, spiritual. Sedangkan metode dakwah merupakan pilihan dakwah yang tepat: an-Nahl 125: bilhikmah dan mauidzatul hasanah. Terakhir adalah teknik dakwah, yakni praktik menggunakan metode dakwah dari A sd Z.

Sasaran dakwahnya adalah umat manusia. Nabi Adam sebagai manusia pertama adalah seorang muslim. Bahkan semua nabi mempunyai agama yang sama. Nabi bersabda, "Para nabi bagaikan saudara seayah, agama mereka satu yakni agama Islam, dan ibu-ibu (syariat-syariat) mereka berbeda-beda” (HR. Bukhari dan Muslim). Syariatnya berbeda-beda, namun agama para nabi sama.

Faktor keberhasilan dakwah mencakup banyak aspek. Misalnya saja penggunaan teknologi dan ketelitian dalam memilih cara, strategi dan metode dakwah. Namun, dalam konteks praktis, yang tak kalah penting adalah pengembangan bahasa retorika dakwah. Untuk itu, dalam mengembangkan retorika dakwah verbal, baik lisan maupun tulisan, setidaknya ada tiga faktor yang harus diperlihatkan, yakni penggunaan bahasa baku, berdasarkan data, dan berbasis riset.

Ruang lingkup dakwah juga mencakup hubungan dakwah dengan ilmu-ilmu lain yang bersekutu. Seperti sosiologi, antropologi, psikologi, politik, dan tentunya ilmu retorika.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun