Budidaya perikanan pada wilayah Kecamatan Martapura Barat menjadi salah satu "lumbung" perekonomian bagi warga sekitar, mengingat sebagian besar dari warga tersebut matapencaharian sebagai pembudidaya ikan komoditas seperti ikan patin, nila, lele, mas, dan bawal. Ikan budidaya tersebut berpotensi meningkatkan pendapatan ekonomi warga dengan terbentuknya komunitas para pembudidaya ikan di sekitar kecamatan tersebut.
Penggunaan kebutuhan standar secara perhitungan ekonomi terhadap komoditas yang dipilih berupa ikan diperlukan untuk dapat mengasumsi perbandingan probabilitas terhadap kebutuhan per orang dengan jumlah penduduk. Angka tingkat standar kebutuhan konsumsi daging ikan per orang adalah sekitar 56,48 kilogram/tahun berdasarkan ungkapan dari Erwin Dwiyana selaku Direktur Pemasaran Direktorat Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSKP) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Angka tersebut masih dalam hitungan per tahun, sehingga perlu untuk disederhanakan menjadi hitungan per harian dan hasil yang didapatkan adalah sekitar 154,73 gram/hari. Hitungan terhadap standar kebutuhan dari konsumsi ikan adalah dengan berikut.
Hasil dari nilai X menghasilkan sekitar 1.093,601 kkal terhadap produksi komoditas ikan berdasarkan jumlah penduduk secara keseluruhan. Selanjutnya, perbandingan ekonomi tersebut akan dibandingkan dengan produksi komoditas ikan secara keseluruhan, yakni 87.818,20 ton selama rentang waktu 2019–2023 yang ditunjukkan pada Tabel 1. Dengan membandingkan jumlah kebutuhan kkal keseluruhan dengan produksi total, ada kecenderungan bahwa produksi komoditas akan mencukupi kebutuhan tersebut. Selain rumusan tersebut, diperlukan juga adanya analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas ikan di wilayahnya agar mengetahui seberapa potensi yang memungkinkan dari produksi komoditasnya. Hal ini juga karena perhitungan diatas belum dapat menjadi analisis rumusan yang utama dalam komoditas yang berpeluang basis atau pun non basis untuk daerahnya.
Untuk melakukan analisis penentuan basis atau non basis terhadap sektor perikanan, perlu digunakan rumusan matematis yang dikenal sebagai analisis Location Quotient (LQ). Jenis analisis ini digunakan untuk menentukan seberapa khusus industri tersebut pada suatu wilayah dengan menggunakan sektor basis atau sektor unggulan. Analisa dalam rumus LQ ini berguna untuk kondisi ekonomi yang menentukan spesialisasi kegiatan ekonomi dan mendapatkan gambaran umum tentang bagaimana menentukan sektor mana saja yang dapat dianggap basis atau non basis.
Sebagai penggambaran dari meluasnya pembudidaya ikan di Kecamatan Martapura Barat, dapat dilakukan dengan analisis metode Location Quotient (LQ) yang mana untuk seberapa banyak kondisi ekonomi yang terlihat jelas mengalami surplus atau defisit produksi budidaya ikan. Perbandingan kelompok basis atau non basis sebagai hasil yang akan diketahui dalam metode analisis ini, dan identifikasi terhadap konsentrasi ekonomi tersebut dapat menjadi leading sector atau sektor penggerak perekonomian di kehidupan warga sekitar.
Kedua tabel diatas diambil dari 5 jenis komoditas budidaya perikanan dengan masing-masing komoditas berdasarkan data faktual survei lapangan. Menurut pandangan beberapa pembudidaya ikan, diterangkan bahwa komoditas ikan yang selama pembuahan bibit hingga masa panen ikan mengalami jumlah produksi yang cenderung konstan selama periode 5 tahun sebelumnya. Dari Kecamatan Martapura Barat sendiri diketahui total produksi keseluruhan komoditas ikan yang terdata sebanyak 87.818,20 ton.
Berbanding yang lain untuk tabel 2, data yang direkap tersebut adalah jumlah keseluruhan produksi dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Banjar. Karena itu secara data statistik akan terlihat angka yang cenderung lebih tinggi dibandingkan data tabel 1 yang hanya berdasarkan 1 kecamatan. Dan diketahui pula total produksi keseluruhan komoditas ikan yang terdata sebanyak 256.158 ton.
Berdasarkan rumus metode LQ yang telah dianalisis, maka terdata secara segmentif bahwa dari 5 komoditas perikanan tersebut hanya ada 1 komoditas yang memiliki potensi menjadi perekonomian unggulan di sektor perikanan menjadi komoditas basis di sektor perikanan yaitu ikan patin, yang berarti ikan patin menjadi komoditas yang mencukupi untuk kebutuhan masyarakat  pada wilayah tersebut. Untuk komoditas non basis seperti nila, lele, mas, bawal dan lainnya lebih cenderung bukan budidaya yang prioritas dalam menghasilkan ekonomi dikarenakan jumlah dari pembudidaya tersebut yang belum melampaui dari ikan patin yang jelas sebagai komoditas basis suatu perikanan. Potensi ini kemungkinkan untuk kedepannya dapat berubah mengingat bukan hanya menggantungkan produksi yang surplus dari ikan patin, selama kecenderungan budidaya komoditas ikan lainnya juga masih dikembangkan agar bisa mengalami kemampuan basis di sektor perikanan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI