Mohon tunggu...
Muhammad Farras Shaka
Muhammad Farras Shaka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Free mind, reflective, and critical.

Seorang terpelajar mesti adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sebuah Mimpi Bernama "Politik Cinta": Mewujudkan Politik yang Saling Mencintai

23 Agustus 2022   10:08 Diperbarui: 23 Agustus 2022   10:13 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lebih percaya bahwa keyakinan kita semua terkait keserigalaan manusia dan machiavelisme dalam politik praktis tidak lain dan tidak bukan hanyalah sebuah political truth, sebuah kebenaran yang dianggap pasti benar sampai ke taraf aksiomatik dalam diri manusia oleh diri kita sendiri karena sudah sejak lama ditanamkan oleh otoritas bahwa itu lah yang benar. Political truth adalah suatu kebenaran yang dianggap benar di kala konsepsi tersebut sudah menjadi kesepakatan kita bersama sejak begitu lamanya, sebagai contoh, "kalau nyapu yang bersih, nanti suami kamu bewokan!", atau "merokok itu membuat pria keren!", ini lah yang dinamakan political truth itu.

Sayangnya, political truth seringkali tidak berkompromi dengan objective truth, jikalau saya menyatakan bahwa bumi itu bulat, jelas ini objective truth, namun lihatlah bahwa manusia dapat dibuat yakin sedemikian rupa bahwa bumi itu datar oleh otoritas yang mendiktenya sedemikian rupa, sehingga lahirlah komunitas bumi datar. 

Kita telah ditanamkan sedemikian rupa oleh beberapa oknum tidak bertanggung jawab bahwa manusia adalah serigala bagi sesamanya dan bahwa politik praktis tidak berkaitan dengan moralitas. Sayangnya mesti saya katakan, bahwa ini adalah political truth, dan bukan objective truth. 

Lantas mengapa pada praktiknya politik seringkali bagaikan arena tarung serigala? Mengapa seringkali yang berkuasa menindas yang lemah? Dan mengapa justru ketika yang lemah naik ke tampuk kekuasaan, ia menjadi tidak ada bedanya dengan diktator tangan besi sebelumnya? 

Dia menjadi ada bukan karena memang itu lah hakikatnya politik itu sendiri, dia menjadi ada karena kita meyakini itu lah yang nyata, kita mewujudkan ajaran-ajaran tersebut menjadi kenyataan dan kita sendiri lah yang yakin bahwa itu lah yang realistis, dalam istilah ilmiah kerap kali disebut sebagai self fulfilling prophecy. 

Kita meminggirkan cinta dan suara hati dan memilih untuk menjadi buas dan imoral, memang manusia adalah mahluk yang mampu memilih, dan sayangnya, kita telah memilih jalan political truth yang kita tidak periksa dengan nalar jernih terlebih dahulu. 

Cinta kasih, nalar jernih, dan perbedaan

Saya masih percaya, bahwa mewujudkan cinta kasih kepada sesama manusia yang berbeda dengan kita dan menjadikan nalar sehat sebagai alat utama kita untuk menganalisis realitas masih sangat mungkin untuk terwujud. 

Saya masih beriman bahwa setiap manusia itu memiliki dorongan untuk mencintai sesamanya yang tinggi, saya masih yakin bahwa manusia masih mampu berakal jernih dan menentang otoritas yang menyuapinya nafas kebencian tanpa henti. 

Yang mesti kita tumbuhkan mulai sekarang adalah bahwa kita semua adalah manusia, terlepas dari apapun perbedaan kita dari segala penjuru aspek, bahwa kita diciptakan berbeda untuk saling mengenal dan membangun kehidupan manusia secara lebih konstruktif, bahwa manusia adalah sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri. 

Latihlah diri kita untuk melihat perbedaan sebagai ajang harmonisme, sebagai ajang saling mencintai, yang berkuasa mengasihi dan merangkul yang lemah, yang lemah bekerjasama dengan yang kuat untuk membangun komunitas bersama. Ingatlah bahwa perbedaan itu pasti, namun permusuhan dan saling bunuh adalah pilihan, menjadi manusia itu fitrah, namun menjadi manusiawi, itu pilihan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun