Mohon tunggu...
Muhammad Farid Dimjati Lusno
Muhammad Farid Dimjati Lusno Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Program S3 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Mahasiswa S3 Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga dengan fokus pada kesehatan lingkungan, gemar membaca buku terkait topik ini, serta mengeksplorasi isu-isu sosial melalui film dan acara TV. Pengamat teknologi pendidikan yang bersemangat, selalu memantau inovasi untuk mendukung perbaikan pendidikan di masa depan. Bertekad menggabungkan pengetahuannya untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat dan dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terungkap: Bakteri di Otak Manusia - Dampak dan Misteri Mikrobioma Otak

28 September 2023   08:30 Diperbarui: 28 September 2023   08:33 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penting untuk diketahui bahwa mikroba di dalam usus kita dapat sangat memengaruhi kesehatan kita. Namun, apakah mungkin bakteri yang sama ada di dalam otak kita juga? Gambar mikroskop resolusi tinggi yang menunjukkan bakteri dalam sel-sel otak manusia yang sehat baru-baru ini menarik perhatian dalam pertemuan tahunan Society for Neuroscience. Namun, perlu diingat bahwa penelitian ini baru saja dimulai, dan sampel jaringan yang digunakan berasal dari mayat, sehingga ada kemungkinan kontaminasi. Namun, gagasan bahwa bakteri dapat berdampak langsung pada otak, termasuk potensi hubungannya dengan penyakit neurologis, sangat menarik bagi banyak pengunjung pameran.

Seorang ahli saraf dari University of California, Los Angeles, Ronald McGregor, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menggambarkan temuan ini sebagai "sebuah entitas molekuler baru dalam otak dengan karakteristik uniknya sendiri." Temuan tersebut sangat mengejutkannya.

Otak sangat dilindungi dari aliran darah karena lapisan jaringan pelindung yang menutupi pembuluh darah otak. Bakteri dan virus dapat menembus penghalang ini dan menyebabkan peradangan yang berbahaya. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa mikroba, khususnya di usus, dapat memengaruhi suasana hati, perilaku, dan bahkan meningkatkan risiko penyakit neurologis. Namun, dampak-dampak ini biasanya dianggap tidak langsung. Misalnya, ketidakseimbangan mikrobioma usus dapat menyebabkan produksi protein berbahaya yang dapat memengaruhi otak jika masuk ke jalur saraf yang menghubungkan usus dan otak.

Dalam presentasi yang dia buat di Birmingham University of Alabama, ahli neuroanatomi Rosalinda Roberts membahas temuan mengejutkan yang menunjukkan hubungan yang tak terduga antara mikroba dan otak. Laboratoriumnya telah melakukan perbandingan antara potongan jaringan otak dari orang yang sehat dan orang yang menderita skizofrenia. Anggota timnya menemukan bakteri berbentuk batang yang tidak dikenal dalam gambar mikroskop dari potongan jaringan ini beberapa tahun yang lalu. Setelah penelitian lebih lanjut, mereka menemukan bahwa bakteri tersebut ada di setiap otak yang mereka periksa, baik yang sehat maupun yang menderita skizofrenia.

Pertanyaan utama belum terjawab. Apakah ada cara bakteri dapat masuk ke otak? Mereka dapat menyebar melalui aliran darah, melalui jalur saraf yang menghubungkan otak dan usus, atau bahkan melalui hidung. Selain itu, tidak ada bukti yang cukup untuk menentukan apakah keberadaan bakteri ini baik untuk kesehatan otak atau buruk. Meskipun tidak ada indikasi peradangan yang menunjukkan bahwa bakteri ini merusak, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami fungsi "mikrobioma otak" ini dalam menjaga kesehatan otak.

Dalam pengamatan awal, peneliti menemukan bahwa bakteri cenderung menempel pada sel astrosit yang mengelilingi pembuluh darah dalam sawar darah otak. Mereka juga banyak ditemukan di sekitar mielin, lapisan lemak, yang merupakan proyeksi panjang neuron. Bakteri ini masih tidak tahu mengapa mereka memiliki preferensi ini.

Salah satu alasan mengapa penelitian seperti ini jarang dilakukan adalah karena ahli neuroanatomi dan ilmuwan yang melakukan penelitian tentang otak pasca kematian tidak dapat bekerja sama. Selain itu, mungkin ada beberapa ahli saraf yang tidak tertarik untuk menemukan bakteri dalam sampel mereka.

Temuan ini membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut tentang potensi mikroba dalam otak, meskipun masih banyak pertanyaan yang harus dijawab. Pemahaman kita tentang fungsi dan kesehatan otak dapat sangat berubah jika "mikrobioma otak" benar-benar ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun