Mohon tunggu...
Muhammad Farhan
Muhammad Farhan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Post Traumatic Disorder Dampak Bencana Alam Erupsi Gunung Merapi

4 Juli 2024   22:25 Diperbarui: 4 Juli 2024   23:30 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
beritabali.com/cnnindonesia.com/Erupsi Gunung Merapi, Kabupaten Magelang Diguyur Hujan Abu 

Dampak Psikologis yang cukup banyak dialami korban yaitu, Emosional dan Kognitif. Dampak emosional yang sering dialami yaitu perasaan campur aduk seperti rasa marah, sedih malu, kaget dan bersalah, merasa tidak berdaya, terlalu sensitif dan cenderung masih sering mengingat kejadian bencana. Sedangkan Dampak Kognitif yang sering dialami seperti sulit konsentrasi, kebingungan, sulit percaya terhadap informasi, tidak mampu membuat keputusan, menurunnya penilaian terhadap kemampuan diri, kurang fokus, rasa khawatir atau cemas, cenderung menyalahkan diri sendiri serta mudah terganggu oleh pikiran dan ingatan akan peristiwa bencana.(Miswarti Miswarti et al., 2023)

PEMBAHASAAN

Isi

Dalam satu dekade pasca terjadinya letusan Gunung Merapi yaitu terjadi pada tahun 2010, para penyintas masih mengingat dengan jelas peristiwa yang memaksa mereka untuk kehilangan harta benda seperti hewan ternak bahkan tempat tinggal mereka. Rasa cemas, trauma dan perasaan sedih masih dirasakan oleh tujuh orang warga dan pak Dukuh Singlar ketika diwawancarai. Besar harapan masyarakat agar kejadian tersebut tidak dapat terulang lagi. Mereka juga berharap dapat diajarkan cara untuk mengatasi trauma dan rasa cemas pasca bencana. (Ernawati et al., 2020)

Gejala yang sering muncul adalah kelelahan fisik, sulit tidur karena ada gangguan tidur dan perasaan serta ingatannya menjadi sensitif. Gejala emosional yang biasa dirasakan adalah perasaan marah, sedih, kaget, bersalah dan duka mendalam serta bersikap waspada jika letusan Gunung Kelud mungkin akan terjadi. Sedangkan gejala kognitif yang dialami adalah sulit percaya terhadap informasi, menurunnya kemampuan diri, mudah merasa khawatir atau cemas dan masih terbayang- bayang oleh ingatan dari peristiwa bencana. Gejala yang dialami menunjukkan adanya gejala Post- Traumatic Stress Disorder (PTSD). (Sulistiyowati et al., 2022)

Seorang dokter ahli jiwa mengatakan bahwa sebanyak 70-80 persen orang yang mengalami peristiwa traumatis akibat bencana akan memuncul-kan gejala-gejala distress mental seperti ketakutan, gangguan tidur, mimpi buruk, panik, siaga berlebihan, berduka dan lain-lain. Gejala ini merupakan respon wajar dalam situasi tidak normal seperti bencana alam. Meskipun demikian, umumnya keadaan ini bersifat sementara, sebagian besar akan pulih secara alamiah dengan berlalunya waktu, hanya sekitar 20-30 persen saja yang akan mengalami gang-guan jiwa berat. Berdasarkan paparan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh PTSD beresiko tinggi terjadinya gangguan kejiwaan seperti kecemasan, memiliki perasaan negatif yang kuat seperti takut apabila kejadian erupsi tahun 2010 terjadi lagi, khawatir, was-was, menjadi waspada/sangat waspada, merasa gelisah atau mudah terkejut, dan kesulitan tidur.(Ernawati et al., 2020)

Umumnya masyarakat dan pemerintah dalam menyikapi korban bencana alam lebih berfokus pada aspek fisik, yakni: sandang, pangan, papan, dan bantuan pengobatan. Pemenuhuan aspek fisik yakni meliputi: perumahan, sarana air bersih, infrastruktur, dan pelayanan kesehatan. Terkait kebutuhan psikologis dilakukan dengan membantu menghilangkan trauma (trauma healing) dengan cara menghibur agar korban tidak merasa sedih, memberikan upaya pembinaan kesehatan jiwa dengan maksud agar tidak mengalami kejenuhan, pemahaman keagamaan, pendidikan dan informasi. Untuk kebutuhan sosial dilakukan dengan cara menerima tamu yang berkunjung, pelayanan advokasi dan memfasilitasi berbagai macam kegiatan. (Ulfah, 2013)

Penutup

Kesimpulan

Bencana Erupsi Gunung Semeru Merapi berdampak besar pada masyaraka tyang tinggal di sekitar gunung, termasuk masyarakat sekitar. Selain korban luka dan meninggal, bencana alam ini juga memaksa penduduknya untuk mengungsi sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Kehidupan di pengungsian pasca bencana Erupsi Gunung Merapi mempengaruhi kualitas kehidupan korban bencana secara keseluruhan, termasuk kesehatan fisik, dan mental, seperti PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) yang dialami oleh korban bencana. Pendampingan dan pemulihan trauma pasca erupsi Gunung Semeru kemudian dilakukan sebagai bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Hasil dari kegiatan pengabdian ini memberikan dampak baik bagi masyarakat terutama untuk pemulihan kesehatan mental mereka sehingga mereka merasa bahwa beban mereka lebih berkurang.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun