Mohon tunggu...
Muhammad Farhan
Muhammad Farhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis lepas dan hobi menulis. Aktif dalam kegiatan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

3 Alasan Perpustakaan Keliling yang Dulunya Eksis Hilang Bagaikan Ditelan Bumi

23 Juli 2024   12:50 Diperbarui: 25 Juli 2024   11:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang sih yang tidak mengenal perpustakaan keliling atau berjalan? Kalau ada yang gak tau jujur menurut gue masa kecilnya kurang bahagia. Perpustakaan keliling (berjalan) itu sama persis kayak di film kartun Upin-Ipin episode perpustakaan bergerak. Kalau gak tau juga cocok kalian tonton dululah kartun Upin-Ipin biar tahu. Atau searching Google aja deh.  

Biasanya perpustakaan berjalan itu berupa mobil yang didalamnya diisi oleh rak-rak buku yang sangat banyak. Kalau dulu pas pengalaman aku saat masih kecil. Perpustakaan berjalan ini biasanya berkeliling ke tiap-tiap sekolah. Perpustakaan berjalan ini datang saat jam istirahat sekolah. 

Ketika perpustakaan berjalan datang, banyak anak-anak yang ingin melihatnya. Saya pun juga ikut melihat. Serta melihat-lihat buku-buku yang ada pada mobil perpustakaan tersebut. Buku-bukunya juga menarik seperti buku gambar cerita, dan komik.  Mayoritas bukunya rata-rata lebih banyak bergambar, namun juga ada buku bacaan atau pelajaran sekolah juga. 

Perpustakaan berjalan ini menurut saya sangat eksis di kalangan anak-anak sekolah. Meskipun sekolah punya perpustakaan sendiri, dan buku-bukunya lebih banyak. Namun, entah kenapa perpustakaan berjalan lebih menarik daripada perpustakaan sekolah. Entah karena perpustakaan sekolah diisi oleh guru-guru killer sebagai pengawas perpus, sehingga banyak anak-anak lebih tertarik pada perpustakaan berjalan. Atau memang konsep perpustakaan berjalan yang memang menarik, dan berbeda dari biasanya. 

Namun, entah kenapa ketika umur semakin bertambah. Perpustakaan berjalan tidak pernah saya jumpai lagi. Perpustakaan berjalan hilang bagaikan ditelan oleh Bumi. Padahal kehadiran perpustakaan ini sangat menarik daripada perpustakaan sekolah sendiri. 

Ada beberapa alasan perpustakaan berjalan atau keliling ini hilang bagaikan ditelan bumi, sehingga tidak pernah dijumpai lagi. 

  1. Biaya Operasional Perpustakaan yang Ketinggian.  

Perpustakaan berjalan tentu butuh duit toh. Dari mana duitnya? Ya kalau gak dari pemerintah seperti dinas pendidikan. Ya toh dari swasta atau lembaga sosial. Kira-kira apakah dana yang didapatkan untuk operasional tersebut banyak? Ya kita gak tahu. Kalau banyak mungkin sampai sekarang gak bakalan hilang ditelan bumi itu perpustakaan berjalan. Justru kalau dana operasionalnya banyak tiap hari bakal kita jumpai itu perpustakaan berjalan. 

Dana operasional untuk perpustakaan tentu juga besar. Mulai dari pengadaan bukunya. Harga buku gak murah bos. Sekarang harga buku yang ori aja rata-rata satu buku diatas 100 ribu. Kalau mau murah paling bajakkan. Itupun biaya pengadaan buku pasti besar karena 1 mobil aja pasti diisi lebih dari 100 buku. 

Jika kita hitung andaikata dalam mobil ada sekitar 200 ratus buku dikali dengan harga per-buku 100 ribu. Maka dana untuk pengadaan buku itu sebesar 20 juta-an. Wow gak murah ya hanya untuk pengadaan saja? Itupun masih satu mobil perpustakaan berjalan. Kalau sampai 20 kendaraan? Ya kira-kira sampai 400 juta itu sampai ngalahin gaji pejabat. 

Kemudian, gaji pekerja untuk pembawa mobil serta yang merawat buku. Apa mereka gak di gaji? Ya pasti mereka juga digaji. Belum lagi biaya untuk beli mobilnya, uang bensin, uang makan untuk pengendara, dan uang servis mobil.  Secara biaya semua yang dikeluarkan sangat besar. Alasan inilah yang membuat perpustakaan berjalan hilang. Sebab dari mana duitnya?  

  1. Minat Baca Rendah yang tidak diiringi Edukasi. 

Tahukah minat literasi Indonesia seperti apa? Ya betul peringkat ke-60 dari 61 negara yang minat bacanya kedua paling rendah. UNESCO bahkan mengungkapkan, bahwa minat warga negara Indonesia dalam membaca hanya sebesar 0,001% saja. Ini artinya dari 1.000 orang, hanya 1 orang saja yang rajin membaca. Wow sungguh miris ya? 

Kehadiran perpustakaan berjalan itu sebenarnya bagus untuk meningkatkan minat baca anak-anak. Namun sayangnya edukasi untuk mendorong minat baca yang kurang. Minat baca seorang anak akan terbangun jika diberikan pengetahuan tentang nilai penting untuk membaca buku. Tanpa diberikan nilai penting seorang anak bakalan tidak tau apa manfaatnya membaca bagi kehidupan mereka. 

  1. Munculnya E-book atau buku digital. 

Namanya hidup di era digitalisasi, semua sekarang serba instan. Kayak makan mie instan. Seperti itulah sekarang ketika seseorang ingin mencari buku. Mencari buku sekarang juga serba instan. Dengan mencari buku dari situs-situs online yang menyediakan buku digital atau e-book. 

Buku digital dapat di askes dengan mudah, bahkan bisa dibaca dimana saja, dan kapan saja sesuka kita yang menjadi pembaca. Kalau perpustakaan berjalan sendiri aksesnya itu masih sulit. Biasanya hanya beroperasi pada daerah tertentu saja, dan memiliki akses jam operasional. Sehingga kehadiran perpustakaan digital lambat laun sekarang mulai kurang eksis di era digitalisasi. 

Perpustakaan berjalan memang bisa disebut sebagai inovasi yang luar biasa dalam membangun minat baca masyarakat. Bahkan di luar negeri sendiri masih dapat dijumpai perpustakaan berjalan. Namun, juga perlu bagi perpustakaan berjalan yang ada di Indonesia untuk melakukan evaluasi perbaikkan. Sehingga kehadirannya akan tetap eksis meskipun dihadapi oleh perkembangan tantangan zaman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun