Mohon tunggu...
muhammad farhan
muhammad farhan Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pelajar

Muhammad Farhan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Suatu Tradisi di Desa Tukdana (dan Sekitarnya)

19 Maret 2021   06:16 Diperbarui: 19 Maret 2021   06:28 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Kedua orang tua saya merupakan pedagang pakaian. Beliau berdua berdagang dua kali dalam sepekan. Bukannya berdagang di kios pasar, orang tua saya berdagang tidak menetap d satu tempat. Selama sepekan, mereka berdagang di dus tempat yang berbeda. Mereka berdagang pada hari pasaran di desa-desa.

            Suatu hari, saya ikut membantu beliau berdua berdagang di salah satu desa di kabubaten Indramayu. Desa tersebut bernama Tukdana. Pasaran di desa Tukdana berlangsung selama dua hari satu malam, yakni dimulai pada hari Jumat siang sampai dengan hari Sabtu siang. Semua pedagang di pasaran desa Tukdana menginap di tenda masng-masing pada malam Sabtu.

            Pada waktu itu, Sabtu pagi, kami melayani beberapa orang ang hendak membeli pakaian, mulai dari baju hingga celana. Bahkan, para pembeli kami tersebut membeli pakaian dalam, peci, dan alas kaki di pedagang lain di sebelah lokasi dagang kami. "Mang, klambi koko karo celanae sing bagus." Kata seorang dari mereka mencari barang yang sedang dicari. Ayah saya menjawab dengan spontan, "Nganggo ngirimi ya, Yu?". "Iya, Mang." Jawab salah satu dari mereka.

            Aksi tawar-menawar pun terjadi cukup lama antara kedua orang tua saya dengan beberapa pembeli tersebut. Akhirnya, mereka menyepakati harga yang sesuai. Lalu, mereka pergi ke pedagang lain untuk membeli pakaian dalam dan peci.

            "Ngirimi kuh napa sih, Ma?" tanya saya karena penasaran dengan motif pembeli yang baru saja pergi.

            Setelah selesai melayani beberapa pelanggan, ayah saya memberitahukan bahwa di desa Tukdana dan sekitarnya ada sebuah tradisi yang terkait dengan anggota keluarga yang sudah wafat. Keluarga yang ditinggal wafat (ahli waris) akan membeli pakaian yang lengkap, mulai dari peci hingga alas kaki. Itu ditujukan agar almarhum atau almarhumah mendapat perlindungan dari siksa kubur.

            Set pakaian yang telah dibeli akan dihibahkan kepada petugas yang mengurusi jenazah, yaitu lebai dan kauman. Oleh sebab itu, tidak aneh jika seorang lebai dan kauman yag bertugas di desa Tukdana dan sekitarnya memiliki banyak pakaian.

            Ahli waris "berkewajban" untuk membeli set pakaian setiap tahun sekali, yakni setiiap haul almarhum atau almarhumah. Set pakaian yang dibeli pun menyesuaikan dengan jenis kelamin, selera, dan profil tubuh almarhum atau almarhumah. Jadi, jika yang wafat adalah seorang bayi, set pakaian yang dibeli adalah satu set pakaian bayi. Jika yang wafat adalah seorang remaja, set pakaian yang dibeli adalah pakaian remaja. Begitu juga jika yang wafat adalah lansia. Karena tradisi ini berlangsung sekali dalam setahun, set pakaian yang dibelikan juga menyesuaikan dengan usia almarhum atau almarhumah. Jika yang wafat adalah seorang anak-anak yang berusia lima tahun, set pakaian yang dibeli pun pakaian untuk anak-anak usia lima tahun. Pada tahun berikutnya, set pakaian yang dibelikan pun berubah karena harus menyesuaikandengan usia alamarhum atau almarhumah.

            Karena setiap tahun pasti ada belasan, bahkan mungkin puluhan, acara haul orang yang telah wafat, lebai dan kauman banyak menerima set-set pakaian dari keluarga-keluarga yang mengadakan acara haul tersebut. Set-set pakaian pun beragam sesiu dengan proofil tubuh, selera, dan jenis kelamin almarhum atau almarhumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun