Mohon tunggu...
Muhammad Fajr
Muhammad Fajr Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cita-cita dan Harapan dari Seorang Tukang Kuli Bangunan

14 Agustus 2018   20:00 Diperbarui: 14 Agustus 2018   20:03 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun beliau pergi jauh, beliau tak lupa untuk membawa seluruh keluarganya dan beserta teman-teman kerja yaitu termasuk saudara-saudara sepupu yang profesi kerjanya sama dengan pak awi yaitu tukang kuli bangunan. Disitulah terlihat kekompakan dari keluarga pak awi. Yah, memang tak mudah bagi seorang tukang kuli bangunan seperti pak awi memiliki tempat tinggal. 

Pada akhirnya mereka mendapat tempat tinggal yang sebuah bangunan kosong yang di izinkan untuk tinggal oleh warga setempat. Tempat itu memang dikelola oleh warga setempat dan memang bangunannya separuhnya sudah roboh. 

Pemilik dari bangunan itu memang sudah meninggalkan rumahnya itu sejak perang antar agama yang terjadi pada tahun 1999. Dari situlah mereka meninggal bekas rumah yang disebabkan karena perang tersebut.

Pentingnya Pendidikan Dalam Lingkup Satuan Pendidikan 

Pak awi dan keluarganya tinggal disitu sambil bekerja merenovasi rumah dari pak Muhammad hasan. Disinilah awal mula perjalanan cerita pendidikan anaknya. Anaknya terpaksa untuk pindah sekolah. Tidak mengurungkan niat anaknya untuk tidak bersekolah, pak awi dan istirnya selalu memotivasi anaknya dalam hal membangkitkan semangat anaknya untuknya bersekolah. 

Orang-orang desa di kampung pak awi banyak memilih mencukupkan pendidikan. Tetapi beda dengan pemikiran pak awi. Pak awi justru berpikir bahwasanya pendidikan itu penting untuk masa depan anak bangsa.

Beliau sangat miris dengan keadaan Indonesia saat ini yang katanya sudah merdeka tetapi sampai saat ini dan detik ini banyak sekolahan di desa-desa kecil yang kualitas pendidikan dibawah rata-rata, beliau menginginkan anaknya untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. 

Bila perlu sampai ke luar negeri. Impian pak awi dan ibu endang bisa menyekolahkan anaknya sampai ke luar negeri untuk mewujudkan impian itu memang tidak mudah bagi pak awi dan ibu endang untuk merealisasikan ke anaknya. Apalagi dilihat dari sisi ekonomi mereka hanya mampu menyekolahkan anaknya hanya sebatas Sekolah Menengah Atas (SMA) saja.

Bercerita tentang situasi kampungnya, pak awi mengatakan bahwa dari seluruh anak muda yang ada di desa, hanya sebagian kecil dari anak muda di desa yang mau meneruskan pendidikan sampai ke jenjang perkuliahan dan memahami arti penting pendidikan. Orang-orang tua yang ada di desa menurut pak awi banyak yang masih belum mengerti dengan pentingnya pendidikan bagi diri sendiri. 

Mereka juga banyak yang tidak menamatkan sekolah pada saat masa mudanya. Memang dari segi ekonomi menurut pak awi ekonomi di desanya itu sangatlah lumayan banyak untuk menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang perkuliahan.

Banyak dari mereka hanya berpikir bahwasanya sekolah itu kurang begitu penting, dan lebih baik ketika selesai menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) mereka langsung kerja dan menghasilkan uang bagi keluarga. Pemikiran inilah yang menurut pak awi agak berseberangan dengan pemikiran beliau. Pemikiran beliau ingin membuat supaya masyarakat disana tidak berpikir seperti demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun