Terlihat antusias ikuti Festival Budaya dan Seminar dalam rangka merayakan Bulan Bung Karno yang diselenggarakan oleh Gerakan Mahadiswa Nasional Indonesia (GMNI) DPK. A. Yani UINSA Surabaya pada Minggu (14/06) di Prapen Kopi * Jl. Raya Prapen No. 6, Tenggilis Mejoyo, Surabaya.Â
Acara tersebut dimulai dengan penampilan Silat Pagar Nusa oleh M. Aidil Faradis selaku salah satu kader GMNI UINSA, dilanjut dengan seminar dengan tema Rescovery conomic of Bung Karno; menanamkan semangat ekonomi berdikari Bung Karno di era 5.0 yang dihadiri oleh Alumni GMNI Dr. Hamonangan Simanjuntak SE, MA, dan Achmad. Room Fitrianto, SE, MEi, MA, Phd. selaku pemateri seminar.
Dalam materinya, pria yang akrab disapa Bang Monang itu menyampaikan bahwa ekonomi berdikari Bung karno sudah ada sejak lahirnya pemikiran Tri Sakti Sukarno yang mana salah satu poinnya adalah "Berdikari dalam bidang ekonomi".
Dia juga menyampaikan kalau esensi ekonomi berdikari ini untuk menghindar dari eksploitasi, yang mana caranya dimulai dengan gotong royong dalam penbangunan berencana nasional dan ekonomi berkelanjutan untuk dinikmati bersama tanpa ada kerugian sebagian pihak.
"Indonesia sebenarnya sudah memiliki pandangan dalam sistem ekonomi yang termuat dalam salah satu pemikiran trisakti bung Karno yaitu berdikari secara ekonomi, dimana dengan konsep ini Indonesia harus bisa berdiri di kaki sendiri dalam urusan ekonomi", ungkap ketua Yayasan Litbang Soekarno tersebut.
 "Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama. Bebas eksploitasi merupakan bagian dan esensi ekonomi berdikari yang sejati dengan rencana Pembangunan berencana nasional semesta, ekonomi yang berkelanjutan, berkeadilan dan Sejahtera. Dimana semua pihak mendapatkan manfaat yang baik dan tidak ada dirugikan", imbuh Dosen Universitas Kristen Maranatha bandung tersebut.
Di sisi lain Achmad. Room Fitrianto menjelaskan tantangan Ekonomi Berdikari adalah tidak sedikitnya usaha penghargaan terhadap produk-produk buatan lokal, yang mana harusnya dimasukkan ke swalayan dan melalui itu bisa dikembangkan serta disebarluaskan malah tidak dimasukkan dan dibiarkan begitu saja.
"Di era sekarang jika ingin Indonesia berdikari secara ekonomi banyak tantangan yang harus dihadapi salah satunya sekarang produk lokal yang harusnya dapat mengangkat UMKM malah tidak ada yang memasukkannya dalam swalayan", jelas Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel itu dalam penyampaian materi kedua.
Acara ini bukan hanya sekedar agenda biasa, melainkan sebuah kegiatan rutinan yang sudah dilakukan setiap Bulan Juni di mana diadakan untuk memperingati Bulan Bung karno, mengingat banyak peristiwa-peristiwa penting dalam bulan tersebut, seperti lahir dan wafatnya Bung Karno, serta lahirnya pancasila, sebagai anak ideologisnya pastinya memperingati dan merayakan.
Acara ini dikemas dengan Festival budaya seminar dengan tema di atas agar bisa mentontonkan seni-seni para kader dan menumbuhkembangkan semangat kembali cita-cita Ir. Sukarno di gerakan para kader GMNI.
"Sebagai anak idologisnya tentu kita harus merayakan bulan Juni ini, sekaligus saya pikir tema ini sangat cocok agar para kader GMNI meneruskan cita-cita daripada sang founding father ir. Sukarno". ungkap Faiz Nuruddin selaku Ketua GMNI-DPK A. Yani UINSA saat wawancara di Prapen Kopi (14/06)
 "Melalui acara ini diharapkan kader kader GMNI bisa sadar akan salah satu isi Trisakti Bung Karno, dan dengan adanya seminar ini semoga memotivasi kader dalam meneruskan cita-cita beliau. Selain itu diselipakan Festival Budaya sebagai ajang mengangkat potensi yang dimiliki oleh kader kader GMNI-UINSA". tutup pria yang biasa dipanggil Bung Faiz itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H