Mohon tunggu...
Muhammad Faizal
Muhammad Faizal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Orang Nomaden

Cuma orang yang doyan ngopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Euforia Vaksinasi dan Fluktuasi Modal Sosial

26 Juli 2021   10:17 Diperbarui: 26 Juli 2021   10:44 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Pemberian Vaksin pada RW. 018 Desa Wanasari, CIbitung, Bekasi || Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sehingga muncul sebuah pertanyaan, apakah mereka yang ikut disuntik vaksin atas dorongan pribadi dapat diasumsikan sebagai salah satu faktor menguatnya modal sosial, atau justru sebaliknya?

Modal Sosial Kita Pasca Vaksinasi 

Berbagai problematika vaksinasi masih menjadi perbincangan hangat masyarakat Indonesia baik di "tongkrongan" ataupun di kalangan akademisi. Berbagai dorongan karena keinginan untuk berkehidupan seperti biasa merupakan salah satu motivasi untuk mengadakan vaksinasi. Selain daripada itu dorongan vaksinasi juga hadir melalui masing-masing individu karena terdapat berbagai macam kendala yang akan dihadapi jika seorang individu belum melakukan vaksinasi. Sehingga vaksinasi menjadi euforia bukan karena kepedulian sosial tetapi karena kebutuhan yang sifatnya individualistik.

Namun jika kita melihat kembali bagaimana masyarakat ketika pandemi masih menjadi 'orang baru' yang mengancam kehidupan. Banyak masyarakat yang kemudian dengan kesadaran untuk melakukan pengabdian sosial bagi mereka yang positif pun meninggi. Berbagai program untuk membantu kebutuhan pangan dan pengobatan bagi keluarga terdampak digalakan, edukasi kepada masyarakat dilakukan baik mulut ke mulut atau utusan dari pemerintah, dan berbagai sumbangan sosial diadakan untuk kelompok masyarakat yang sedang mengalami krisis pangan dan pengobatan karena tidak dapat mencari penghasilan ketika masa lockdown. 

Hal-hal indah tersebut yang secara sadar atau tidak sadar meningkat di masyarakat kita. Momentum galang dana, program bantuan dan lain sebagainya - yang biasanya diadakan ketika ada suatu bencana alam atau peristiwa krisis - ketika corona hadir hal tersebut diadakan untuk saling membantu satu sama lain dalam lingkup komunitas masyarakat itu sendiri.  

Nah muncul sebuah pertanyaan ketika vaksinasi sudah merata, ketika orang-orang sudah menganggap bahwa tubuh mereka 'sudah kenal' dengan virus corona sehingga tidak takut lagi akan timbul gejala, ketika masker kembali lagi menjadi kebutuhan berkendara jarak jauh saja. Apakah kepedulian sosial antar tetangga dalam lingkup komunitas lokal akan tetap bertahan sebagaimana corona masih seperti orang asing bagi kita?

Tentu kita menginginkan modal sosial masyarakat kita tetap bertahan seiring berjalan nya waktu. Karena modal sosial yang kuat dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial yang harmonis dan madani. Semoga pandemi segera berakhir dan kita dapat berkehidupan seperti sedia kala.

Referensi:

Fathy, R. 2019. "Modal Sosial: Konsep, Inklusivitas dan Pemberdayaan Masyarakat".  Jurnal Pemikiran Sosiologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun