Menebarkan Kepeduliaan Terhadap Kaum Dhuafa
Muhammad Faisal Saputra, Claodia Mita Saputri, Muhammad Kemal Hefzie
Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka.Â
Kaum dhuafa merupakan golongan masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan, penderitaan, dan kesusahan, mereka mengalami semua keadaan ini. Di Indonesia masalah terbesar yang sering dialami salah satunya adalah masalah ekonomi. Hal ini diakibatkan minimnya perhatian dari pemerintah yang menyebabkan banyak masyarakat yang kurang mampu terabaikan . Dengan keadaan yang seperti ini, menyebabkan kehidupan mereka  benar-benar jauh dari kata layak, baik kebutuhan sehari-hari bahkan pendidikan.
Keadaan seperti ini, memaksa mereka untuk memutar otak untuk mempertahankan hidup dan keluarganya. Salah satunya adalah dengan berjualan atau bekerja untuk mendapatkan uang yang bisa membuat hidup mereka menjadi lebih layak.
Untuk itulah Muhammadiyah menjalankan program pemberdayaan kaum dhuafa, yang merupakan bentuk dakwah lapangan Muhammadiyah untuk membantu penggalangan dana. Yang dimana dana tersebut kemudian diberikan kepada keluarga yang kurang mampu untuk meringankan beban mereka dan keluarga. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat positif, karena kegiatan ini akan membantu orang-orang yang lebih membutuhkan.Â
Kaum Dhuafa seperti mereka menghadapi banyak kesulitan, salah satunya adalah biaya untuk keberlangsungan hidupnya. Penghasilan yang diperoleh mereka juga tidak bisa membuat hidupnya menjadi hidup yang layak.
Untuk membantu meringkan beban kaum dhuafa diwujudkan dengan melakukan program dakwah lapangan yaitu pemberdayaan kaum dhuafa yang diusulkan oleh Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, dan kami akan membantu keluarga dhuafa yang membutuhkan.
Salah satu keluarga yang kami bantu adalah Ibu Maryati dan Pak Damar yang berada di Jalan Jati Bunder Dalam RT 010/RW 014 No.34 Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ibu Maryati dan suami masing-masing berumur 56 tahun dan 60 tahun. Ibu Maryati memiliki 2 anak dan 7 cucu, yang dimana 2 anak tersebut masing-masing sudah memiliki keluarga sendiri. Ibu Maryati bekerja sebagai buruh cuci yang dimana penghasilan yang diterimanya tidaklah tetap.
Kesimpulannya
Sungguh hati kami sangat terpukul melihat keadaan Ibu Maryati dan keluarga. Yang dimana Ibu Maryati hanya berkeja sebagai buruh cuci dan suaminya yang tidak bekerja karena telah termakan usia. Penghasilan dari buruh cuci ini sangatlah tidak menentu, apalagi pada saat pandemi Covid-19 seperti saat ini. Bantuan yang kami berikan walaupun tidak membantu lebih banyak untuk keberlangsungan hidupnya, tetapi Ibu Maryati sangatlah senang dengan bantuan yang telah kamu berikan.