Mohon tunggu...
muhammad fahroly
muhammad fahroly Mohon Tunggu... Dosen - BKKBN Provinsi Kalsel

Berbagi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gen Z "Jangan Menunda Nikah" Benarkah?

19 Mei 2023   00:40 Diperbarui: 19 Mei 2023   01:09 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pasangan Generasi Z (Freepik/cookie_studio)

Namun, letak kesunnahan itu bukan berarti harus menikah tanpa perencanaan yang tepat.  BKKBN memberikan gambaran sederhana bahwa ketika remaja telah memasuki usia kematangan reproduksi maka angka yang tepat adalah 21 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria.  

Adakah manfaat lain?  Tentu ada ya sobat.  Di usia yang disebutkan tadi selain kematangan reproduksi yang menjadi rekomendasi pada ahli kesehatan dan kandungan, menikah di usia terencana akan mendapat beberapat kebaikan di antaranya; kesiapan ekonomi, kesiapan mental berkeluarga, kesiapan pengalaman, kesiapan skill, kesiapan rohani dan yang pasti adalah dengan terencana segala sesuatunya akan menjadi mudah untuk dijalani.   

Kalau saja angka pernikahan usia muda banyak terjadi di wilayah kita, maka kecil kemungkinan 2045 Indonesia akan melewatkan kesempatan emas bonus demografi dalam menyambut kemajuan teknologi dikarenakan fokus pemerintah terpecah kepada pengentasan kemiskinan, pendidikan yang tidak merata akibat kemiskinan, banyak penduduk yang menjadi beban negara dll.

Kelima, atau terakhir.  Masa ia lansia kita katakan sebagai penduduk tidak produktif? Sebagai petugas BKKBN kami punya jiwa membangun dan optimis bahwa lansia adalah media emas bagi generasi Z dalam hal pengalaman.   

Secara fisik memang mereka tidak produktif lagi. Namun, secara semangat hidup dan pengalaman tentunya mereka bisa menjadi guru terbaik bagi generasi muda dalam mempersiapkan kehidupan berkeluarga.  

Jadikan lansia kita hidup dengan semangat dan berpikiran positif, sehingga tidak ada lagi kata mereka sebagai beban keluarga atau pemerintah.  Melalui 7 dimensi lansia saya yakin ketika kepedulian keluarga meningkat kepada lansia tersebut pertama mengajak mereka senantiasa beribadah, olah raga, makan makanan sehat, berkarya, berpikir positif, bergaul normal di lingkungan masyarakat dan mencurahkan kasih sayang kepada mereka maka tidak ada jarak antara kata produktif dengan tidak produktif.

Di akhir tulisan yang tidak begitu populer ini saya mengajak bersama, khususnya bagi keluarga. Pertama, katakan tunda untuk menikah di usia muda. Kedua, mulailah hidup dengan terencana. Ketiga, gunakan kesempatan yang diberikan Tuhan melalui upaya niat meningkatkan taraf hidup ke arah yang sejahtera dan berkualitas dan Keempat rubahlah mindset berpikir pesimis menjadi optimis untuk perubahan.

*Rahmaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun