Mohon tunggu...
muhammad fahroly
muhammad fahroly Mohon Tunggu... Dosen - BKKBN Provinsi Kalsel

Berbagi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gen Z "Jangan Menunda Nikah" Benarkah?

19 Mei 2023   00:40 Diperbarui: 19 Mei 2023   01:09 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena pada usia anak sejak dalam kandungan Ibu hingg terlahir usia 2 tahun adalah masa di mana orang tua dapat memaksimalkan tumbuh kembang mereka ke depan dengan pola asuh yang baik dan asupan makanan yang bergizi tinggi.  

Bagaimana jika masa itu terlewatkan? Apakah berbahaya?  Tentu jawabannya relatif.  pertumbuhan anak tersebut terganggu karena alasan stunting atau tidak, belum bisa dipastikan kalau pada usia emas tersebut orang tua melewatkan kesempatan tersebut.  

Selama, ada letak kesadaran dan mau berusaha memperbaiki ketertinggalan terebut maka pasti ada celah dalam perbaikan pertumbuhan anak terutama dalam hal intelegensianya.  

Lantas apa hubungannya dengan 2045? Pemerintah melalui BKKBN dan Bappenas akan memprediksi bahwa pada tahun 2045 adalah tahun di mana usia produktif akan mengalami kenaikan dan diharapkan penduduk Indonesia dapat tumbuh berkualitas, sehingga pertumbuhan ekonomi dan iptek kita dapat bersaing dengan negara-negara maju lainnya.  

Oleh karena itu, kenapa 2045 menjadi tahun yang sakral bagi Indonesia demi menyambut Bonus Demografi yang menjadi tonggak pembangunan ke depan. Jika saja kesempatan itu tidak digunakan sebaik mungkin, boleh jadi Indonesia hanya sebagai bangsa yang mencetak sejarah namun, tidak menikmati hasil sejarah tersebut dalam bentuk kesejahteraan.

Ketiga, TFR (Total Fertility Rate) atau Angka Rata-rata Pertumubuhan Penduduk turun akan bedampak lambatnya perjalanan ekonomi Indonesia? Tentunya tidak. Untuk urusan ini, saya pribadi berbeda pendapat dengan Bappenas.  

Sebagai orang yang bekerja sebagai Penyuluh KB yang tugas utamanya adalah memberikan edukasi Bangga Kencana maupun mengendalikan kelahiran penduduk ke arah yang seimbang, maka dengan adanya TFR yang semakin rendah akan berdampak baik terhadap kelangsungan hidup keluarga.  

TFR rendah bukan berarti Indonesia mengalimi krisis reproduksi akibat orang tidak mau berhubungan seks atau berkeluarga. Indonesia berbeda dengan jepang. Indonesia punya budaya luhur yang baik dibanding negara lain. Di mana dalam keluarga hidup Nilai Norma Positif yaitu melestarikan keturunan.   

Tentu, melestarikan keturunan bukan berarti semaunya saja untuk hamil dan melahirkan. Ada arahan-arahan yang harus diperhatikan dalam merencanakan kehidupan keluarga. (Baca Buku tentang Kependudukan dan Keluarga Berencana).  

Simpulannya TFR rendah, mencerminkan keberhasilan BKKBN dalam mengendalikan jarak kelahiran penduduk agara lebih sejahtera. Kalau keluarga Indonesia sejahtera, maka niscaya akan melahirkan generasi emas berkualitas, siap menghadapi tantangan perkembangan global dari berbagai aspek.

Keempat, apa benar menikah di usia muda bahkan terkesan terburu-buru menghasilkan hal yang baiK? Jawabannya pasti tidak ya. Dalam agama Islam menikah adalah Sunnah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun