Berdasarkan aspek ekonomi dan sosial budaya, stagnasi TPAK perempuan bukan berarti hal yang buruk. TPAK perempuan berbanding lurus dengan kemiskinan. TPAK perempuan yang menurun, menunjukkan adanya perbaikan kondisi ekonomi keluarga. Kebutuhan rumah tangga sudah terpenuhi dari pendapatan laki-laki sebagai kepala keluarga, sehingga perempuan tidak perlu masuk ke pasar kerja. Dengan kondisi ekonomi yang terpenuhi dan seiring meningkatnya pendidikannya maka perempuan memilih keluar dari angkatan kerja menjadi ibu rumah tangga.
Keberhasilan Keluarga Berencana diduga juga dapat menurunkan TPAK perempuan. Hal ini terjadi karena perempuan yang memiliki jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan banyaknya waktu yang harus dialokasikan untuk mengurus dan mendidik anak sehingga tidak dapat memasuki pasar kerja, demikian juga sebaliknya dengan memiliki jumlah anak yang sedikit, banyak besar peluang bagi perempuan untuk dapat memasuki pasar kerja. Berdasarkan hasil data survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 2002 sampai tahun 2012, nilai TFR di Indonesia stagnan di angka 2,6 baru menurun pada survei SDKI tahun 2017 menjadi 2,4 yang artinya dalam masa reproduksi perempuan Indonesia dapat melahirkan rata-rata 2,4 anak. Gambar 1 menunjukkan perbandingan nilai TPAK perempuan dan laki-laki di Indonesia. Pada tahun 2017 terlihat nilai TPAK perempuan sedikit meningkat dengan menurunnya nilai TFR.(Nuraeni, 2021)
Indonesia dapat masuk dalam peringkat 10 besar dalam kesetaraan gender di antara negara- negara Asia Kesetaraan gender menggunakan empat indikator yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan politik. Menunjukkan bahwa skor yang tinggi adalah bidang pendidikan dan kesehatan, yang berarti keterlibatan perempuan dalam menyelesaikan pendidikan tertinggi hampir sama dengan laki-laki. Hal yang sama terjadi pada bidang kesehatan, namun berbeda dengan bidang ekonomi yang menunjukkan kesetaraan gender dengan skor rendah. Terlebih lagi kesetaraan gender dalam bidang politik paling rendah, bahkan di bawah dari rata-rata global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H