24 September 2023 17:00
Sedari kecil kita telah dididik oleh kedua orang tua kita dengan bertujuan untuk menjadi insan yang mulia, bermanfaat bagi sesama makhluk hidup. Selain pendidikan yang berhubungan dengan kecerdesan, pendidikan emosional juga merupakan aspek penting.
Namun pada faktanya hanya segelintir orang tua yang sadar akan hal ini. Pada dasarnya mungkin para orang tua ini memililki tujuan baik, Tapi faktanya diketahui bahwa ada beberapa metode yang kurang efektif dalam mendidik anak.
Intelligent Quotient
Disini akan kita bahas mengenai perihal bagaimana metode dari para orang tua dalam mengembangkan kadar kecerdasan seorang anak. Untuk mempertajam kecerdasan otak anak selain mengajarkannya secara mandiri, para orang tua juga menyekolahkan anak mereka. Namun disini kita tidak membicarakan sekolah – sekolah bertaraf internasional. Kita akan berbicara mengenai sekolah reguler yang biasa dipilih oleh masyarakat menengah sebagai jalur pemberantasan kebodohan.
Pada sekolah reguler, contohnya dalam perihal  akademik nilai sekolah, bahwasanya orang tua selalu menekankan pada anaknya untuk selalu mendapat nilai bagus pada semua mata pelajaran.
Tentu saja hal seperti ini tidaklah mudah bagi sebagian anak, karena pastinya tidak semua anak dapat megikuti pelajaran yang ada di kelas. Ketika anak mendapat nilai jelek, orang tua cenderung memarahi anak, memaksa mereka untuk belajar keras demi  mendapatkan nilai yang bagus.  Â
Atau hal umum yang biasa dilakukan yaitu adalah  membawa anak – anak mereka untuk pergi ke tempat les dengan tujuan hal itu dapat mengubah anak menjadi lebih baik di dalam pelajaran yang tidak mereka kuasai. Tapi apabila kita lihat, tidak semua anak – anak dapat berhasil mengubah nilai mereka menjadi lebih baik, malahan terkadang hasil yang di dapat tidaklah sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Emotional Quotient
Pada zaman yang serba instan seperti ini jujur memanglah tidak mudah untuk mengelola emosi. Bila pengunaan gawai tidak dalam  porsi yang cukup, hal ini cukup memberikan dampak negatif terhadap anak – anak. Dampak internal seperti kecemasan, adiktif, merupakan hal yang sudah banyak terlihat. Selain dampak internal dari pemgunaan gawai berlebihan juga memberikan dampak eksternal yaitu menjadikan anak tidak paham bagaimana bercengkrama bersama orang – orang disekitarnya. Mereka lebih cenderung bersifat berperilaku submisif.
Selain efek dari pengunaan gawai terhadap anak, sifat yang selalu memanjakan dari orang tua dapat memberikan efek negatif pada anak. Bisa dilihat dari banyak peristiwa apabila seorang anak yang selalu dimanja oleh orang tuanya, mereka akan bersikap acuh akan segala hal. Anak anak dengan pola didik yang seperti ini sudah jelas pasti akan sulit dalam mengontrol emosi mereka, yang dimana mengontrol emosi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan.
Apa solusinya ?
Tentunya solusinya adalah dari para orang tua itu sendiri, mereka harus mengubah sistem pola didik mereka pada anak. Caranya adalah dengan adanya sistem pola pikir kritis terhadap anak. Bagaimanapun orang tua harus bisa berpikir secara kritis untuk mencari tahu tentang inti permasalahan pada anak – anak mereka. Berkomunikasilah dengan mereka, Tanamkan lah rasa percaya diri bagi diri mereka sendiri, dengan cara mendukung hal – hal  positif yang mereka suka. Cara itu jelas lebih baik ketimbang memarahi, menekan anak – anak untuk selalu bagus dalam semua mata pelajaran.
Tapi bagaimana dengan para orang tua yang terkesan sulit menerapkan hal – hal seperti itu ?  Memang kapasitas manusia berbeda – beda, cuman bukankah tidak mungkin apabila dicoba terlebih dahulu ?
Â
Â
Komunikasi yang berkualitas
Perlu didasari komunikasi yang berkualitas merupakan kunci penting dalam mendidik anak, karena secara garis besar komunikasi merupakan sebuah aspek dasar dari sebuah kehidupan. Lalu bagaimana cara berkomunikasi dengan anak secara berkualitas ?  Coba ajak mereka berbicara tentang mengenai hal – hal yang mereka suka, tanyakan pada diri mereka mengapa mereka dapat menyukai hal tersebut. Jadikan komunikasi itu sebagai hal yang sederhana namun juga memiliki arti yang mendalam. Bahwasanya dengan begitu para orang tua pasti bisa mengenali lebih dalam tentang anak – anak mereka.
Â
Reaksi atas hal yang dilakukan
Pastinya selalu ada saja kelakuan tingkah laku anak dalam kesehariannya, kurangnya akan hal kepekaan ataupun salah mengambil reaksi memang sudah sering terjadi. Contohnya ketika anak – anak membuat kesalahan tentunya kebanyakan dari orang tua pasti memarahi mereka. Yang dimana reaksi seperti itu merupakan tindakan yang kurang tepat.Â
Dari sini cobalah untuk para orang tua untuk memberikan penjelasan secara perlahan tentang apa yang mereka lakukan. Ini juga berlaku ketika anak melakukan kegiatan positif, contohnya apabila anak telah membuat suatu karya, misalkan karya berupa gambar, tidak ada salahnya orang tua untuk memberikan pujian kecil. Adapun ketika anak berhasil mengapai sesuatu seperti menjadi juara kelas, boleh para orang tua untul memberikan kepada mereka  sebuah hadiah, namun hal ini sebaiknya tidak dilakukan secara berlebihan, karena pada akhirnya hal seperti ini akan menjadi kebiasaan.
Analisis diri sendiri
Sebagai manusia biasa tentunya para orang tua tidak luput akan dari sebuah keselahan. Tapi di Indonesia faktanya sangatlah berbeda. Kebanyakan dari diri mereka merasa benar atas tindakan yang telah mereka ambil, padahal sebagian tindakan yang diambil terkadang merupakan emosi semata. Analisis dari diri sendiri tentang apa hal apa yang perlu ditata ulang. Berdiskusi merupakan salah satu cara tepat untuk menganalisa diri, jangan malu ketika minta saran atau pendapat dari orang lain.
Initinya semua orang tua pasti memberikan hal yang terbaik untuk anak – anak mereka. Terlebih dalam hal mendidik anak. Tentu bukan sesuatu hal yang mudah memang. Masih banyak aspek aspek yang perlu dibenahi lagi seperti misalkan penangganan gizi, kesehatan jasmani, lingkungan aman dan sejahtera.
Perlu diketahui hal seperti ini merupakan bukan suatu hal yang bersifat memalukan, melainkan sebuah metode untuk menata ulang menjadi lebih baik lagi.
Karya ini disusun oleh :
Muhammad Fadilah Fauzan
Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H