Krisis iklim yang semakin kritis terhadap kehidupan global saat ini, konsep Green City telah menjadi pusat perhatian karena membuat konsep terkait dengan kota berkelanjutan. Kota hijau atau Green City bukan saja dikota-kota mengkonsep pada banyak pepohonan dan lahan taman-taman hijau, tetapi mengandung filosofi lebih yaitu berkaitan pada kehidupan yang dimulai dari aspek infrakstruktur, aspek tata ruang, dan perilaku masyarakat.
Green City menjadi suatu komponen dalam visi berkelanjutan yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's), khususnya pada poin 11 tentang kota yang berkelanjutan dan inklusif. Pendekatan ini mengintegrasikan teknologi, partisipasi masyarakat, dan inovasi dalam menciptakan ruang urban yang lebih tangguh menghadapi tantangan perubahan iklim.
Dengan adopsi yang tepat, Green City tidak hanya akan menjadi solusi bagi urbanisasi yang pesat, tetapi juga menawarkan jalan bagi generasi mendatang untuk hidup di kota yang sehat, produktif, dan lestari.
1. Apa Itu Green City?
Green City atau kota hijau adalah konsep revolusioner dalam pembangunan perkotaan yang mengutamakan keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Lebih dari sekadar menghadirkan taman atau pepohonan, Green City mencerminkan filosofi hidup yang harmonis dengan alam, menjadikan ekosistem perkotaan sebagai ruang yang ramah bagi manusia sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan.
Menurut White et al. (2021), Green City didefinisikan sebagai kota yang dirancang untuk meminimalkan dampak lingkungan melalui optimalisasi energi terbarukan, pengelolaan air yang efisien, dan pengurangan emisi karbon. Filosofi ini tidak hanya berorientasi pada aspek fisik kota, tetapi juga melibatkan transformasi perilaku masyarakat menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Dalam perspektif Chen et al. (2020), Green City adalah respons terhadap tantangan urbanisasi yang terus meningkat. Kota hijau menjadi solusi untuk mengatasi polusi udara, pengelolaan limbah, dan permasalahan tata ruang yang sering kali menjadi ciri khas kota besar. Elemen-elemen seperti transportasi publik berbasis listrik, bangunan hemat energi, dan pengelolaan limbah berbasis ekonomi sirkular menjadi fondasi utama dari konsep ini. Huang et al. (2022) menguatkan bahwa Green City adalah perwujudan nyata dari cita-cita untuk menciptakan kota inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Ini berarti, setiap elemen dalam Green City dirancang untuk menciptakan manfaat jangka panjang bagi ekologi, ekonomi, dan masyarakat.
Green City bukan sekadar mimpi, kota-kota seperti Singapura telah menjadi bukti nyata keberhasilan konsep ini dengan perolehan lebih dari 50% wilayahnya terdiri dari ruang hijau dan penerapan teknologi pintar dalam pengelolaan air serta energi, Singapura telah menunjukkan bagaimana kota modern dapat berkembang tanpa mengorbankan keberlanjutan. Wu & Wu (2020) menyoroti bahwa upaya edukasi dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan model Green City. Namun, mewujudkan Green City bukan tanpa tantangan.
Pada akhirnya, Green City adalah lebih dari sekadar konsep tata kota. Ini adalah filosofi keberlanjutan yang menawarkan solusi untuk tantangan terbesar yang dihadapi dunia modern memastikan kelangsungan hidup manusia tanpa mengorbankan planet ini. Dengan penerapan strategi yang tepat, Green City dapat menjadi model bagi kota-kota di seluruh dunia untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, lebih hijau, dan lebih berkelanjutan.
2. Mengapa Green City Penting?
Konsep Green City adalah langkah strategis yang tak terelakkan di tengah laju urbanisasi global dan perubahan iklim yang terus mengancam. Dalam konteks ini, pentingnya kota hijau bukan hanya terkait pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh. Kota hijau menempatkan keseimbangan antara kebutuhan pembangunan ekonomi dan kelestarian ekosistem sebagai inti dari perencanaan dan implementasinya serta dampak kehidupan masyarakat yang berarti didalamnya.