Perjalanan malam kami menuju puncak Budug Asu dimulai dengan antusias dan rasa ingin tahu yang besar. Kami berkumpul di Kota Malang sebelum berangkat menuju Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, yang menjadi pintu utama jalur pendakian Budug Asu. Sesampainya di sana, kami membeli tiket masuk seharga Rp10.000 per orang dan melanjutkan perjalanan menuju basecamp Budug Asu. Motor kami diparkir di sana dengan biaya Rp5.000 per malam, dan kami melakukan registrasi tiket pendakian melalui aplikasi tiket pendakian seharga Rp10.000 per orang. Setelah memastikan senter, air minum, dan makanan ringan siap, kami memulai pendakian malam penuh semangat.
Langkah pertama di jalur pendakian disambut dengan udara pegunungan yang segar. Meski malam sudah menyelimuti, cahaya senter dan sinar bulan yang terang menciptakan suasana tenang. Jalur menuju puncak sepanjang 2,5 km ini cukup ramah bagi pemula, meskipun di beberapa titik kami harus berhati-hati pada bebatuan. Sepanjang perjalanan, aroma pepohonan pinus dan kebun kopi sesekali tercium, memberi suasana alami yang menyegarkan. Keheningan malam hanya diiringi oleh suara langkah kaki, hembusan angin, dan gesekan dedaunan.
Seiring berjalannya waktu, kami mulai menemui sedikit tanjakan yang meski tidak terlalu terjal, memerlukan tenaga ekstra. Setiap kelokan menawarkan pemandangan samar yang tampak indah di balik kegelapan, membuat kami semakin bersemangat melanjutkan langkah. Beberapa sumber air di jalur ini memberi kami kesempatan untuk berhenti sejenak, mengisi botol minum, dan menikmati dinginnya udara malam.
Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan, kami akhirnya melihat puncak Budug Asu yang berada di ketinggian 1.422 mdpl. Rasa lelah seolah terbayar saat kami sampai di puncak dan menyaksikan keindahan Gunung Arjuno yang menjulang megah di bawah langit berbintang. Sabana luas terbentang di hadapan kami, menciptakan suasana magis yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Di puncak Budug Asu, kami beristirahat di area yang disediakan untuk berkemah. Udara malam yang dingin memberikan sensasi tersendiri, dan beberapa dari kami menyiapkan minuman hangat untuk menambah kenyamanan. Ada pula yang memanfaatkan waktu untuk berfoto dengan latar pemandangan kota Malang yang berkilau di kejauhan. Tersedia fasilitas seperti toilet yang letaknya sedikit jauh dari area puncak, namun cukup memadai untuk kebutuhan kami.
Menjelang pagi, sebelum turun, kami mengambil momen untuk berfoto bersama dengan latar belakang Gunung Arjuno yang tampak megah. Sekitar pukul 8 pagi, kami memulai perjalanan turun yang memakan waktu sekitar satu jam, menikmati suasana pagi yang cerah dan pemandangan hijau di sepanjang jalan.
Pengalaman mendaki malam di Budug Asu ini memberikan kesan yang mendalam, mengundang kami untuk kembali lagi di lain waktu, baik untuk menikmati malam yang tenang maupun menyaksikan keindahan puncak di pagi hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H