Perjalanan menuju puncak Gunung Bokong, yang terletak di ketinggian 1746 mdpl, dimulai dari parkiran di pos pertama. Ada aturan menarik yang perlu diperhatikan: bagi pendaki yang menggunakan motor matic, parkir harus dilakukan di pos pertama, sebelum pos perizinan, karena jalur menuju pos cukup curam dan berbahaya. Setelah menitipkan motor dan membayar biaya parkir Rp 5.000, kami melanjutkan dengan ojek warga setempat.
 Meski hanya 15 menit, sensasi naik ojek di tengah udara pegunungan dan jalanan yang berliku menambah keseruan tersendiri sebelum pendakian dimulai.
Sesampainya di pos perizinan, kami disambut suasana ramai pendaki lain yang juga sedang mendaftar. Menariknya, pos ini menjadi pintu utama pendakian ke tiga gunung sekaligus: Gunung Bokong, Gunung Butak, dan Gunung Panderman. Proses registrasi pendakian sekarang dilakukan melalui aplikasi tiket pendakian dengan biaya Rp 20.000 per orang, dilanjutkan dengan verifikasi data oleh petugas. Kami juga diingatkan oleh petugas untuk menjaga kebersihan dengan membawa turun kembali semua sampah logistik. Petunjuk ini membuat kami merenung akan nikmat Allah yang begitu luas: alam yang indah ini disediakan untuk kita, tapi amanah-Nya adalah kita wajib menjaganya dengan bijaksana.
Dengan perbekalan siap dan rasa syukur yang mulai meresap, kami memulai perjalanan menuju pos 1. Jalur menuju pos ini cukup landai dan nyaman, sehingga kami bisa benar-benar menikmati suasana. Setelah sekitar 35 menit berjalan, kami tiba di pos 1, yang menjadi titik awal persimpangan. Di sini, kami dihadapkan pada dua pilihan: ke kanan menuju Gunung Panderman atau ke kiri menuju Gunung Bokong. Kami memilih jalur kiri, yang sepi dan damai, seakan menyatu dengan alam.
Di jalur menuju pos 2, suasana begitu hening, dan kami merasakan keindahan pohon-pohon rindang yang berbaris rapat. Pemandangan ini mengingatkan kami pada firman Allah dalam Al-Quran, yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas setiap ciptaan-Nya di muka bumi. Rasa takjub dan syukur seakan bersatu saat kami tiba di pos 2, di mana kami disambut dengan pemandangan megah Gunung Arjuno dan Welirang yang terlihat jelas dari kejauhan. Seolah kami sedang dihadirkan bukti nyata dari ayat-ayat alam-Nya.
Di pos 3, terdapat tempat teduh yang nyaman---lokasi sempurna untuk beristirahat dan merenung sejenak tentang keindahan yang Allah berikan. Angin sejuk yang berhembus, suasana damai, dan keindahan yang tak terlukiskan menjadi momen syukur yang mendalam. Hanya 5 menit dari sini menuju puncak, dan dengan setiap langkah, hati kami terus mengucapkan syukur atas kekuatan dan kesempatan yang diberikan.
Akhirnya setelah perjalanan 1 jam, puncak Gunung Bokong di ketinggian 1746 mdpl menyambut kami dengan keindahan tak tertandingi. Dari sini, kami melihat dengan jelas sunrise yang perlahan muncul, panorama Gunung Arjuno-Welirang, dan Kota Batu yang terlihat begitu kecil di bawah sana. Kami berdiri di puncak dengan rasa syukur yang tak terhingga, menyadari betapa besar nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Keindahan ini seolah berbicara langsung kepada hati kami, mengingatkan bahwa segala sesuatu yang kita lihat, hirup, dan rasakan adalah bagian dari rahmat dan nikmat-Nya yang begitu luas.
Momen ini, di atas puncak, adalah waktu yang tepat untuk mengingat kebesaran Allah, bersyukur atas kesehatan yang mengantar kami sampai di sini, dan mendoakan keselamatan alam yang diamanahkan kepada kita semua. Di tengah panorama alam yang begitu luas, kami merasa kecil, namun sekaligus istimewa, menjadi saksi dari keindahan ciptaan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H