2015 yang lalu, saya secara resmi menjadi mahasiswa baru salah satu program studi (prodi) yang membuat orang lain terkagum atau merinding tatkala mendengarnya, Program Studi Ilmu Alquran dan Tafssir (IAT).Â
Nah, saya pastikan yang membaca pun demikian merindingnya. Ya, prodi yang dihormati oleh mereka yang memang bersimpati tapi tak lupa, menjadi prodi yang membuat orang banyak meremehkan dengan pertanyaan menjebak, "mau jadi apa nantinya?"Â
Akan tetapi, memang demikian lah proses kehidupan, yang selalu akan ada sisi pendukung dan penghalang dalam bidang apapun. Terlebih, bidang saya ambil itu, haha.
Lalu, tahun Januari 2020 saya pun resmi diwisuda dan menjadi alumni prodi tersebut, tepat sebulan sebelum pandemi mulai mewabah dan mematikan seluruh aktivitas masyarakat hingga memunculkan budaya baru, menjaga diri dari pandemi. Tapi, saya takkan membahas pandemi. Toh, sampai sekarang pandemi belum dinyatakan berakhir dan saya bukan seorang yang mumpuni di bidang tersebut.Â
Kini, tahun 2021, saya bekerja sebagai pramuniaga di sebuah perusahaan ritel buku terkemuka di Indonesia. Tepatnya, pada Desember 2020 saya mulai bekerja secara resmi di sana, setelah melewati program pendidikan yang tersedia pada perusahaan ritel buku tersebut dan kemudian diberi tawaran untuk bekerja kontrak di sana.Â
Sederhananya, bagaimana bisa saya yang seorang Sarjana Agama (S.Ag) yang justru mengabdikan masa depannya pada sebuah perusahaan ritel buku terkemuka di Indonesia? Bukankah yang demikian salah jalur?Â
Bahkan sudah melenceng dari ekspektasi masyarakat bahwa Sarjana Agama akan berkiprah di bidang keagamaan walau hanya sebatas pemuka agama kampung? Haha, maaf saja. Saya patahkan ekspektasi tersebut, hehe.
Bagi mereka yang mendukung langkah saya ambil tersebut, akan mewajarkan dan bahkan berlapang dada, seperti kedua orang tua saya yang senantiasa membesarkan hati mereka ketika mendengar opini orang di luar sana.Â
Akan tetapi, bagi mereka yang menyayangkan bahkan kurang mendukung langkah saya, hanya dapat menyampaikannya pada kedua orang tua saya. Tanpa sedikitpun berani mengklarifikasi kepada saya. Haha, semoga bukan tradisi yang membudaya di Indonesia.
Akhirnya, saya mempunyai kesempatan, untuk setidaknya, mengklarifikasi terkait langkah besar yang saya ambil saat ini.Â
Saya, dengan sepenuh hati mengarungi langkah besar yang saya ambil hanya berdasar pada kecintaan akan pengetahuan serta bersandar pada takdir baik yang sudah Tuhan tetapkan pada saya. Hehe. Yah, namanya juga pembenaran, apapun akan saya katakan.