Mohon tunggu...
Muhammad Erlangga
Muhammad Erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Erlangga adalah seorang Mahasiswa Universitas Pamulang jurusan Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sintaksis: Sejarah, Pengertian dan Strukturnya

20 Desember 2022   23:51 Diperbarui: 21 Desember 2022   00:07 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sintaksis (Foto: Shutterstock.com)

Kenapa harus belajar sastra?

pertanyaan itu sering kita dengar saat seseorang atau saya pribadi memutuskan kuliah dijurusan sastra, terutama sastra indonesia. Apakah nanti kita hanya belajar bahasa? ngapain? kan bahasa indonesia kita sudah bisa, bahkan bahasa sehari hari.

Beginilah jika kita tidak masuk lebih dalam kedalam suatu ilmu, orang yang tidak belajar sastra mungkin tidak akan tau kalau didalam kata itu ada aturan yang mengatur peletakan kata agar sesuai dan teratur.

Sejarah Sintaksis di Indonesia

Sebelum kita mempelajari lebih dalam tentang sintaksis, alangkah baiknya kita melihat dulu kebelakang, bagaimana sejarah sintaksis di indonesia. Oleh karena itu beginilah sedikit sejarah sintaksis di Indonesia.

Sintaksis sebagai cabang ilmu linguistik atau sudah cukup lama dipelajari oleh para ahli. Sejak tradisi Yunani-Latin sampai hari ini, sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang selalu menjadi fokus kajian. Seiring dengan perkembangan ilmu bahasa dan linguistik, maka ilmu tentang sintaksis juga terus mengalami perkembangan. 

Karena sintaksis merupakan bagian dari tatabahasa, pembicaraan sejarah sintaksis di Indonesia juga sejalan dengan pembicaraan sejarah tatabahasa di Indonesia. Berikut ini dikemukakan pokok-pokok sejarah tatabahasa bahasa Indonesia yang di dalamnya tentu saja juga berisi sejarah sintaksis bahasa Indonesia. 

Pada umumnya, buku tatabahasa bahasa Melayu waktu itu ditulis oleh orang asing, seperti Werndly (1736) dan Marsden (1812). Tatabahasa bahasa Indonesia pada awalnya ditulis berdasarkan model tatabahasa Yunani-Latin dan didasarkan pada kajian bahasa Melayu. 

Artinya, tatabahasa bahasa Indonesia tidak disusun berdasarkan sifat, ciri, dan perilaku bahasa Indonesia. Walaupun bahasa Melayu dan bahasa Indonesia itu serumpun, bahkan bahasa Indonesia itu dikembangkan dari bahasa Melayu, saat ini kedua bahasa itu sudah banyak memiliki ciri, sifat, dan perilaku yang berbeda. Di sisi lain, pada waktu itu buku tatabahasa pada umumnya tidak banyak membicarakan permasalahan sintaksis, tetapi hampir seluruh isi buku membicarakan permasalahan jenis kata dan pembentukan kata. 

Sehubungan dengan hal itu, dapat dinyatakan bahwa buku tatabahasa yang ditulis oleh Sasrasoeganda dan Alisjahbana dikembangkan berdasarkan warisan konsep dari Hoilander yang mewarisi konsep-konsep Werndly. Kebanyakan tatabahasa bahasa Indonesia ditulis oleh tatabahasawan Indonesia dan asing pada tahun lima-puluhan (Rusyana dan Samsuri, 1976: vi). 

Dapat diingat bahwa di sekolah-sekolah pada waktu itu digunakan buku tatabahasa yang ditulis oleh Ch. A. Van Ophuijsen (1915), St. Mochamad Zain (1943), St. Takdir Alisyahbana (1953), Madong Lubis (1954), I.R. Poedjawijatna & P.J. Zoetmulder (1955), Slametmuljana (1957), dan C.A. Mees (1957). Di dalam buku tatabahasa yang ditulis Ch. A. Van Ophuijsen, hampir seluruh isi buku itu membicarakan permasalahan kelas kata. Di dalam buku-buku yang lain, pemilahan tatabahasa atas morfologi dan sintaksis belum tampak jelas. 

Oleh karena itu, konsep morfem dalam kajian morfologi dan konsep klausa dalam kajian sintaksis belum banyak dibicarakan dan belum tegas pemilihannya. Sebagai contoh, lebih lanjut, dapat dikemukakan di sini bahwa St. Mochamad Zain dalam buku Djalan Bahasa Indonesia hanya sedikit menguraikan soal sintaksis. 

Di antaranya, di dalam buku itu dibicarakan soal frase yang meliputi frase milik dan frase atributif. Dibicarakan pula serba sedikit soal pemakaian kata ada dan kalimat pasif. Selebihnya, di dalam buku itu dibicarakan panjang lebar soal uraian jenis kata dan pembentukan kata. Demikian pula C.A. Mees dalam bukunya Tatabahasa Indonesia.

Pengertian Sintaksis

 Setelah kita tau sedikit sejarah sintaksis, sekarang kita mulai belajar apa itu sintaksis? apa yang diatur oleh sintaksis? dan bagaimana pengaplikasianya dalam sebuah kalimat.

Kata sintaksis diambil dari bahasa Belanda syntaxis dan bahasa Inggris syntax. Sederhana nya, sintaksis merupakan salah satu ilmu bidang linguistik yang disebut ilmu tata bahasa atau gramatika.

Sintaksis adalah bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

Mengutip dari buku Sintaksis Bahasa Indonesia (2021) oleh Tri Mahajani dkk, istilah sintaksis dalam bahasa Yunani berasal dari kata sun dan tattein, artinya mengatur bersama-sama.

Menurut Gorys Keraf, sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mengkaji dasar dan proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.

Struktur Sintaksis

 Setelah mengetahui apa itu sintaksis, sekarang kita belajar melihat struktur sintaksis itu sendiri. 

Namun, dalam pembicaraan tentang struktur sintaksis pertama-tama harus dibicarakan tentang fungsi sintaksis kategori sintaksis, dan peran sintaksis. Karena ketiganya tidak dapat dipisahkan.

Berikut fungsi, kategori, peran sintaksis, dan strukturnya.

Kelompok istilah subjek, predikat objek, dan keterangan adalah kelompok istilah fungsi sintaksis.

Kelompok seperti nomina, verba, ajektifa, dan numeralia adalah kelompok istilah kategori sintaksis.

Sedangkan, kelompok istilah pelaku, penderita, dan penerima adalah peristilahan yang berkenan dengan peran sintaksis.

Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (0), dan keterangan (K). Masalah kita sekarang, apakah fungsi-fungsi sintaksis itu, dan apakah isi serta peranannya di dalam linguistik? Menurut Verhaar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu terdiri dari unsur-unsur S, P, O, dan K. 

Kita ambil contoh kalimat:

Ali belajar bahasa di kelas.

Tempat kosong yang bernama subjek diisi oleh kata Ali yang berkategori nomina, tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata belajar yang berkategori verba, tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata bahasa yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang bemakna keterangan diisi oleh frase di kelasyang berkategori nomina.

Pengisi fungsi-fungsi itu yang berupa kategori sintaksis mempunyai peran-peran Sintaksis. Kata Ali pada contoh di atas memiliki peran pelaku atau agen, belajar memiliki peran aktif, bahasa memiliki peran sasaran, dan di kelas memiliki peran tempat. 

Dari pemaparan ini dapat disimpulkan bahwa dalam analisis sintaksis perlu pemahaman yang jelas terhadap analisis bahasa tersebut yang meliputi kategori sintaksis yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan. Pada saat membuat analisis sintaksis perlu pemahaman tentang fungsi kategori peran pelaku, peran aktif, peram agen, ataupun peran tempat atau waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun