Mohon tunggu...
MUHAMMAD ERIKO KURNIAWAN
MUHAMMAD ERIKO KURNIAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berenang dan Bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

ARPlantz

21 Juli 2023   13:12 Diperbarui: 21 Juli 2023   13:21 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

ARPlantz : Aplikasi Sebagai Media Untuk Mendukung Meningkatkan Wawasan Pertanian Pada Anak SMA Berbasis Augmented Reality
Oleh:

1.M. Nawawi Ramli 2.Indy Umami Rosabilla 3.M. Eriko Kurniawan
Fakultas Pertanian Universitas Islam Malng

Tahun 2012 adalah dimana bonus demografi Indonesia dimulai dan 2030 diperkirakan akan menjadi puncak tahun bonus demografi indonesia, yaitu pada tahun tersebut diperkirakan angka usia produktif mencapai 65% dari total penduduk indonesia 357 juta jiwa.

Demographic dividend atau bonus demograf yaitu merupakan suatu kondisi dimana populasi masyarakat akan didominasi oleh individu-individu dengan usia produktif, termasuk gen-z yang saat ini masih usia SMA di dalamnya. Usia produktif yang dimaksud adalah rentang usia 15 hingga 64 tahun. Titik ini menjadi peluang besar bagi sebuah negara untuk meningkatkan performa dalam berbagai sektor, terutama ekonomi dan industri. pada tahun-tahun itu dapat dikatakan menjadi tahun kritis bagi suatu negara karena jika tidak dapat dikelola dengan baik akan merugikan negara itu sendiri dalam hal ini indonesia di masa depan, jika tidak di tangani dengan baik akan ada yang namanya Aging Population. Dimana penduduk yang ber sudah lanjut usia di suatu negara akan membludak disamping angka harapan hidup yang rendah, tentunya akan memberatkan bagi Negara itu sendiri.

Salah satu langkah untuk menghindari terjadinya Aging Population yaitu dengan meningkatkan kualitas masyarakat usia produktif pada masa-masa tahun bonus demografi Indonesia, yaitu dengan meningkatkan wawasan masyarakat karena masih sangat rendahnya minat baca di indonesia ini meski di satu sisi angka pengguna smartphone cukup tinggi.

Menurut UNESCO, pada tahun 2012 minat baca di Indonesia masih rendah yaitu diangka 0,001% artinya antara 1000 orang Indonesia hanya terdapat 1 orang yang rajin membaca. Kemudian menurut penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity dengan judul World's Most Literate Nations Ranked pada maret 2016 lalu, Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, meskipun infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA (2015) terhadap pelajar Indonesia tentang literasi membaca menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-64 dari 72 negara yang terlibat dalam penelitian tersebut (Rintaningrum, 2019).

Di sisi lain tercatat 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget dan berada pada urutan kelima dunia. Diperkirakan pada 2018 terdapat lebih dari 100 juta orang pengguna aktif smartphone di Indonesia berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Riset Digital Marketing Emarketer. Dengan angka sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.

Kita harus percaya bahwa literasi memainkan peran penting dalam meningkatkan kehidupan individu dan entitas dengan meningkatkan ekonomi dan kesehatan yang baik, juga memperkaya masyarakat dengan membangun sumber daya manusia, menumbuhkan identitas budaya dan toleransi yang baik.

Menurut harian Kompas, November 2016 mengenai pengangguran terbukasusut,  data  di  Indonesia menunjukkan    pertumbuhan    sektor    industri minim sementara penduduk usia produktif yang pendidikan  nya  SMA  sederajad  banyak yang ingin masuk ke sektor industri dan tidak tertampung. Akhirnya mereka menjadi penganggur, untuk membuka usaha sendiri mereka tidak mempunyai modal. Padahal menurut Dewi dkk, (2018) bonus demografi seharusnya menjadi keuntungan ekonomi bagi suatu negara karena banyaknya penduduk usia kerja yang merupakan sumber meningkatnya produktivitas. Bonus demografi hanya terjadi 1 kali dalam sejarah perjalanan penduduk yaitu pada saat rasio ketergantungan dibawah 50/100

Untuk itu disini Penulis beropini untuk mengembangkan aplikasi agar besarnya angka pengguna smartphone dengan rata-rata penggunaan mencapai 9 jam dalam sehari itu dapat menjadi lebih bermanfaat dan memiliki nilai tambah utamanya dalam meningakatkan wawasan dan literasi anak SMA dalam dunia pertanian. Yaitu aplikasi pengenal tanaman berbasis Augmented Reality.

Augmented Reality (AR) adalah teknologi yang memungkinkan informasi dunia virtual yang dihasilkan citra komputer yang akan dilapisi ke dalam dunia nyata atau virtual pada lingkungan dunia nyata secara realtime (Azuma, 1997; Zhou, Duh, & Billing-hurst, 2008). Menurut Johnson, et al. (2010) sistem AR dapat berupa berbasis penanda (marked-based) atau berbasis tanpa penanda (markerless-based).

Dalam penggunaannya yang dikemas dalam aplikasi smartphone yang praktis dan mudah digunakan, dengan objek tracking yang berada disekitar kita akan membuat pengguna lebih sering menggunakan aplikasi disebabkan rasa penasarannya tentang fakta dan potensi apa saja yang tumbuhan itu punya. Tipe AR yang digunakan dalam aplikasi ini adalah markerless-based AR. Markerless Augmented Reality bekerja dengan menggunakan frame marker sebagai obyek yang dideteksi dan di dukung teknik Pattern Recognition (Pengenalan Pola), maka penggunaan marker (pada marker-based AR) sebagai tracking object tergantikan dengan permukaan suatu objek penanda sebagai tracking object (obyek yang dilacak).

Gambar 1. Alur kerja Aplikasi Augmented Reality
Pelacakan pada markerless dilakukan dengan menghitung posisi antara kamera/pengguna dan dunia nyata tanpa referensi apapun, hanya menggunakan titik-titik fitur alami (edge, corner. garis atau model 3D). Metode Markerless memerlukan langkah priori manual, serta model atau gambar referensi untuk inisialisasi, maka keakuratan informasi yang didapat dari object yang di traking akan lebih baik (Vitono dkk, 2016).

Sebelum pengguna melakukan tracking pada obyek, terlebih dahulu sebagai pembuat aplikasi harus memiliki database yang dijadikan sumber untuk menampilkan AR oleh sistem, disini Penulis menggunakan Augmented Reality Software Development Kit (SDK) yang bernama Vuforia untuk perangkat mobile yang memungkinkan pembuatan aplikasi Augmented Reality.

Menurut Vitono dkk, (2016) SDK Vuforia mendukung berbagai jenis target 2D dan 3D termasuk target gambar 'markerless', 3D multi target konfigurasi, dan bentuk Marker Frame. Alur kerja aplikasi AR dimulai dari pengambilan gambar markerless dengan kamera smartphone. Markerless (objek)  tersebut dikenali berdasarkan feature yang dimiliki, kemudian masuk ke dalam object tracker yang disediakan oleh Software Development Kit (SDK). Sebelumnya, markerless tersebut telah didaftarkan dan disimpan ke dalam database. Kemudian, sistem akan mencocokkan gambar tracking dengan database yang dimiliki. Sistem akan segera menampilkan informasi yang dimiliki pada layar smartphone jika gambar yang di analisa cocok dengan database.

Gambar 1. Diagram Alir Data Vuforia

Tentu dalam penggunaan dan perkembangannya aplikasi ini memerlukan bantuan dari pihak lain seperti Perusahaan-Perusahaan Swasta untuk menjalankan tender pembuatan aplikasi berdasarkan pada standarisasi yang telah ditetapkan.

Penerapan teknologi AR sudah berkembang pada banyak bidang selain pertanian, seperti medis, infrastruktur, militer, juga tentunya pendidikan. Dalam dunia pendidikan, sebuah buku bisa menjadi "ajaib" dengan menambahkan AR Teknologi didalamnya, sudah cukup banyak inovasi buku berbasis AR yang diciptakan meskipun dalam komersialisasinya terkendala banyak hal, salah satunya biaya.

Dengan adanya inovasi ini dapat membantu meningkatkan 'willing', ketertarikan dan wawasan gen-z utamanya anak SMA sekarang ini pada pertanian, sehingga dapat mewujudkan indonesia yang merdeka dengan petani milenial modern pada masa bonus demografi sekarang ini.

Akses yang sangat mudah hanya menggunakan kamera smartphone dan data seluler, juga dengan penggunaan aplikasi yang simple mendukung pengguna untuk meningkatkan frekuensi penggunaan aplikasi ini sehingga pengetahuan tentang pertanian dan tanaman akan lebih luas di dapatkannya juga. Penggunaan smartphone yang seakan sekarang ini menjadi kebutuhan primer bagi manusia dengan sifatnya yang praktis dan mudah dibawa juga mendukung pada  akses dan frekuensi penggunaan aplikasi berbasis AR ini. Ditambah dengan adanya fakta bahwa indonesia merupakan pengguna smartphone tertinggi ke-empat dunia meningkatkan potensi tingginya penggunaan inovasi aplikasi ini.

"Keberanian Untuk Mengambil Terobosan Besar Di Era Age Of Disruption Adalah Opsi Satu-Satunya Untuk Kita Bisa Menjadi Pemenang."
-Joko Widodo

Daftar Pustaka
Azuma, R. T. (1997). A survey of augmented reality. Presence: Teleoperators and Virtual Environments 6, 4 (August 1997), 355-385. Cambridge, MA: The MIT Press.
Dewi, S., Listyowati, D., & Napitupulu, B. E. (2018). Bonus Demografi Di Indonesia: Suatu Anugerah Atau Petaka. Journal Of Information System, Applied, Management, Accounting And Research, 2(3), 17-23.
Johnson, L., Levine, A., Smith, R., & Stone, S. (2010). Simple augmented reality. he 2010 Horizon Report, 21-24. Austin, TX: he New Media Consortium.
Rintaningrum, R. (2019). Explaining the important contribution of reading literacy to the country's generations: Indonesian's perspectives. International Journal of Innovation, Creativity and Change.
Vitono, H., Nasution, H., & Anra, H. (2016). Implementasi Markerless Augmented Reality Sebagai Media Informasi Koleksi Museum Berbasis Android (Studi Kasus: Museum Kalimantan Barat). JUSTIN (Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi), 4(2), 239-245.
Zhou, F., Duh, H. B. L., & Billinghurst, M. (2008). Trends in augmented reality tracking, interaction and display: A review of ten years of ISMAR. IEEE International Symposium on Mixed and Augmented Reality, 15-18. Cambridge, UK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun