Mohon tunggu...
muhammadekysaputra
muhammadekysaputra Mohon Tunggu... Aktor - Agronomi

Agronomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lahan basah, Antroposfer, dan Kearifan lokal dalam pelestariannya

19 Desember 2024   20:27 Diperbarui: 19 Desember 2024   20:27 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahan basah (wetlands) adalah ekosistem yang terdiri dari area yang tergenang air secara permanen atau musiman, seperti rawa, gambut, paya, dan mudflat. Ekosistem ini sangat penting karena memiliki berbagai fungsi ekologis yang mendukung kehidupan di Bumi. Lahan basah berperan dalam penyerapan air untuk mengendalikan banjir, penyaringan zat pencemar dari air, serta menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna. Selain itu, banyak masyarakat yang bergantung pada lahan basah untuk aktivitas ekonomi seperti pertanian, perikanan, dan wisata alam. Oleh karena itu, keberlanjutan lahan basah sangat penting bagi ekosistem global dan kesejahteraan manusia.

Dalam perkembangan antroposfer, lahan basah sering kali terancam oleh berbagai aktivitas antropogenik. Salah satu ancamannya adalah konversi lahan basah menjadi lahan pertanian atau kawasan pemukiman. Aktivitas ini dapat merusak habitat alami dan mengurangi kemampuan lahan basah dalam menyaring polutan dan mengendalikan aliran air. Selain itu, polusi dari industri, pertanian, dan limbah domestik yang masuk ke dalam lahan basah dapat mencemari kualitas air, merusak ekosistem, dan mengancam kelangsungan hidup spesies yang bergantung pada habitat tersebut. Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia juga turut mempengaruhi lahan basah, dengan perubahan pola curah hujan, suhu ekstrem, dan peningkatan permukaan air laut yang mengancam kestabilan ekosistem ini.

Upaya pelestarian dalam lahan basah ini perlu memastikan keberlanjutannya. Salah satu langkahnya adalah dengan menerapkan pengelolaan berkelanjutan, yang mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam. Misalnya, pertanian yang ramah lingkungan dan agroforestry di lahan basah dapat mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem. Selain itu, rehabilitasi dan restorasi lahan basah yang telah terdegradasi sangat penting untuk mengembalikan fungsi ekologisnya. Proses restorasi ini mencakup penanaman kembali vegetasi asli, pengendalian polusi, dan pemulihan aliran air alami, yang membutuhkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga memainkan peran penting dalam pelestarian lahan basah. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya lahan basah dan dampak kerusakan terhadap lingkungan dapat mendorong perubahan perilaku yang lebih bertanggung jawab terhadap ekosistem ini. Selain itu, penguatan kebijakan lingkungan dan penegakan hukum terkait perlindungan lahan basah harus diperkuat, agar konversi lahan yang merusak dapat diminimalisir. Dengan ini, diharapkan lahan basah dapat terus memberikan manfaat ekologis, sosial, dan ekonomi bagi manusia dan alam, sekaligus menjaga keberlanjutan ekosistem global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun