Mohon tunggu...
Muhammad Dzikri Yudasmara
Muhammad Dzikri Yudasmara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Pecinta Akal Sehat yang Tak Mengingkari Hati Nurani

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fatherless, Ketidakhadiran Sosok Ayah dalam Kehidupan Anak

16 Juni 2023   09:05 Diperbarui: 16 Juni 2023   18:05 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Agung Pandit Wiguna: https://www.pexels.com/id-id/foto/ayah-dan-anak-berpose-di-dermaga-kayu-1320701/ 

Kehadiran seorang ayah dalam kehidupan seorang anak memiliki peran penting dalam membentuk identitas, perkembangan emosional, dan  sosial. Dalam keluarga yang ideal, kedua orang tua memberikan pengasuhan dan perhatian yang seimbang terhadap anak-anak mereka. Ayah sebagai sosok laki-laki dalam keluarga memiliki peran penting dalam membentuk identitas anak, memberikan keteladanan dalam hal tanggung jawab, dan menjadi sumber dukungan emosional. Namun, fenomena fatherless atau ketidakhadiran sosok ayah menjadi isu yang semakin umum terjadi di berbagai belahan dunia. Artikel ini akan menjelaskan definisi fatherless, menggambarkan dampaknya pada anak-anak dan keluarga, serta memberikan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

Definisi Fatherless

Fatherless atau ketidakhadiran sosok ayah mengacu kepada keadaan dimana seorang anak tidak memiliki sosok ayah baik secara fisik maupun psikologis di dalam kesehariannya. Kehilangan sosok ayah bisa terjadi karena beberapa alasan, seperti meninggal dunia sehingga anak disebut sebagai yatim. Sedangkan ketidakhadiran sosok ayah karena sibuk bekerja, berpisah dengan keluarga akibat masalah perkawinan atau ketidakhadiran secara emosional yang menyebabkan anak menjadi yatim sebelum waktunya (Sundari, A.R., Herdajani, 2013). Dalam banyak kasus, akibat dari ketidakhadiran sosok ayah ini dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak.

Salah satu pemicu masalah Fatherless adalah tuntutan ekonomi yang semakin meningkat (Biller, 1974). Mereka dihadapkan pada kebutuhan sehari-hari yang harus terpenuhi sehingga bekerja menjadi prioritas utama dalam hidup mereka. Hal tersebut mengakibatkan quality time bersama anak seringkali hanya bisa dilakukan sambil mencuri-curi waktu di antara kesibukan ayah, dan tak jarang Ayah membuat janji-janji dengan anak namun kerap kali tidak terlaksana karena pekerjaan lebih didahulukan daripada keluarga. Anak-anak pun menjadi korban dari situasi ini karena kurang mendapatkan perhatian dari sang Ayah.

Menurut The University of New Jersey dalam penelitiannya menunjukkan bahwa anak yang memiliki interaksi intensif dengan ayahnya cenderung memiliki IQ yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang jarang berinteraksi. Kehadiran seorang ayah dapat memperkuat keberanian anak dalam menghadapi tantangan hidup. Ketika seorang anak perempuan tidak memiliki keakraban dengan ayahnya, ia mungkin akan mencari perhatian dari pria lain ketika ia dewasa sebagai ganti sosok ayahnya.

Pengaruh Ketidakhadiran Sosok Ayah:

Ketidakhadiran sosok ayah dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak. Beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi diantaranya adalah:

Masalah Emosional: Anak-anak yang tumbuh tanpa pengasuhan ayah seringkali mengalami kesulitan dalam mengelola emosi mereka. Peran orangtua begitu penting dalam keluarga, karena antara Ibu dan Ayah memliki perbedaan dalam pengasuhan. Sosok ibu dalam pengasuhan memiliki karakter sabar, penyayang dan perhatian. Perlu dikolaborasikan dengan karakter pengasuhan ayah yang dapat memberikan efek positif pada anak seperti keberanian, ketegasan, kemandirian, pemecahan masalah, dan penyayang (Chomaria, 2019). Tanpa kehadiran sosok ayah dalam pengasuhan, anak cenderung memiliki harga diri dan percaya diri yang rendah saat dewasa. Mereka mudah merasa malu atau marah karena merasa berbeda dan tidak dapat mengalami kebersamaan bersama ayah seperti teman sebayanya (Lerner, 2011).

Gangguan Perilaku: Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak memiliki sosok ayah dalam kehidupan mereka cenderung lebih rentan terhadap perilaku negatif. Menurut Fergusson dkk (1944), seorang anak yang kehilangan sosok ayah rentan terhadap aktivitas seksual dini, penyalahgunaan obat-obatan, gangguan mood, dan kenakalan serius atau tindakan kriminal. Masalah perilaku tersebut dipengaruhi oleh ketidakhadiran ayah pada kehidupan anak untuk memberikan batasan yang jelas dan teladan yang baik.Fatherless juga menjadi pemicu  meningkatnya perilaku homoseksual di kalangan pria maupun wanita secara signifikan (Biller, 1974). Hal ini disebabkan ketidakhadiran peran ayah, sehingga anak mengalami kebingungan tentang identitas dan peran gender yang seharusnya ditiru oleh anak-anak. Biller menambahkan bahwa fatherless akan melahirkan peningkatan konflik gender pada anak dan kebingungan akan identitas gender.

Interaksi Sosial dan Hubungan Sosial: Sosok ayah berperan penting dalam membentuk hubungan anak dengan dunia luar. Anak-anak yang tidak memiliki keterlibatan positif dengan ayah mereka mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Mereka juga mungkin mengalami kesulitan dalam memahami dan mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab ketika anak kehilangan peran ayah, menyebabkan seorang anak merasakan kesepian (loneliness), kecemburuan (envy), kedukaan (grief) (Lerner, 2011), kehilangan (lost) yang amat sangat, disertai pula oleh rendahnya kontrol diri (self-control); keberanian mengambil resiko (risk-taking) (Williams, 2011).

Solusi dan Dukungan:

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakhadiran sosok ayah dalam kehidupan anak. Berikut beberapa solusi yang dapat ditempuh:

Program Dukungan Keluarga: Masyarakat dan pemerintah dapat menyediakan program dukungan keluarga yang memberikan pendidikan, bimbingan, dan dukungan emosional kepada keluarga yang mengalami ketidakhadiran sosok ayah. Mendatangkan bantuan profesional seperti terapis atau konselor yang dapat membantu anak dalam mengatasi dampak psikologis dari ketidakhadiran sosok ayah.

Peran Positif Pengganti: Orang dewasa lain, seperti kakek-nenek, paman, guru, atau mentor, dapat memainkan peran positif sebagai pengganti ayah dalam kehidupan anak-anak. Keterlibatan orang dewasa yang bertanggung jawab dan memiliki perhatian yang baik dapat memberikan stabilitas dan dukungan yang diperlukan.

Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran ayah dalam kehidupan anak-anak. Pendidikan dan kampanye kesadaran dapat membantu mengurangi stigma yang terkait dengan fatherless dan mendorong dukungan yang lebih besar bagi keluarga yang mengalami situasi tersebut.

Kesimpulan:

Fatherless atau ketidakhadiran sosok ayah dalam kehidupan anak memiliki dampak signifikan pada perkembangan mereka. Perlu disadari bahwa peran ayah sangat penting bagi identitas dan perkembangan anak-anak. Dengan dukungan yang tepat serta upaya bersama, dampak fatherless dapat dikurangi sehingga anak-anak dapat tumbuh dengan lebih seimbang secara sosial, emosional, dan psikologis.

Daftar Pustaka

Biller, H. (1974). Paternal Deprivation: Family, School, Sexuality, and Society. Retrieved May 3, 2013, from Lexington,Mass.: D.C. Heath, Amerika Serikat.: http://www.ancpr.com/effects_of_fatherlessness_on_chi.htm.

Chomaria, N. (2019). Ayah Yang Kupuja (Serial The Best Parents). PT Gramedia.

Fergusson, D. M., Lynskey, M. T., & Horwood, L. J. (1996). Childhood Sexual Abuseand Psychiatric Disorders in Young Adulthood: I. Prevalence of Sexual Abuse and FactorsAssociated with Sexual Abuse. ournal of the American Academy of Child and AdolescentPsychiatry, 1355-1364.

Lerner, H. (2011, November 27). The Dance of Connection. Retrieved February 8, 2013, from http://www.psychologytoday.com: http://www.psychologytoday.com/blog/the-dance-connection.

Sundari, A. R., & Herdajani, F. (2013). Dampak Fatherless Terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013, (p. 260).

Williams, R. (2011, June 19). The Decline of Fatherhood and the Male Identity Crisis. Retrieved February 8, 2013, from Wired for Success: https://raywilliams.ca/the-decline-of-fatherhood-and-male-identity-crisis/

Baca juga: Menjadi Lebih dari Sekedar Baik dengan Memberikan Manfaat yang Tepat Sasaran dan Memuaskan

Baca juga: Sebatang Pohon Peduli

Baca juga: Pentingnya Menjaga Nasab dalam Budaya Arab: Dari Manusia Hingga Kuda dan Keilmuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun