Pada suatu masa, di sebuah Negara besar terdapat polemik yang kompleks dan sensitif mengenai nasab atau keturunan dari seorang Raja Islam yang terkenal pertama kali menyebarkan Agama Islam di negara tersebut. Polemik ini muncul sebab ada sekelompok orang yang mengaku bahwasanya ia masih memiliki ketersambungan nasab dengan Sang Raja, hal ini menimbulkan kebingungan dan kegaduhan di kalangan masyarakat awam, sampai-sampai menimbulkan perdebatan sengit di media sosial.
Dalam keadaan yang memanas ini, terdapat dua tokoh penting yang memiliki pandangan yang berbeda mengenai nasab Sang Raja. Pertama, ada Profesor Utsman, seorang ahli genealogi yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menyelidiki dan menganalisis nasab Sang Raja.Â
Beliau berpendapat dalam tesisnya bahwa tidak ada bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa masih ada keturunan langsung Sang Raja yang masih hidup sampai saat ini. Menurutnya, silsilah yang diklaim oleh sebagian kelompok yang mengaku sebagai keturunan Sang Raja tidak memiliki dasar yang cukup valid.
Disisi lain, ada Profesor Ahmad, seorang cendikiawan muslim terkenal yang telah mengabdikan hidupnya untuk mempelajari ilmu ke-Islaman, baik sejarah maupun hukum Islam. Beliau berkeyakinan bahwa terdapat keturunan Sang Raja yang masih ada hingga saat ini. Menurut penelitiannya, dia menemukan bukti-bukti dan silsilah yang mendukung klaim tersebut.
Kedua orang alim ini memiliki pengetahuan dan keahlian yang mendalam pada bidangnya masing-masing, namun mereka hanya berdebat saling melempar argumentasi di media sosial dan tidak pernah saling mendatangi untuk bertemu secara langsung.Â
Seiring berjalannya waktu, polemik yang tidak berujung ini hanya menjadikan masyarakat awam bingung dan gaduh, keduanya terjebak dalam perdebatan publik yang semakin memanas. Mereka hanya  berfokus pada pandangan masing-masing daripada mencari cara untuk memecahkan persoalan mereka secara damai.Â
Keduanya lupa bahwa mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari kebenaran sejarah bukan pembenaran atas klaim dari kedua belah pihak. Akhirnya menyebabkan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok, kelompok yang mendukung pendapat Profesor Utsman dan kelompok yang mendukung Profesor Ahmad.
Ditengah perdebatan publik yang kian hari kian memanas, muncullah seorang akademisi yang terkenal arif dan bijaksana bernama Profesor Hasan yang terus mengikuti perkembangan polemik ini. Ia merasa prihatin dengan keadaan masyarakat yang dibuat bingung dan gaduh sebab polemik nasab ini.Â
Akhirnya Beliau berinisiatif untuk mengundang Profesor Utsman dan Profesor Ahmad untuk melakukan diskusi secara terbuka dalam sebuah forum akademik yang dihadiri oleh Ulama, ahli sejarah dan ahli nasab.
Dalam forum ini, Profesor Utsman dan Profesor Ahmad mempresentasikan  bukti-bukti, analisis, dan argumen mereka secara gamblang. Mereka saling menyimak dengan seksama argumen satu sama lain, saling mengajukan pertanyaan, dan memberikan tanggapan yang berlandaskan pada penelitian dan keahlian mereka.