"Perundungan di dunia maya bahkan bisa lebih menyakitkan dibanding perundungan fisik," ungkap Dr. Sarah Widodo, psikolog klinis yang menangani kasus-kasus trauma digital. "Jejak digital yang ditinggalkan pelaku bisa bertahan selamanya, membuat korban terus-menerus mengalami trauma setiap kali mengaksesnya."
Daftar Pustaka
1. Agatston, P. W., Kowalski, R., & Limber, S. (2007). Students' perspectives on cyber bullying. Journal of Adolescent Health.
2. Smith, P. K., et al. (2008). Cyberbullying: Its nature and impact in secondary school pupils.
3. Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2010). Bullying, cyberbullying, and suicide.
4. Kowalski, R. M., et al. (2014). Bullying in the digital age: A critical review and meta-analysis of cyberbullying research among youth.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H