Mohon tunggu...
Muhammad Dimas
Muhammad Dimas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

penulis merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Semester 7

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dakwah, Tanggung Jawab Siapa?

17 Agustus 2020   12:33 Diperbarui: 8 Juni 2021   06:03 6032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dakwah merupakan kata yang sudah tidak asing lagi di telinga orang-orang, khusunya di kalangan umat muslim. Kata dakwah sudah sangat erat kaitannya dengan ustadz/ustadza dan para ulama. Hal ini dikarenakan masih banyak orang yang beranggapan bahwa kegiatan berdakwah hanya dilakukan  oleh ustadz atau  para ulama. 

Dengan minimnya pengetahuan orang tentang ilmu dakwah maka tak heran jika masih banyak yang beranggapan bahwa berdakwah hanya dilakukan oleh para ustadz dan ulama saja. Lalu, apa sebenarnya dakwah itu?

Kata dakwah sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu da'a, yad'u, dan, da'watan. Yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil. Sedangkan secara istilah pengertian dakwah sebagaimana yang dikemukan oleh Syekh Ali Mahfuz dalam bukunya yang berjudul Hidayat al-Mursyidin, dakwah adalah mendorong (memotivasi) manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk dan menyeruh mereka berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.

Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat-ayat yang membahas mengenai seruan untuk berdakwah. Salah satunya yang tercantum dalam surah Ali-Imran ayat 110. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman.

Baca juga: Dakwah Melalui Tulisan demi Samber THR Kompasiana  

"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."

 Syekh Muhammad Sulaiman Al Asyqar dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir mengatakan; Kamu adalah umat yang dijadikan Allah Subhanahu Wata'ala sebagai umat yang terbaik, kalian telah menjadi ketetapan Allah atas hal ini. Umat Islam adalah umat terbaik secara mutlak. Mereka adalah umat yang telah dipilih sebab mereka diperintahkan untuk menyeru kepada yang ma'ruf.

Yaitu yang baik sesuai perintah syariat dan mencegah dari yang munkar: yaitu segala perkataan, perangai atau perbuatan yang bertentangan dengan syariat. Juga sebab bahwa mereka beriman kepada Allah dan meyakini bahwa Allah tidak mempunyai sekutu.

Dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa kegiatan berdakwah itu merupakan tanggung jawab bagi setiap muslim. Jadi, berdakwah itu bukan tanggung jawab yang hanya diemban oleh para pemuka agama saja. Tetapi ini tanggung jawab bagi seluruh umat muslim.

Apapun profesi dan pekerjaan setiap muslim sangat dianjurkan untuk berdakwah. Karena setiap individu dari umat muslim, baik laki-laki ataupun yang perempuan. Merupakan penyambung dari tugas Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam yaitu untuk selalu mengajak kepada perbuatan yang makruf.

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl ayat 125)

Baca juga: Tingkatkan Skill Produksi Konten Youtube, Dakwah Digital Makin Keren

Dari ayat di atas, terdapat 3 cara untuk menyeruh manusia ke jalan Allah Subhanahu Wata'ala

  • Bil Hikmah ; Metode ini dapat digunakan untuk menghadapi semua golongan masyarakat baik cendikiawan, golongan awam maupun golongan yang suka bertanya jawab. Jadi metode ini merupakan penyesuaian seorang da'i terhadap kondisi mad'u yang hendak didakwahinya.
  • Maw'izah Hasanah ; Dengan metode ini dakwah dilakukan dengan pengajaran yang baik, ucapan yang dapat memikat hati sasaran dakwah sehingga mendorongnya untuk mengikuti dan mengamalkannya dan diiringi dengan keteladanan pada diri da'i.
  • Mujadalah ; Dalam prakteknya, mujadalah adalah kegiatan diskusi yang disertai dengan alasan dan bukti, sehingga dapat mengalahkan alasan bagi yang menolaknya.

Semakin pesatnya perkembangan jaman, memberikan dampak perubahan juga terhadap kegiatan berdakwah. Dulu dakwah hanya dilakukan dengan model penyampaian secara langsung dengan lisan antara da'i dan mad'u berhadapan wajah (dakwah Bil-Lisan). Ada yang ditujukan secara berkelompok (jama'ah) dengan menggelar kegiatan tablig di mesjid-mesjid dan kepada individu (mad'u) yang dikenal dengan dakwah fardiyah yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam pada saat awal mula menyampaikan ajaran Islam.

Dewasa ini, dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi khusunya dalam bidang  media komunikasi. Sehingga membuat kegiatan dakwah dapat dengan mudah dilaksanakan, tak perlu lagi dilakukan secara langsung (face to face).  

Baca juga: TikTok sebagai Media Dakwah Terampuh Saat Ini

Dengan hadirnya media cetak seperti Koran, majalah. Kini dakwah dapat disampaikan menggunakan tulisan yang dimuat di media massa (dakwah Bil-Kitabah). Yang dapat menyampaikan pesan dakwah secara luas kepada mad'u yang sulit dijangkau oleh da'i.

Apalagi pada saat ini muncul media media baru ( Cyber media) dimana penggunanya langsung terhubung dengan pengguna lainnya yang ada di seluruh dunia. Membuat aktivitas dakwah menjadi lebih mudah dan beragam. Kini memotivasi orang untuk melakukan kebaikan sesuai dengan sayriat Islam dan meninggalkan yang munkar dapat dilakukan dimana saja.

Maka dari itu kita manfaatkan kemajuan teknologi ini dengan sebaik-baiknya untuk berdakwah. Karena dakwah merupakan tanggung jawab atas diri setiap muslim dengan kampuan dan kapasitasnya masing-masing. Karena Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam memerintahkan kita untuk mencengah kemunkaran sesuai dengan kesanggupan kita.

"Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya dia merubah dengan tangannya, kalau tidak bisa hendaknya merubah dengan lisannya, kalau tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman." (HR. Muslim).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun