Mohon tunggu...
Muhammad Dikma Pratama
Muhammad Dikma Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Pakuan

Hobi saya adalah mencoba hal baru dan memaksimalkan hal baru tersebut

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Psikologi Komunikasi dalam Kesehatan Mental di RSJ Marzoeki Mahdi

23 Juni 2024   23:55 Diperbarui: 24 Juni 2024   00:19 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunjungan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan (FISIB UNPAK) ke Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi (RSJ MM) pada tanggal 4 Juni 2024 , untuk mempelajari illmu kejiwaan dan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikologi Komunakasi. Kunjungan ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana mempelajari komunikasi dengan pasien di RSJ Marzoeki Mahdi dan relevansinya dalam kesehatan mental.

Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk melatih mahasiswa dalam teknik komunikasi yang efektif dan empatik, serta untuk mengurangi stigma terhadap individu dengan gangguan mental. Selain itu, kunjungan ini juga bertujuan untuk membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan yang berguna dalam karir mereka di bidang sosial dan budaya, Widya Bunga Lestari Harta, Ketua Pelaksana menjelaskan, "Tujuan kunjungan ini adalah mempelajari cara berkomunikasi secara psikologis karena kita belajar psikologi komunikasi."

Acara diawali dengan penyambutan Musliadi selaku staff instalasi Diklit (Pendidikan dan Penelitian) di RSJMM, kemudian sambutan Sandy Gunarso, M.I.KOM selaku dosen mata kuliah Psikologi Komunikasi. Selanjutnya mahasiwa dibagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok mengunjungi ruangan yang berbeda, Kelompok pertama mengunjungi ruangan Sadewa, Kelompok kedua mengunjungi ruangan Drupadi, Kelompok ketiga mengunjungi ruangan Arimbi, dan kelompk terakhir mengunjungi ruangan Subadra, Saya selaku kelompok pertama mengunjungi ruangan Sadewa, setiap kelompok didampingi oleh salah satu staff di RSJ MM

PDD/dokpri
PDD/dokpri

Ruangan Sadewa sebuah ruangan rawat inap untuk pasien yang sudah dalam kondisi stabil, Menurut perawat Ruang Sadewa di Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi (RSJ MM), target perawatan pasien adalah selama 18 hari dengan tujuan mencapai kondisi ketenangan. Jika pasien belum pulih, perawatan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. Pengobatan pasien berdasarkan rekomendasi dokter dan dapat bervariasi, terutama untuk mereka yang mengalami depresi. Kegiatan harian pasien di RSJ MM meliputi rutinitas kebersihan pagi, ibadah, senam, sarapan, dan interaksi sosial, yang disesuaikan dengan gejala masing-masing pasien. 

RSJ MM menyediakan berbagai kelas seperti vokasional, hidroponik, dan tataboga untuk meningkatkan keterampilan pasien. Pasien rawat jalan menjalani kontrol rutin, sementara pasien inap memerlukan pengawasan terus-menerus karena risiko kekerasan. Keberhasilan pengobatan dievaluasi oleh dokter berdasarkan komunikasi pasien, aktivitas mereka, dan kepatuhan dalam mengikuti regimen pengobatan termasuk konsumsi obat dan suntikan, yang disesuaikan dengan gejala individu. Pasien yang sudah stabil diajak untuk berkomunikasi guna mengidentifikasi akar permasalahan mereka. Penempatan pasien dilakukan di ruang yang sesuai dengan kondisi kesehatan mereka. Mayoritas pasien rawat jalan di RSJ MM mengalami gangguan mental seperti depresi.

Selanjutnya mahasiswa mengunjungi ruang aula, yaitu ruangan untuk pasien berkumpul seperti bermain musik band atau senam jasmani,  Menurut perawat aula, pasien harus memiliki rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas) untuk dapat diterima di RSJ. Prosesnya melibatkan beberapa tahap mulai dari poli klinik hingga psikiatri dan instalasi sosial. Pembayaran perawatan dapat menggunakan BPJS atau mandiri, dengan usia yang di-cover oleh BPJS adalah 19-49 tahun; pasien di luar rentang usia ini harus menanggung biaya sendiri. Gelandangan juga diterima di RSJ, namun harus ada rujukan dari dinas sosial terlebih dahulu, dengan anggaran yang disediakan oleh negara. Di MES, maksimal 10 orang pasien dipersiapkan untuk kembali mandiri sebelum terjun ke masyarakat. Mereka dilatih konsentrasi, daya pikir, daya ingat, dan keterampilan.

Selanjutnya mahasiswa juga diinzinkan ke ruangan Rehabilitasi ruangan untuk pasien yang sedang meleawati tahapan tahapan rehabilitasi, di ruangan ini para mahasiswa melakukan kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien meliputi hidroponik atau penanaman tumbuhan, pembuatan roti, gerabah dan pembuatan telur asin dan hasilnya bisa diperjual belikan. Selain diperjual belikan hasil karya disimpan di ruangan tersebut.

PDD/dokpri
PDD/dokpri

kami berkesempatan untuk memasuki ruangan pembuatan roti dan berbincang bincang dengan salah satu pasien yang ada disana katanya setiap selesai pembuatan roti,roti itu akan dijual di kantin kupu-kupu, jadi pengunjung bisa membeli dan mencobanya. Salah satu contoh yang menggambarkan keberhasilan pendekatan ini adalah Beno, seorang pasien RSJ yang mengikuti kelas Tataboga. Beno, yang telah mencapai level 3 dalam tingkatan rehabilitasi, menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam pengendalian diri dan keterampilan praktis. 

Di level ini, Beno sudah bisa terkontrol dengan baik, yang memungkinkan dia untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan membuat roti di kelas Tataboga. Aktivitas ini tidak hanya membantu Beno dalam mengasah keterampilan memasaknya, tetapi juga memberikan rasa pencapaian dan kemandirian. Melalui kegiatan ini, Beno dapat mengembangkan rasa percaya diri dan menemukan nilai dalam aktivitas sehari-hari, yang merupakan bagian penting dari proses pemulihan mentalnya. Setelah melihat kegiatan yang ada disana kami langsung menuju aula seminar tadi untuk mengetahui tentang dunia psikologi yang dijelasakan oleh ibu Dewi Mustikawati Handayani,S.Psi.,M.Si selaku pemateri yang memberikan penjelasan tentang psikologi dan juga adanya sesi tanya jawab.

PDD/dokpri
PDD/dokpri
Kesimpulan

Kunjungan ini berhasil mencapai berbagai tujuan yang telah ditetapkan. Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan komunikasi terapeutik mereka melalui interaksi langsung dengan pasien di RSJ MM. Mereka belajar untuk berkomunikasi dengan penuh empati dan memahami kebutuhan serta tantangan yang dihadapi oleh pasien dengan gangguan jiwa. 

Dengan demikian, kunjungan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan praktis mahasiswa, tetapi juga memberikan wawasan yang mendalam tentang pentingnya dukungan sosial dan rehabilitasi dalam proses pemulihan pasien.Hasil wawancara dengan staf RSJ MM, termasuk perawat dan psikolog, mengungkapkan proses perawatan yang komprehensif dan beragam, mulai dari pengelolaan medis hingga rehabilitasi keterampilan hidup. 

Program-program seperti kelas vokasional dan tataboga memberikan kesempatan bagi pasien untuk mengembangkan kemandirian dan meningkatkan kualitas hidup mereka setelah meninggalkan RSJ. Dengan demikian, kunjungan ini tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa FISIB sebagai bagian dari pendidikan mereka, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam mengubah persepsi dan sikap terhadap individu dengan gangguan mental di masyarakat. Diharapkan pengalaman ini akan terus memberi dampak positif dalam kariernya sebagai agen perubahan sosial di masa depan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun