Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, kini menghadapi tantangan besar terkait peningkatan populasi kendaraannya. Perkembangan ekonomi yang pesat dan meningkatnya daya beli masyarakat telah berkontribusi pada lonjakan jumlah kendaraan bermotor di seluruh penjuru negeri. Namun, fenomena ini juga membawa dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, mulai dari kemacetan lalu lintas hingga polusi udara yang kian memburuk.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah mengalami peningkatan yang drastis dalam dua dekade terakhir. Pada tahun 2023, tercatat ada lebih dari 145 juta unit kendaraan yang terdaftar, termasuk sepeda motor, mobil, truk, dan bus. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya jumlah penduduk kelas menengah dan kemudahan akses kredit kendaraan.
Sepeda motor mendominasi populasi kendaraan dengan persentase lebih dari 80%. Hal ini tidak mengherankan mengingat harganya yang relatif terjangkau dan fleksibilitas penggunaannya di tengah padatnya lalu lintas perkotaan. Namun, meningkatnya jumlah mobil pribadi juga menjadi perhatian, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
Dampak Terhadap Kemacetan dan Infrastruktur
Kemacetan lalu lintas menjadi salah satu dampak paling nyata dari tingginya populasi kendaraan. Di Jakarta, misalnya, waktu tempuh perjalanan rata-rata meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Menurut TomTom Traffic Index 2023, Jakarta menempati peringkat ke-10 sebagai kota dengan kemacetan terburuk di dunia, dengan pengemudi menghabiskan sekitar 53% waktu tambahan di jalan.
Selain itu, infrastruktur jalan di banyak daerah belum mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah kendaraan. Banyak jalan yang mengalami kerusakan lebih cepat akibat volume kendaraan yang tinggi, dan proyek-proyek perbaikan jalan seringkali tidak dapat mengejar ketertinggalan.
Polusi Udara dan Lingkungan
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor juga berdampak langsung pada kualitas udara. Data dari AirVisual menunjukkan bahwa beberapa kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta dan Surabaya, seringkali memiliki kualitas udara yang buruk, terutama selama jam sibuk. Emisi gas buang dari kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar fosil, merupakan kontributor utama polusi udara yang berdampak negatif pada kesehatan masyarakat.
Upaya Pengendalian
Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah pengembangan transportasi publik yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Proyek-proyek seperti MRT dan LRT di Jakarta diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Selain itu, kebijakan pembatasan kendaraan berdasarkan nomor pelat ganjil-genap juga telah diterapkan di beberapa kota besar.
Penggunaan kendaraan listrik juga mulai didorong sebagai alternatif yang lebih bersih. Pemerintah telah memberikan insentif untuk pembelian kendaraan listrik dan memperluas jaringan stasiun pengisian daya listrik di berbagai daerah.
Masa Depan Mobilitas di Indonesia
Mengatasi permasalahan populasi kendaraan yang sudah penuh bukanlah tugas yang mudah dan memerlukan pendekatan yang holistik serta kerjasama dari berbagai pihak. Dibutuhkan kesadaran kolektif untuk beralih ke moda transportasi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan upaya yang konsisten dan inovatif, Indonesia dapat bergerak menuju masa depan mobilitas yang lebih efisien, aman, dan bersih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H