Di era digital saat ini, berita hoax atau informasi palsu menjadi salah satu masalah yang semakin meresahkan di era digital, terutama di kalangan generasi X (Gen X), yang merupakan kelompok usia yang tumbuh bersama perkembangan teknologi. Gen X, yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980, kini menghadapi tantangan baru dalam menyaring informasi yang mereka terima melalui media sosial. Penelitian menunjukkan bahwa media sosial berkontribusi besar dalam penyebaran berita hoax, dengan lebih dari 90% hoax berasal dari platform ini.
Media sosial telah menjadi sarana utama bagi penyebaran berita hoax. Mengutip dari jurnal penelitian Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sekitar 92,4% berita hoax disebarkan melalui media sosial, diikuti oleh aplikasi pesan dengan 62,8%. Hal ini menunjukkan bahwa Gen X, yang aktif menggunakan media sosial seperti Facebook,TikTok,Instagram,twitter,dan WhatsApp berisiko tinggi terpapar informasi yang tidak akurat.
Berita hoax sering kali menyebar dengan cepat melalui platform media sosial. Menurut penelitian Budimansyah (2017), penyebaran berita hoax di Indonesia meningkat seiring dengan popularitas media sosial. Hal ini disebabkan oleh sifat media sosial yang memungkinkan akun anonim untuk berkontribusi, sehingga memudahkan penyebaran informasi yang tidak benar. Di Facebook misalnya, sekitar 84% responden mengaku pernah menemukan berita hoax. Ini menunjukkan bahwa meskipun Gen X aktif di platform ini, mereka sering kali terpapar informasi yang tidak akurat.
Studi sebelumnya telah menyoroti bahwa generasi X, yang umumnya berusia antara 35 hingga 44 tahun, adalah kelompok yang paling rentan terhadap penyebaran hoaks (Harnum, 2019; Mudrikah, 2020; Malik, 2021.) Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk literasi digital yang lebih rendah dibandingkan dengan generasi yang lebih muda, seperti generasi Z atau milenial (Syah & Purnawan, 2019; Susilo et al 2020).
DAMPAK TERHADAP GEN XÂ
- Kehilangan Kepercayaan : Berita hoax dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sumber informasi. Ketidakpastian tentang kebenaran informasi membuat banyak orang, termasuk Gen X, merasa bingung dan tidak yakin tentang apa yang harus dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa ketidakpercayaan terhadap media mainstream meningkat, sehingga masyarakat cenderung mencari informasi dari sumber yang tidak jelas.
- Polarisasi Sosial : Penyebaran berita hoax sering kali memicu perpecahan dalam masyarakat. Gen X dapat terjebak dalam polarisasi ideologi, di mana mereka hanya menerima informasi yang sesuai dengan pandangan mereka dan menolak informasi lain. Hal ini dapat membantu hubungan antarindividu dan menciptakan ketegangan dalam komunitas.
- Rendahnya Literasi Digital : Banyak Gen X yang tidak memiliki keterampilan literasi digital yang mampu membedakan antara informasi yang benar dan salah. Penelitian menunjukkan rendahnya literasi digital berkontribusi pada penyebaran hoax. Mereka sering kali mengandalkan jumlah share atau like sebagai indikator kebenaran suatu informasi.
Berita hoax tidak hanya berdampak pada kepercayaan dan hubungan sosial, tetapi juga dapat menimbulkan dampak emosional. Keresahan dan kecemasan masyarakat meningkat ketika berita hoax menyebar, terutama jika berkaitan dengan isu-isu sensitif seperti kesehatan atau politik. Dalam konteks Gen X, hal ini dapat menyebabkan stres dan mengancam dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi mengatasinya
Untuk mengatasi dampak negatif dari berita hoax, penting bagi Gen X untuk meningkatkan keterampilan literasi digital mereka. Beberapa strategi yang bisa diterapkan antara lain:
- Edukasi tentang Hoax : mengikuti seminar atau workshop tentang cara mengenali berita hoax dan pentingnya verifikasi sumber.
- Menggunakan Sumber Terpercaya : Selalu Merujuk pada sumber informasi yang sudah terverifikasi dan memiliki reputasi baik.
- Berbagi Pengetahuan : Mendorong diskusi tentang berita hoax di kalangan teman dan keluarga untuk meningkatkan kesadaran bersama.
Kesimpulan
Dampak berita hoax terhadap Generasi X di media sosial sangat besar. Penyebaran informasi palsu dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan, polarisasi sosial, dan dampak emosional yang negatif. Untuk mengurangi dampak ini, penting bagi Gen X untuk meningkatkan literasi digital dan menerapkan langkah-langkah pencegahan terhadap berita hoax. Dengan demikian, mereka dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan media sosial yang lebih sehat dan informatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H