Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis dan Lingkungan: Bagaimana Korporasi Besar Mengadopsi Green Economy?

23 Januari 2025   11:30 Diperbarui: 23 Januari 2025   10:24 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia bisnis telah mengalami perubahan paradigma besar. Fokus utama yang sebelumnya hanya bertumpu pada keuntungan finansial kini mulai bergeser ke arah yang lebih luas, yakni menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. 

Dengan meningkatnya kesadaran akan isu-isu global seperti perubahan iklim, penipisan sumber daya alam, dan polusi, pelaku bisnis mulai memahami bahwa keberlanjutan bukan hanya sebuah tanggung jawab moral, tetapi juga strategi jangka panjang untuk bertahan dan berkembang di pasar yang semakin kompetitif.

Perubahan ini tidak lepas dari meningkatnya tekanan dari berbagai pihak. Konsumen, terutama generasi muda, kini lebih selektif dalam memilih produk yang ramah lingkungan dan etis. Regulator di banyak negara juga semakin memperketat aturan terkait emisi karbon, pengelolaan limbah, dan perlindungan ekosistem. 

Selain itu, investor besar mulai mengadopsi pendekatan berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam menentukan portofolio investasi mereka, memaksa perusahaan untuk lebih transparan dan bertanggung jawab terhadap dampak bisnis mereka.

Dalam konteks ini, konsep green economy muncul sebagai solusi yang menjanjikan. Green economy tidak hanya mendorong bisnis untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga menawarkan peluang baru melalui inovasi hijau, efisiensi energi, dan pendekatan berbasis sirkularitas. 

Namun, mengadopsi model ini bukanlah hal yang mudah, terutama bagi perusahaan besar yang operasionalnya sudah kompleks. Proses transisi membutuhkan komitmen, investasi yang signifikan, dan kolaborasi lintas sektor.

Mengapa Green Economy Penting untuk Korporasi?

Di tengah krisis lingkungan global, korporasi memiliki peran besar dalam mengurangi kerusakan ekologis. Sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca, deforestasi, dan pencemaran lingkungan, perusahaan memiliki tanggung jawab moral dan praktis untuk mengambil langkah nyata dalam melindungi planet ini. 

Dampak negatif dari aktivitas industri, seperti polusi udara, limbah beracun, dan eksploitasi sumber daya alam, tidak hanya membahayakan ekosistem tetapi juga memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat global. 

Dengan skala operasi dan pengaruh yang mereka miliki, korporasi dapat menjadi agen perubahan yang signifikan dalam menciptakan keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Lebih dari itu, korporasi besar memiliki kapasitas untuk berinovasi dan menerapkan solusi berbasis teknologi yang ramah lingkungan. Investasi pada energi terbarukan, efisiensi sumber daya, dan proses produksi yang lebih bersih dapat secara drastis mengurangi jejak ekologis perusahaan. 

Selain itu, pendekatan seperti ekonomi sirkular, di mana limbah diolah menjadi bahan baku baru, dapat membantu mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam. Misalnya, perusahaan di sektor manufaktur dapat mengadopsi praktik daur ulang atau desain produk yang lebih berkelanjutan untuk memperpanjang siklus hidup produknya. 

Langkah-Langkah Nyata Korporasi dalam Mengadopsi Green Economy

Banyak korporasi besar di Indonesia dan dunia telah mulai mengadopsi strategi hijau dalam operasionalnya sebagai respons terhadap meningkatnya tuntutan keberlanjutan. Perusahaan-perusahaan ini berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan efisiensi energi, dan memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan. 

Misalnya, beberapa produsen energi di Indonesia mulai menggunakan panel surya dan energi angin sebagai bagian dari transisi menuju energi terbarukan. Di sektor manufaktur, perusahaan besar telah mengadopsi proses produksi rendah karbon dan menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang untuk mengurangi limbah. 

Selain itu, banyak korporasi mulai menerapkan kebijakan internal yang mendukung praktik berkelanjutan. Beberapa di antaranya mengintegrasikan pelaporan keberlanjutan ke dalam laporan tahunan mereka, mengukur dampak lingkungan dari operasi bisnis mereka, dan menetapkan target pengurangan emisi. 

Beberapa perusahaan bahkan mengembangkan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berfokus pada restorasi ekosistem, seperti rehabilitasi hutan mangrove dan pengelolaan limbah plastik. 

Langkah-langkah ini tidak hanya meningkatkan citra perusahaan di mata konsumen, tetapi juga menarik perhatian investor yang semakin memperhatikan faktor Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam portofolio investasi mereka.

Tantangan dalam Penerapan Green Economy

Meskipun manfaatnya besar, penerapan green economy tidak selalu mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah investasi awal yang signifikan, terutama dalam hal teknologi ramah lingkungan, infrastruktur energi terbarukan, dan pelatihan sumber daya manusia. 

Bagi banyak perusahaan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, biaya ini sering dianggap sebagai hambatan besar dibandingkan dengan pendekatan bisnis konvensional yang lebih murah. Selain itu, kurangnya akses terhadap teknologi hijau dan pendanaan yang memadai menjadi faktor lain yang menghambat adopsi green economy secara luas.

Selain aspek finansial, perubahan paradigma menuju green economy juga membutuhkan transformasi budaya dan operasional dalam perusahaan. Hal ini melibatkan pergeseran dari pola pikir berbasis keuntungan jangka pendek menuju visi jangka panjang yang lebih holistik. 

Proses ini sering kali menghadapi resistensi internal, baik dari manajemen maupun karyawan, yang mungkin kurang memahami pentingnya keberlanjutan. Kurangnya edukasi dan pemahaman tentang manfaat ekonomi hijau juga menjadi tantangan yang memengaruhi tingkat penerimaan di berbagai sektor.

Harapan ke Depan

Adopsi green economy adalah langkah penting bagi korporasi untuk memastikan keberlanjutan bisnis mereka di masa depan. Dengan mengambil pendekatan ini, perusahaan tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan tetapi juga memperkuat daya saing mereka di pasar global yang semakin sadar akan isu keberlanjutan. 

Konsumen, investor, dan pemangku kepentingan kini cenderung lebih memilih perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan menerapkan praktik bisnis yang etis. Lebih dari sekadar tren, green economy adalah jalan menuju inovasi dan efisiensi. 

Perusahaan yang berinvestasi pada teknologi hijau, energi terbarukan, dan sistem produksi yang ramah lingkungan dapat membuka peluang pasar baru dan mengurangi risiko bisnis yang terkait dengan regulasi lingkungan yang semakin ketat. Langkah ini juga memungkinkan korporasi untuk menciptakan dampak positif yang berkelanjutan, baik secara ekonomi, sosial, maupun ekologis.

Pada akhirnya, keberhasilan green economy sangat tergantung pada komitmen bersama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dengan sinergi yang kuat, korporasi tidak hanya dapat memainkan peran besar dalam menghadapi tantangan lingkungan global tetapi juga menciptakan warisan positif bagi generasi mendatang. 

Dalam dunia bisnis yang terus berubah, keberlanjutan bukan lagi pilihan tambahan, melainkan elemen kunci untuk bertahan dan berkembang di masa depan. Green economy adalah masa depan, dan perusahaan yang berani mengadopsinya adalah mereka yang akan menjadi pemimpin dalam era bisnis baru ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun