Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena Lonjakan Diabetes di Usia Muda: Apakah Makanan Cepat Saji Penyebab Utama?

22 Januari 2025   18:00 Diperbarui: 22 Januari 2025   14:05 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengecekan kadar gula darah (sumber gambar: badungkab.go.id)


Diabetes melitus, atau yang lebih dikenal dengan istilah diabetes, telah menjadi masalah kesehatan global yang semakin mengkhawatirkan. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa berusia lanjut, namun kini semakin banyak dijumpai pada kalangan usia muda, termasuk remaja dan anak-anak.

Lonjakan kasus diabetes tipe 2 pada usia muda menjadi fenomena yang sangat mencolok dalam beberapa tahun terakhir. Penyakit ini, yang sebelumnya lebih umum ditemui pada individu berusia di atas 40 tahun, kini menjadi ancaman nyata bagi generasi muda yang rentan terhadap pola hidup tidak sehat.

Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif, sehingga menyebabkan kadar gula darah meningkat. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, seperti penyakit jantung, kerusakan ginjal, kebutaan, hingga gangguan saraf. 

Salah satu faktor utama yang diyakini berperan besar dalam peningkatan angka diabetes di kalangan usia muda adalah pola makan yang buruk, terutama konsumsi makanan cepat saji yang kaya akan lemak, gula, dan kalori berlebihan. 

Namun, apakah makanan cepat saji benar-benar menjadi penyebab utama dari fenomena ini, atau adakah faktor lain yang turut memengaruhi peningkatan angka diabetes pada generasi muda?

Makanan Cepat Saji: Penyebab yang Dapat Dipertanggungjawabkan?

Makanan cepat saji atau fast food identik dengan makanan yang praktis, lezat, namun kurang bergizi. Penyajiannya yang cepat dan harga yang relatif terjangkau membuatnya menjadi pilihan utama bagi banyak orang, terutama di kalangan anak muda yang memiliki rutinitas padat. 

Sayangnya, meskipun rasanya menggugah selera, sebagian besar makanan cepat saji mengandung jumlah kalori yang tinggi, lemak jenuh, gula, serta garam yang berlebihan. Kandungan ini, jika dikonsumsi secara berlebihan, dapat berisiko menyebabkan obesitas, yang merupakan faktor risiko utama dalam perkembangan diabetes tipe 2.

Makanan cepat saji sering kali digemari karena mudah didapatkan dan cepat disiapkan. Namun, sering kali pula makanan ini kurang memberikan kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh, seperti vitamin, mineral, dan serat. 

Misalnya, burger, pizza, kentang goreng, dan ayam goreng yang banyak dijual di kedai-kedai cepat saji umumnya mengandung lebih banyak lemak trans dan natrium, yang dapat meningkatkan risiko gangguan metabolisme, termasuk resistensi insulin, yang pada akhirnya memicu diabetes.

Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi

Namun, menghubungkan secara langsung makanan cepat saji sebagai satu-satunya penyebab lonjakan diabetes di usia muda tentu tidaklah adil. Meskipun makanan cepat saji berkontribusi signifikan terhadap peningkatan risiko diabetes, ada banyak faktor lain yang turut mempengaruhi peningkatan angka diabetes pada kalangan muda. Gaya hidup yang tidak aktif, misalnya, menjadi salah satu faktor utama yang tidak bisa diabaikan. 

Di era digital ini, banyak anak muda yang lebih suka menghabiskan waktu dengan perangkat elektronik seperti ponsel atau komputer, yang menyebabkan mereka kurang bergerak dan lebih banyak duduk. Kurangnya aktivitas fisik ini berdampak pada peningkatan berat badan dan penurunan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang merupakan faktor penting dalam perkembangan diabetes.

Faktor genetik juga memainkan peran yang besar dalam risiko seseorang untuk mengembangkan diabetes. Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, maka kemungkinan besar mereka akan lebih rentan terhadap penyakit ini, meskipun mereka menjaga pola makan dan gaya hidup mereka. 

Faktor-faktor seperti kelainan genetik yang memengaruhi cara tubuh memproduksi atau menggunakan insulin, dapat menyebabkan gangguan metabolisme yang meningkatkan risiko diabetes. Selain itu, faktor psikologis seperti stres juga dapat mempengaruhi keseimbangan metabolisme tubuh. 

Stres kronis diketahui dapat meningkatkan kadar hormon kortisol yang berperan dalam pengaturan gula darah. Pada beberapa individu, stres dapat menyebabkan kebiasaan makan yang buruk atau peningkatan konsumsi makanan manis dan berkalori tinggi, yang akhirnya dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.

Peran Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

Penting untuk diingat bahwa pola makan dan gaya hidup yang sehat adalah kunci utama dalam mencegah diabetes. Perubahan sederhana dalam kebiasaan sehari-hari dapat membawa dampak besar bagi kesehatan jangka panjang. 

Mengonsumsi makanan bergizi, seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan protein rendah lemak, dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Mengurangi asupan makanan yang mengandung gula tambahan, lemak trans, dan garam berlebihan, serta menghindari konsumsi makanan cepat saji yang tinggi kalori, adalah langkah penting untuk mencegah perkembangan diabetes.

Olahraga teratur juga memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan metabolisme tubuh. Aktivitas fisik, seperti berjalan kaki, berlari, bersepeda, atau berenang, membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengatur kadar gula darah. 

Bahkan, aktivitas ringan seperti berjalan selama 30 menit setiap hari dapat mengurangi risiko obesitas dan meningkatkan kesehatan jantung, yang keduanya berhubungan erat dengan pencegahan diabetes.

Pendidikan tentang pola hidup sehat harus dimulai sejak dini, terutama di kalangan generasi muda. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya makanan sehat, olahraga, tidur yang cukup, dan manajemen stres dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih bijak terkait kesehatan mereka. 

Kesimpulan

Makanan cepat saji memang memiliki kontribusi terhadap lonjakan kasus diabetes di usia muda, namun bukanlah satu-satunya penyebab. Faktor-faktor lain seperti gaya hidup yang tidak aktif, faktor genetik, stres, serta pola tidur yang buruk juga turut berperan dalam meningkatkan risiko diabetes. 

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa pencegahan diabetes memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang mencakup perbaikan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, pengelolaan stres, dan tidur yang cukup.

Generasi muda perlu diberi edukasi yang lebih intensif tentang pentingnya gaya hidup sehat dan dampak jangka panjang dari kebiasaan buruk, seperti konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan. Orang tua, sekolah, dan masyarakat memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pola hidup sehat. 

Dengan langkah-langkah preventif yang tepat, diharapkan fenomena lonjakan diabetes pada usia muda dapat dicegah dan angka penderita diabetes dapat berkurang secara signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun