Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Budaya Nongkrong: Lebih dari Sekedar Waktu Luang

15 Januari 2025   11:49 Diperbarui: 15 Januari 2025   11:45 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan ini juga mencerminkan pentingnya memahami esensi nongkrong yang sebenarnya, yaitu sebagai ruang untuk membangun relasi sosial, berbagi ide, atau bahkan menemukan inspirasi.

Kemajuan teknologi juga membawa tantangan baru bagi budaya nongkrong. Kehadiran gawai sering kali mengganggu interaksi tatap muka, di mana orang lebih sibuk dengan layar ponsel daripada berbicara langsung dengan teman-teman di sekitarnya. Fenomena ini dapat mengurangi kualitas pertemuan dan esensi kebersamaan yang menjadi inti dari budaya nongkrong.

Tak hanya itu, konsumsi berlebihan yang terkadang menyertai nongkrong, seperti membeli makanan atau minuman mahal, juga bisa menjadi beban bagi sebagian individu, terutama yang memiliki keterbatasan finansial. Hal ini menimbulkan tekanan sosial untuk “ikut gaya” yang tidak selalu sehat atau realistis bagi semua orang.

Kesimpulan

Budaya nongkrong adalah bagian dari identitas sosial yang unik dan berharga. Ia mencerminkan cara masyarakat Indonesia menjaga kebersamaan, berbagi cerita, dan mendukung satu sama lain di tengah berbagai tantangan hidup modern. Nongkrong bukan hanya tentang menghabiskan waktu, tetapi juga tentang menciptakan momen kebersamaan yang mempererat hubungan sosial dan memperkuat solidaritas.

Lebih dari itu, budaya ini memberikan kontribusi nyata pada aspek kesehatan mental, produktivitas, dan bahkan pertumbuhan ekonomi. Dengan memahami dan memanfaatkan budaya nongkrong secara positif, kita dapat menjadikannya sebagai alat untuk menjaga keseimbangan hidup, membangun komunitas yang lebih solid, dan menciptakan ruang untuk bertukar ide serta inovasi.

Pada akhirnya, nongkrong adalah lebih dari sekadar aktivitas santai. Ia adalah refleksi nilai-nilai kemanusiaan yang sederhana namun esensial, mendengarkan, berbagi, dan merayakan kebersamaan. Mari kita terus melestarikan budaya ini, menjadikannya sebagai ruang yang bermakna bagi kehidupan kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun