Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketahanan Pangan Nasional: Solusi atau Retorika?

14 Januari 2025   11:05 Diperbarui: 14 Januari 2025   11:05 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketahanan pangan (sumber gambar: mirror.mui.or.id)

Ketergantungan pada impor untuk komoditas seperti kedelai, gula, dan bawang merah juga meningkatkan kerentanan terhadap harga global, sehingga membuat stabilitas harga pangan dalam negeri sulit terjaga.

Solusi yang Ditawarkan Pemerintah

Pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan ketahanan pangan, seperti pembangunan lumbung pangan (food estate), peningkatan irigasi pertanian, serta subsidi pupuk bagi petani. Namun, efektivitas dari program-program tersebut masih menjadi perdebatan. 

Proyek lumbung pangan atau food estate, misalnya, awalnya digadang-gadang sebagai solusi untuk meningkatkan produksi pangan nasional secara signifikan. Lokasi-lokasi seperti Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara dipilih untuk mengembangkan lahan pertanian skala besar. 

Sayangnya, implementasi program ini menghadapi berbagai kendala, mulai dari ketidakcocokan jenis lahan dengan kebutuhan pertanian hingga minimnya partisipasi petani lokal dalam proses perencanaan dan pelaksanaan.

Di sisi lain, peningkatan irigasi pertanian sebagai upaya memperbaiki produktivitas lahan sering terhambat oleh keterbatasan anggaran dan lambatnya pembangunan infrastruktur. Banyak lahan pertanian, terutama di wilayah-wilayah terpencil, masih bergantung pada irigasi tradisional yang tidak mampu mengakomodasi kebutuhan modern. 

Akibatnya, hasil panen petani sering kali bergantung pada kondisi cuaca, yang menjadi semakin tidak menentu akibat perubahan iklim.

Retorika Ketahanan Pangan: Masalah Sistemik

Ketahanan pangan kerap kali menjadi jargon politik yang digaungkan tanpa implementasi yang berarti. Isu ketahanan pangan sering kali muncul dalam berbagai pidato dan program pemerintah, terutama menjelang pemilu atau saat menghadapi krisis pangan global. 

Namun, realisasinya sering tidak sejalan dengan retorika yang disampaikan. Banyak program yang tampak ambisius di awal, tetapi gagal memberikan dampak nyata bagi masyarakat karena perencanaan yang kurang matang, eksekusi yang buruk, atau fokus yang terlalu berorientasi pada proyek besar tanpa mempertimbangkan kebutuhan lokal.

Sebagai contoh, proyek food estate yang digadang-gadang mampu meningkatkan produksi pangan nasional sering menghadapi kendala teknis dan lingkungan. Selain itu, kebijakan impor pangan yang seharusnya menjadi solusi sementara malah menjadi bukti ketergantungan Indonesia pada pasokan luar negeri, sekaligus menunjukkan lemahnya pengelolaan produksi dalam negeri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun