Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketahanan Pangan Nasional: Solusi atau Retorika?

14 Januari 2025   11:05 Diperbarui: 14 Januari 2025   11:05 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketahanan pangan (sumber gambar: mirror.mui.or.id)

"Ketahanan pangan merupakan isu strategis yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia."

Sebagai negara dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memastikan bahwa setiap warganya memiliki akses terhadap pangan yang cukup, bergizi, dan terjangkau. Dengan kekayaan alam yang melimpah dan luasnya lahan pertanian, seharusnya ketahanan pangan dapat menjadi salah satu kekuatan utama negara ini. Namun, kenyataan di lapangan sering kali menunjukkan sebaliknya.

Fluktuasi harga pangan, ketergantungan pada impor, dan distribusi yang tidak merata menjadi masalah yang terus berulang. Di saat yang sama, perubahan iklim, urbanisasi, dan degradasi lahan pertanian semakin menambah tekanan terhadap kemampuan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.

Pemerintah kerap mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mengatasi isu ini, dari pembangunan infrastruktur pertanian hingga proyek besar seperti food estate. Namun, keberhasilan program-program tersebut sering kali dipertanyakan, terutama ketika hasilnya tidak sesuai dengan harapan masyarakat. 

Hal ini memunculkan pertanyaan mendasar, apakah langkah-langkah yang diambil pemerintah benar-benar membawa solusi nyata atau hanya sekadar menjadi retorika politik?

Ketahanan Pangan dalam Perspektif Global dan Lokal

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), ketahanan pangan tercapai ketika semua orang memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi. Namun, di Indonesia, pemenuhan ketiga aspek tersebut masih menghadapi berbagai tantangan. 

Akses fisik terhadap pangan sering kali terkendala oleh infrastruktur yang belum memadai, terutama di daerah terpencil atau kepulauan. Banyak wilayah di Indonesia yang bergantung pada distribusi pangan dari daerah lain, sehingga ketika terjadi gangguan logistik, masyarakat setempat rentan mengalami kekurangan pasokan.

Akses sosial juga menjadi masalah, terutama bagi kelompok rentan seperti masyarakat miskin, petani kecil, dan nelayan. Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi pangan, distribusinya yang tidak merata menyebabkan disparitas yang signifikan antar wilayah. Di beberapa daerah, makanan melimpah, sementara di tempat lain, kelangkaan menjadi masalah utama.

Sementara itu, akses ekonomi terhadap pangan tetap menjadi tantangan bagi banyak keluarga. Fluktuasi harga pangan pokok seperti beras, cabai, dan telur sering kali memberatkan masyarakat berpenghasilan rendah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun